Upaya Susy Aprijanti,S.Pd Wujudkan Profil Pelajar Pancasila Di SMPN 4 Kupang

Uncategorized

KUPANG, TOPNewsNTT|| Profil Pelajar Pancasila (5P) yang merupakan program dari Kurikulum Merdeka sudah diterapkan sejak TA 2022/2023 di SMPN 4 Kupang, walaupun sekolah tersebut bukan merupakan Sekolah Penggerak.

Susy Aprijanti, S.Pd Kepala SMPN 4 Kupang menerangkan bahwa sesuai aturan Menteri Pendidikan RI, Sekolah Penggerak yang sudah diterapkan sejak 2022 hanya diterapkan di satuan pendidikan menengah atas baik.umum dan kejuruan (SMA/SMK).

Penentuan sekolah mana saja yang layak menjadi Sekolah Penggerak mengikuti syarat secara nasional dari Kemendikbub RI.

Profil Pelajar Pancasila adalah tujuan yang hendak dicapai dari Sekolah Penggerak tersebut. Di NTT ada 5 SMA dan 5 SMK yang baru terpilih melalui ujian dan verifikasi syarat khusus. Sedangkan di tingkat SD dan SMP belum disyaratkan.

Di tingkat DikDas’  sejak TA 2022, Mendikbud sudah memasukkan Profil Pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka sehingga semua satuan pendidikan Dasar dan Menengah mau tidak harus melaksanakannya.

P5 Kurikulum Merdeka adalah sistem pembelajaran yang bertujuan untuk mengamati dan menyelesaikan permasalahan di sekitar melalui lima aspek utama, yaitu: potensi diri, pemberdayaan diri, peningkatan diri, pemahaman diri, dan peran sosial.

Kurikulum Merdeka P5 diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia pada tahun 2021 dengan tujuan memberikan kebebasan dan kemandirian pada siswa dalam menentukan pendidikan sesuai dengan minat dan bakat. Lantas apa yang dimaksud dengan kurikulum merdeka P5?

Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Projek tersebut dirancang terpisah dari intrakurikuler.

Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Di SMPN 4 Kupang, penerapan Kurikulum Merdeka Belajar antara lain dengan menggelar Project Pensi dan Festival dengan thema Kewirausahaan dan Stop Bullying.

Pada Pensi dengan dua thema tersebut, siswa diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menunjukkan potensi dan baka mereka dengan aneka kreasi baik aneka produk olahan apa saja baik kuliner, fashion, olah vokal, tarian, puisi, drama pendek, vokasi, olah raga dan pramuka.

“Di Pensi, Festival yang merupakan project P5 siswa diberi ruang seluas-luasnya mengekspresilan diri lewat karya-karya pribadi dan kelompok dengan narasi kedua thema diatas. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai wadah yang tepat menggali dan menunjukkan bakat dan potensi mereka. Tahun ini sudah 3 Pensi dan pameran yang kami gelar. Jadi kami bisa pilih apakah Pentas Seni, Festival atau pameran. Intinya setahun dua kali digelar yakni pada semester ganjil dan genap.” Jelas Susy.

Untuk memastikan tidak ada bullying di lingkungan sekolah antara warga sekolah, dilakukan sosialisasi anti Bullying dan pembentukan Satgas Anti Bullying.

“Sosialisasi dengan tujuan memperkenalkan kepada siswa apa arti bullying, apa saja jenisnya dan bagaimana mengatasinya disertai imbauan agar jangan melakukannya kepada orang lain. Lomba membuat poster, seni tari, seni vokal, yel-yel dan bela diri dengan pesan anti dan stop bullying dengan tujuan memotivasi siswa jangan melakukan bullying dan mau menjadi agen anti dan stop bullying. Satgas bertugas mengawasi dan menghukum siswa berkeliling sekolah membawa bertuliskan “saya tidak akan lakukan membully.” Jelas Suay.

Selain itu, ia sebagai kepala sekolah mempraktekkan secara langsung dan mengharuskan juga semua guru melalukannya yakni pola pembinaan dan pendidikan dengan pendekatan humanis kekeluargaan dengan mengedepankan kasih sayang seperti orangtua dengan anaknya.

“Saya mewajibkan dan saya praktekkan terlebih dulu bahwa siswa adalah anak-anak kita, guru adalah orangtua. Jika ada siswa bermasalah jangan hakimi dan hukum, tapi lakukan pendekatan humanis dan kekelurgaan dengan kasih sebagai dasarnya. Serahkan sama saya biar saya yang bina mereka dengan cara saya. Karena saya merasa sekolah ini Rumah Besar saya, rumah besar kita, guru dan kepala sekolah adalah orangtua dan siswa adalah anak-anak. Saya berpesan kepada para guru anak-anak yang sudah menjadi siswa jangan boleh ada yang keluar sebelum lulus. Mereka sudah masuk dan kita pertahankan mereka dengan cara terbaik kita. Buat mereka nyaman dengan cara kita.” Cetusnya.

Diakuinnya baginya lewat P5 Kurikulum Merdeka Belajar, bakat siswa tergali dan berdampak positif baik bagi siswa dan guru.

Dan semuanya dieskpresikan dalam Project P5 itu yakni Pensi, Festival dan Pameran.

Ia bertekad akan terus melalukan Project P5 walaupun tidak ada anggaran khusus, demgan memberdayakan semua sumber daya yang ada di sekolah.

“Siswa kami punya banyak potensi dan prestasi misalnya juara kempo meraih 3 medali kejuaraan tingkat provinsi NTT dan juara satu lomba tarian tradisonal antar SMP se-Kota Kupang dari 167 peserta. Dan dengan terus digelar project-project tersebut maka makin tergali dan terasah bakat dan potensi anak-anak kami. Dan itu tentu akan menunjang prestasi akademiknya, debat Bahasa Inggris, siswa saya berbicara dalam audiens antar kepala sekolah tentang Bahasa Inggris tentang kebersihan.” Ujarnya.

Walaupun SMP bukan termasuk Sekolah Penggerak, namun SMPN 4 menerapkan P5 atau Profil Pelajar Pancasila dari Kurikulum Merdeka Belajar dan tidak ada anggaran khusus untuk itu.

Dan sekolah menunjangnya dengan tiga pola pembelajaran yaknk audio, visual dan kinastetik.

Itulan upaya mewujudkan P5 kurikulum merdeka belajar.

Selain itu Susy mengharuskan 15 menit sebelum pelajaran dimulai guru harus sudah di kelas dan menasihati siswa, seluruh guru dan dirinya mendahului mempraktekkanya yakni selalu interaksi dengan siswa agar siswa merasa nyaman dan akrab.|| jbr