Thomas Lembong Ungkap Alasan AMIN Pilih Bangun 40 Kota Dibanding IKN

Figur Politik Regional

KUPANG, TOPNewsNTT.Com|| Wakil Ketua TKN Paslon AMIN Thomas Lembong menjelaskan alasan yang melatarbelakangi Paslon AMIN programkan bangun 40 Kota di Indonesia dibandingkan setuju pembangunan IKN di Kalimantan.

Hal ini dijelaskan Thomas Lembong saat pertemuan dengan awak media di Kupang (Rabu, 31 Januari 2024).

Awali penjelasannya, Thomas Lembong memaparkan apa arti thema kampanye paslon capres 2024-2029 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yaitu “Pemerataan dengan slogan adil untuk semua.”

“Sebagai birokrasi, di pemerintahan saya tahu betul mana yang berhasil dan tidak berhasil dari kinerja pemerintah Indonesia. Bapa ibu tentu tahu seperti Lapangan Kerja, harga pangan, harga jual petani untuk kelautan, seberapa besar perubahan positif dalam pengelolaan aset negara kita. Dan perkembangan dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir. Selama ini fokusnya investasi dan semua itu diarahkan pada sektor-sektor yang banyak modal, bukan padat karya, bukan ke sektor pertanian, nelayan atau perikanan, atau kehutanan atau pabrik sepatu, pabrik meubel  tapi ke tambang, ke smelther, infrastruktur, proyek-proyek mercusuar yang memakan biaya ratusan milyar, dan banyak di danai oleh hutang. Tapi proyek-proyek yang tidak menyentuh ke masyarakat luas.” Cetus sarkas.

Ia menegaskan, bagi TKN Paslon AMIN melihat sebetulnya yang menjadi masalah dan tantangan utama bagi ekonomi Indonesia adalah ketimpangan

“Jadi selama ini ekonomi kita hanya dimotori oleh segelintir orang saja dan semuanya hanya berkaitan dengan komunitas.seperti batu bara, kelapa.sawit, nikel tapi juga jenis lain kelapa, kopi dan kakao yang kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tidak lebih dari 2 persen ekonomi kita yang benar-benar sehat untuk bertumbuh dinamis.” Sebutnya tajam.

Ia menyoroti, “Ditambah lagi kalau pemodal seperti pemilik tambang batu bara, pemilik tambang nikel, pemilik smelther dan sawit itu tambah kaya, dan mereka lebih sering ke Jakarta belanja, ke bali unruk peleseiran atau positif stil positif atau konsumtif dan sekitar 30% mengotori seluruh pertumbuhan perekonomi nasional, sementara 70% itu stagnag.”

Lembong mencontohkan, “Jumlah penjualan seluruh sepeda motor yang dijual di Indonesia setiap tahun, curvanya ternyata memuncak di 2013 di 8 juta unit pertahun dan setelah itu, setiap tahunnya menurun dibawah delapan 7,5, 7, 6,5 dan pada saat pandemi ambruk, tapi setelah adanya vaksinasi penjualan sepeda motor pulih tapi kita pernah kembali ke tingkat penjualan 10 tahun. Saat ini penjualan sepeda motor berads dikisaran 5 juta unit pertahun turun dari 8 unit pertahun 10 tahun yang lalu. Berarti turun sepertiga dari 10 tahun terakhir, disaat katanya kita menikmati pertumbuhan ekonomi 5 persen setiap tahunnya.”

“Kenapa ini penting karena bagi saya, karena sepeda motor adalah simbol kelas menengah. Begitu di sebuah keluarga salah satu anggota keluarga memenuhi syarat mengambil motor, bagi saya itu tanda bahwa keluarga tersebut sudah masuk ke kelas menengah. Jadi apa artinya  kalau jumlah penjualan sepeda motor kita dalam setiap tahun turun dan dalam sepuluh tahun terakhir turun 35 persen, berarti cost finance kita tidak tumbuh. Bahkan menciut karena semakin kecil keluarga yang sanggup beli sepeda motor.” Ujarnya.

“Anies-Muhaimin bermaksud merubah semua ini. Ini jelas strategi ekonomi yang gagal, kalau misalnya tujuannya adalah untuk memperkaya segelintir orang dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi semata, maka bisa dinilai berhasil.” Ungkap Lembong bangga.

Menurut Lembong, mereka punya data valid yang menunjukkan 60-70% masyarakat tidak tersentuh oleh kesuksesan sektor batu bara, sektor kelapa sawit, nikel dll.

“Jadi kita harus geser fokus dari sektor-sektor tersebut kepada sektor-sektor dimana kita semua berada, dimana mayoritas dari populasi kita bergerak. Yaitu sektor jasa, yang saat ini sudah lebih dari separuh ekonomi kita tapi jarang dibicarakan yaitu jasa pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pangan, perbankkan, hiburan, ritel, pedagangan yang sayangnya sangat tidak diperhatikan padahal sentranya ada di perkotaan. Orang dari daerah ke kota untuk belanja, cari hiburan dll. Dan di daerah yang mempekerjakan orang  di sektor pertanian, perikanan dan kehutanan. Selama ini investasi tidak fokus ke sektor-sektor ini tapi investasi ke sektor-sektor yang banyak modal. Hanya segelintir saja yang kita lihat teman media melihat kebanyakan liputan ngomongnya nikel, nikel, ngomongnya membangun smelther, energi listrik, tidak pernah ada gebrakan atau terobosan misalnya untuk menguatkan industri meubel, perikanan, tekstil dll, padahal itu yang padat karya dan menciptakan lapangan kerja maka itu sektor yang harus digenjot.” Tandasnya membuka pandangan Paslon No.1 ini.

Program AMIN membangun 40 kota, berawal dari ketidaknyaman tim AMIN terhadap proyek IKN atau ibukota negara yang rencananya menggelontorkan biaya Rp400 triliun rupiah baik APBN dan uang pihak swasta hanya untuk memindahkan 200 juta penduduk di tahun 2045.

“Jadi untuk 10 tahun pertama hanya beberapa ribu penduduk dan akan mencapai populasi 2 juta di 2045 dengan biaya hampir Rp500 triliun. Apakah itu masuk akal disaat masyarakat luas menderita akibat harga pangan yang tinggi, lapangan kerja yang tidak stabil dan masih berjuang dengan penghasilan yang stagnag.” Ungkapnya.

Dalam pertimbangan TKN Paslon AMIN, adalah lebih baik jika uang sebanyak itu dipakai untuk kota-kota yang sudah ada daripada membangun satu kota dari nol, di satu titik di garis nol dengan biaya 500 triliun, “Lebih baik uang segitu banyak kita bangun kota-kota yang sudah ada.” Sesalnya.

“Tadinya kita berawal dari 14 kota besar yang sudah ada studi atau risetnya oleh Bank Du ia di tahun 2015 yakni studi penelitian tentang 14 kota besar di Semenanjung Indonesia dengan menambah populasi kota kira-kira 20 juta penduduk, dengannya Bank Dunia menyimpulkan untuk memenuhi  kebutuhan dasar 20 juta penduduk ini di 14 kota besar butuh dana Rp170 Triliun untuk kebutuhan air bersih, transportasi publik, angkutan, listrik, pengolahan limbah dan jaringan internet (2015) dan kira-kira angka di 2024 Rp270 triliun. Dan itu hanya separoh dsri Rp500 triliun hanya untuk membangun 1 kota baru (IKN). Pertanyaannya sekarang mana yang lebih mendesak, kita bangun Kupang atau IKN? Kita bangun Pontianak atau IKN, Medan atau IKN, Makasar, Banjarmasin,  Manado, Palembang atau IKN? Akan banyak kota bisa kita bangun dengan dana sebegitu besar. Kita bisa bangun jaringan air bersih yang komplit, perumahan yang layak, jaringan internet yang luar biasa, jaringan listrik, belum lagi data komunikasi saat ini ada 13 juta keperluan perumahan dari 13 juta rumah tangga yang tidak menikmati hunian yang layak, 11 juta di perkotaan dan 2 juta di perkotaan.

Jadi hemat kami jelas sekali ada banyak prioritas yang lebih mendesak dan kita harus selesaikan pemerataan  yang tinggi, perkuat ekonomi kerakyatan, membuka lowongan kerja, memperkuat penghasilan pekerja dan menyediakan perumahan yang layak bagi masyarakat kita yang saat ini antriannya 13 juta keluarga yang masih menunggu rumah layak huni yang akan terus bertambah setiap tahunnya.

40 Kota berkembang dari 14 kota yang saya sebut hasil survei World Bank, kita tambah yang kita sebut kota-kota sekunder, tersier, kota-kota kecil bahkan. Dan bentuknya disaat pak Anies, Amin dan kami keliling ke Pontianak, Surabaya, Jogya, Bali dan kota-kita di Indotim kita terima banyak sekali keluhan dan usulan dari warga setempat yang paling banyak tahu kondisi lokal.

Atas dasar ide-ide ini kita kembangkan programkan membangun 40 kita atas masihat dewan pakar di TKN AMIN Prof.Zulfikar Amir sebagai ahli perkotaan di lima kebutuhan mendasar yaitu Air Bersih, perumahan, listrik, transpirtasi umum dan jaringan telekomunikas dan pengolaan sampah yang kini jadi masalah besar di perkotaan.

Tapi itu kebutuhan dasar yang kalau ditunda dan kecilkan anggaran yang digelontorkan untuk membangun IKN maka kita dapat membangun imfrastruktur dasar ini di 40 kota di Semenanjung Indonesia itu infrastruktur dasar. Kita mau membangun, tapi juga mau sejahtera dan maju. Di Makasar Anies luncurkan satu program tangani kota politik membangun Mato Angin International Stadion (IDS). Sebagai simbol stadion small dan semua kota harus punya stadion. Seperti di Jakarta ada  Jiz dengan potensi besar untuk olahraga konser dan lain-lain. Sedangkan di kota sekunder dan  tersier ada gelanggang olahraga dengan ac atau seperti GBK, adem dan banyak pohon dan terbuka bagi masyarakat berolahraga dan ada ruang kesenian. Seperti di Jakarta Anies sudah bangun TIM dan semua kota di Indonesia harus ada TIM.

“Pembangunan 40 Kota Metro di Indonesia akan dilakukan sesuai dengan kondisi setiap daerah dengan melihat zonasi, kultur, potensi, kebutuhan, geografis dll. Masing-masing kota berbeda pembangunannya.” Tutup Lembong.

“Kota Kupang pun akan dibangun sebagai Kota Argomaritim dan Gerbang Selatan Indonesia. Zonasi yang kita bayangkan ada GOR, Taman, taman olahraga yang kita namakan revitalisasi nostalgia park atau Gong Perdamaian yang ada Lapangan Futsal, trotoar, pojok UMKM, gedung dan tempat parkir dengan zona-zona olahraga dan kesenian dan semua harus terhubung lewat jaringan transportasi publik berbasis bis sebagai transportasi publik paling efisien.” Jelas Lembong.

Ia mencontohkan seperti di DKI Jakarta bagaimana Anies mampu melipatgandakan jaringan transportasi publik yang saat ia menjabat hanya mampu menjangkau 40 persen jadi 90% dengan busway atau trans jakarta sebagai jaringan transportasi yang profesional dan modern yang diintegrasikan dengan satu sistem pembayaran  memakai MRT atau kereta bawah tanah pakai bis trans Kakarta atau micro trans dengan satu karyu. Berapapun jaraknya dari Jakarta utara ke selatan hanya Rp10.000. Jika dari Jakarta Selatan ke Utara pakai ojek sekitar 100.000 ribuan dan taxi sekitar 200 ribuan. Tapi kalau pakai jaringan transportasi publik seperti busway, Trans Jakarta, MRT atau Micro trans, yang nyaman,  bersih, modern, canggih, maka akan efisien terintegrasi semuanya terintegrasi dengan trotoar yang bersih, jembatan penyebramhan yang efektif dan nyaman satu harga,  flat Rp10.000. Dan itu sudah berhasil mentransformasi anggaran rumah tangga keluarga-keluarga di Jakarta. Dulu angkot saja mahal banget, sampai memakan sepertiga dari anggaran keluarga di Jakarta atau seertiga angaran rumah tangga hanya untuk transportasi. ke kantor belanja dan mengantar anak ke sekolah. Tapi dengan reformasi jaringan transformasi publik maka anggaran transportasi turun menjadi 18%, ada penghematan yang signifikan dan sangat membantu daya beli keluarga di Jakarta.
Walau kita sadar kota Kupang dan kota lain bukanlah kota Jakarta, masing-masing punya zonasi, tradisi,  kultur, rute jalan berbeda tapi kita yakin semua kota di Indonesia layak punya sistem transportasi yang baik. Kita percaya semua kota di Indonesia layak ounya tempat atau zona ketiga. Pertama rumah, tempat bekerja dan zona ketiga adalah tempat bergaul atau transportasi layak.

Untuk kota Kupang kita sebut Kota Metro Agromaritim menurut Thomas Lembong tim AMIN sudah turun di zona perikanan pasar Ikan, TPI, sudut UMKM kuliner khas dll.
Visi Misi AMIN yakni visi Perdaerahan bagi setiap provinsi sesuai kondisi masing-masing daerah. Visi untuk Aceh, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Jawa, Nusa Tenggara pastinya berbeda sesuai kondisi setiap daerah.

Itu baru dokumen awal, dan visi misi akan terus dikembangkan. Misalnya Sumatera akan dikembangkan menjadi Sumatera Utara, Tengah, Selatan dan Barat. Di Sumatera akan dikembangkan kereta api yang dulu ada di jaman kolonial. Jadi anaslisa kami menunjukkan untuk provinsi di bagian Selatan Sumatera, seperti Sumatera Barat, Padang, Bengkulu, Lampung, Sumsel, Palembang Krrta api snagat mempan sebagai transportasi antar kota. Biaya rel kereta api akan separuh biaya jalan tol. Di Kalimantan akan dikembangkan kereta api lokal.||jbr