Sony Libing ungkap fakta dibalik perintah kepada warga Besipae kosongkan Rumah Bantuan Pemprov.NTT

Birokrasi Daerah Infrastruktur Kependudukan Regional

NTT, Top News NTT||Beredar vidio di link youtube https://youtu.be/_PvRPdDK5io dengan judul “4 Bulan Tinggal di Rumah Milik Pemprov.NTT, warga Besipae Diminta Kosongkan.”

Kepala Badan Aset Daerah NTT, Sony Z.Libing kepada  Top News NTT menanggapinya  lewat wawancara telepon, Sony mengungkapkan fakta yang mendasari perintah pengosongan  17 kk dari rumah bantuan pempriv NTT di Besipae.

Lewat sambungan telepon seluler (Minggu, 10/01) Sony menjelaskan :
“Jadi yang terjadi sebenarnya adalah bahwa waktu pemprov.NTT bangun rumah sesungguhnya memang untuk warga masyarakat yang tinggal dilahan Hutan Besipae. Tetapi pertimbangan pemerintah waktu itu adalah bagi warga masyarakat yang akui tanah pemerintah dan dukung program pemerintah dan ikut dalam program pemberdayaan Ekonomi masyarakat di Besipae.” Jelas Sony diawal wawancara kami.

“Waktu setelah dibangun, saya sendiri pergi suruh mereka masuk dalam rumah, mereka menolak. Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan adalah kelompok yang menokak sertifikat hak pakai pemerintah dan menolak rumah yang dibangun oleh pemerintah. Mereka tidak mau tempati dan katakan rumah seperti kandang babi dstnya. Mereka malah mendirikan tenda dipinggir jalan dan tinggal, untuk beri kesan pemerintah tidak urus. Padahal pemerintah sudah bangun habis rumah, dan bersama Usif Nabuasa kami datang untuk minta mereka segera sudah akhiri konflik ini dan anda masuk ke dalam rumah yang sudah kita siapkan.” Jelas Sony tegas.

“Ternyata Niko Manao yang waktu itu mewakili teman-teman semua menolak tanah dan rumah yang dibangun oleh pemerintah.” Ujar Sony.

“Kemudian selama mereka tinggal dipinggir jalan banyak LSM dan organisasi pemuda yang mendukung mereka bawa makanan dan lain-lain untuk bantu mereka.”lanjut Sony menjelaskan.

“Lalu mereka buat masalah dengan panggil lebih banyak orang untuk tinggal di lokasi pinggir jalan, dan mereka memukuli salah satu tokoh Nabuasa disana bernama Esau Nabuasa. Orangtua ini dipukuli oleh kelompok mereka ini.” Jelasnya menyayangkan.

“Lalu terjadi konflik horizontal yakni warga masyarakat lima desa datang menyerbu mereka ; Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan mereka lari tunggang langgang bersama 37 warga masyarakat yang lain dan menghilang.” Ujarnya.

“Setelah itu,b kemudian 19 kk kembali dan mengakui tanah itu sebagai tanah pemprov.NTT dan mengakui keluarga Nabuasa sebagai pemilik tanah itu yang kemudian diberikan kepada pemprov.NTT. Sedangkan sisanya mereka kembali ke kampung halaman masing-masing.” Ungkapnya lebih lanjut.

“Tinggallah beberapa 17 kk yang oleh Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan dengan sekertaris RT, mereka menghilang dan baru masuk minggu lalu ke rumah itu. Karena sudah tidak ada tempat tinggal. Jadi yang diberita bilang 4 bulan tinggal, itu bohong!” Tandas Sony lantang.

” Jadi ketika mereka baru satu minggu masuk ke rumah yang dibangun pemerintah itu, pemerintah datang dan menyuruh mereka keluar, karena mereka dianggap sudah menolak mengakui tanah milik pemerintah dan tanah keluarga Nabuasa, bahkan menolak menempati rumah-rumah tersebut pada awalnya dan bahkan memilih tinggal di tenda di pinggir jalan. Mereka sudah menolak settifikat hak pakai milik pemprov.NTT, menolak program pemrrintah dan tidak mengakui keluarga Nabuasa sebagai pemilik tanah, maka mereka tidak berhak tinggal di rumah tersebut. Kami akan relokasi ke tempat lain, mereka akan kami relokasikan ke tempat diluar hutan milik pemerintah dan diluar tanah milik keluarga Nabuasa.” Jelas Sony tegas.

“Saya sedang lakukan pendekatan dengan Niko Manao Cs, dan kelompok yang membangkang ini, karena mereka orang Timor maka mereka harus tahu adat Timor. Yaitu kembaki ke keluarga Nabuasa, meminta maaf dan pemerintah akan lakukan relokasi bagi mereka. Apalagi mereka lakukan pemukulan terhadap orangtua dari keluarga Nabuasa. Yang 19 kk sudah datang minta maaf dan lakukan pendamaian secara adat Timor dan mereka sudah diterima dan diberikan tempat tinggal mereka sendiri. Tapi Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan yang menjadi dalang dari seluruh masalah itu dan 17 kk lainnya, belum datang minta maaf dan didamaikan secara adat Timor baru bisa diterima dan diberi tempat tinggal.” Sesalnya.

“Karena itu saya himbau lewat media ini, kepada mereka untuk minta maaf kepada pemerintah dan kelaurga Nabuasa. Jadi ada dua upaya yang akan dilakukan yaitu permohonan maaf kepada para usif dan akui tanah pemerintah provinsi dan keluarga Nabuasa sebagai pemilik lahan, dipulihkan secara adat dan keluarga dan direlokasi ke lahan di luar tanah pemprov.NTT.” Himbau Sony tegas.

Diakhir wawancara, Sony menyatakan : “Saya juga akan minta Legan TV untuk beri konfirmasi terkait pemberitaan mereka bahwa pemerintah NTT sebut kelompok itu (Niko Manai cs) sebagai kelompok Teroris. Saya minta Legan TV sebutkan dan beri bukti pejabat siapa yang menyatakan hal tersebut. Karena bagi kami pemerintah Niko Manao cs adalah warga negara Indonesia, rakyat NTT yang saat ini masih dipengaruhi oleh pihak lain sehingga melakukan tindakan seperti itu. Kami tidak pernah menganggap mereka teroris, mereka warga NTT. Saya minta Legan TV untuk bertanggung jawab terhadap pernyataan ini dari pihak mana. Kalau tidak kami sebagai pemerintah akan lakukan tindakan lebih jauh.” Tandas Sony akhiri wawancara kami. (Minggu, 10/01). || juli br
dir=”auto”>”Jadi yang dividuo itu bohong. Yang terjadi sebenarnya adalah bahwa  waktu pemprov.NTT  bangun rumah sesungguhnya memang untuk  warga masyarakat yang tinggal dilahan Hutan Besipae.  Tetapi pertimbangan pemerintah  waktu itu adalah bagi warga masyarakat yang akui tanah pemerintah dan dukung program pemerintah dan ikut dalam program pemberdayaan Ekonomi masyarakat  di Besipae.” Jelas Sony diawal wawancara kami.

“Waktu setelah dibangun, saya sendiri pergi suruh mereka masuk dalam rumah, mereka menolak. Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan adalah kelompok yang menokak sertifikat hak pakai pemerintah dan menolak rumah yang dibangun oleh pemerintah. Mereka tidak mau  tempati dan katakan rumah seperti kandang babi dstnya. Mereka malah mendirikan tenda dipinggir jalan dan tinggal, untuk beri kesan pemerintah tidak urus. Padahal pemerintah  sudah bangun habis rumah, dan bersama Usif Nabuasa kami datang untuk minta mereka segera sudah  akhiri konflik ini dan anda masuk ke dalam rumah yang sudah kita siapkan.” Jelas Sony tegas.

“Ternyata Niko Manao yang waktu itu mewakili teman-teman semua menolak tanah dan rumah yang dibangun oleh pemerintah.” Ujar Sony.

“Kemudian selama mereka tinggal dipinggir jalan banyak LSM dan organisasi pemuda yang mendukung mereka bawa makanan dan lain-lain untuk bantu mereka.”lanjut Sony menjelaskan.

“Lalu mereka buat masalah dengan panggil lebih banyak orang untuk tinggal di lokasi pinggir jalan, dan mereka memukuli salah satu tokoh Nabuasa disana bernama Esau Nabuasa. Orangtua ini dipukuli oleh kelompok mereka ini.” Jelasnya menyayangkan.

“Lalu terjadi konflik horizontal yakni warga masyarakat lima desa datang menyerbu mereka ;  Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan mereka lari tunggang langgang bersama 37 warga masyarakat yang lain dan  menghilang.” Ujarnya.

“Setelah itu,b kemudian 19 kk kembali dan mengakui tanah itu sebagai tanah pemprov.NTT dan mengakui keluarga Nabuasa sebagai pemilik tanah itu yang kemudian diberikan kepada pemprov.NTT. Sedangkan sisanya mereka kembali ke kampung halaman masing-masing.” Ungkapnya lebih lanjut.

“Tinggallah beberapa 17 kk yang oleh Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan dengan sekertaris RT,  mereka menghilang dan baru masuk minggu lalu ke rumah itu. Karena sudah tidak ada tempat tinggal.  Jadi yang diberita bilang 4 bulan tinggal, itu bohong!” Tandas Sony lantang.

“Jadi ketika mereka baru satu minggu masuk ke rumah yang dibangun pemerintah itu, pemerintah datang dan menyuruh mereka keluar,  karena mereka dianggap sudah menolak mengakui tanah milik pemerintah dan tanah keluarga Nabuasa, bahkan menolak menempati  rumah-rumah tersebut pada awalnya dan bahkan memilih tinggal  di tenda di pinggir jalan. Mereka sudah menolak settifikat hak pakai milik pemprov.NTT,  menolak program pemrrintah dan tidak mengakui keluarga Nabuasa sebagai pemilik tanah, maka mereka  tidak berhak tinggal di rumah tersebut. Kami akan relokasi ke tempat lain, mereka akan kami relokasikan ke tempat diluar hutan milik pemerintah dan diluar  tanah milik keluarga Nabuasa.” Jelas Sony tegas.

“Saya sedang lakukan pendekatan dengan Niko Manao Cs, dan kelompok yang membangkang ini, karena mereka orang Timor maka mereka harus tahu adat Timor. Yaitu kembaki ke keluarga Nabuasa, meminta maaf dan pemerintah akan lakukan relokasi bagi mereka. Apalagi mereka lakukan pemukulan terhadap orangtua dari keluarga Nabuasa. Yang 19 kk sudah datang minta maaf dan lakukan pendamaian secara adat Timor dan mereka sudah diterima dan diberikan tempat tinggal mereka sendiri. Tapi Niko Manao, Imanuel Tampani dan Daud Selan yang menjadi dalang dari seluruh masalah itu dan 17 kk lainnya,  belum datang minta maaf dan didamaikan secara adat Timor baru bisa diterima dan diberi tempat tinggal.” Sesalnya.

“Karena itu saya himbau lewat media ini, kepada mereka untuk  minta maaf kepada pemerintah dan kelaurga Nabuasa. Jadi ada dua upaya yang akan dilakukan yaitu permohonan maaf kepada para usif dan akui tanah pemerintah provinsi dan keluarga Nabuasa sebagai pemilik lahan, dipulihkan secara adat dan keluarga dan direlokasi ke lahan di luar tanah pemprov.NTT.” Himbau Sony tegas.

Diakhir wawancara, Sony menyatakan : “Saya juga akan minta Legan TV untuk beri konfirmasi terkait pemberitaan mereka bahwa pemerintah NTT sebut kelompok itu (Niko Manai cs)  sebagai kelompok Teroris. Saya minta Legan TV sebutkan dan beri bukti pejabat siapa yang menyatakan hal tersebut. Karena bagi kami pemerintah Niko Manao cs adalah warga negara Indonesia,  rakyat NTT yang saat ini masih dipengaruhi oleh pihak lain sehingga melakukan tindakan seperti itu. Kami tidak pernah menganggap mereka teroris, mereka warga NTT.  Saya minta Legan TV untuk bertanggung jawab terhadap pernyataan ini dari pihak mana. Kalau tidak kami sebagai pemerintah akan lakukan tindakan lebih jauh.” Tandas Sony akhiri wawancara kami. (Minggu, 10/01). || juli br