Siapkan Masa Tanam Okmar 2022/2023 dengan Program TJPS, Pemprov.NTT Libatkan Bank-Bank Untuk Berikan Kredit Merdeka Bagi Para Petani
NTT, TOPNewsnNTT|| Sukseskan program TJPS dan untuk persiapkan masa tanam 2 Oktober 2022’Maret 2023 (Okmar), Pemprov.NTT libatkan Bank NTT dan bank-bank Himbara lainnya untuk pemberian kredit merdeka dan dana KUR bagi para petani di 22 kabupaten kota di NTT.
Hal ini ditegaskan Lucky Koli Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan provinsi NTT didampingi Pricilia Pareira Kabiro Administrasi Pimpinan setda NTT dalam jumpa pers kwpada insan media di Lantai 1 Kantor Gubernur NTT (Selasa, 27/09).
“Kita sudah masuki bulan Oktober yang merupakan bulan masa tanam bagi para petani. Yakni Oktober sampai Maret adalah masa tanam. Sehingga Dinas Pertanian mulai mempersiapkan lahan-lahan di seluruh NTT. Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Jokowi yanki untuk mengatasi masalah Krisis Pangan. Untuk itu pemerintah provinsi NTT sedang galakkan program TJPS untuk mengatasi krisis pangan dunia untuk memasuki Masa Tanam Okmar dengan melibatkan bank-bank di NTT. Dalam jumpa.pers ini akan dijelaskan oleh Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Seperti apa kesiapan pemerintah provinsi NTT menghadapi Masa Tanam Oktober-Maret 2023 dan Krisis Pangan yang akan kita hadapi.” Ujar Kabiro Pricilia.
Lucky Koli kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT menjelaskan,
“Persiapan menghadapi musim tanam Okmar (2022-2023) dan langkah-langkah anitisipasi untuk menghadapi Krisis Pangan Global di tahun 2023, termasuk rilis MenKeu terkait Krisis Moneter, akan menjadi tantangan serius yang akan kita hadapi.” Ujar Lucky.
Karena itu Dinas Pertanian yang ditugaskan untuk menjaga Ketahanan Pangan Daerah sudah harus mempersiapkan serta mengkoordinasikan berbagai hal untuk pastikan musim hujan Okmar 2022/2023, sebanyak-banyaknya lahan akan ditanami untuk bisa berproduksi.”
Terkait TJPS, sambungnya, pada tahun 2022 pemprov.NTT targetkan 105.000 hektar, yang sudah ditanami adalah 37 ribu hektar.
“Penanaman dilakukan pada musim tanam kedua April-September dan sudah dipanen, bahkan hasilnya sudah dijual oleh offtaker. Petani sudah memperoleh pendapatannya.” Sebut Lucky.
Sisanya, sambungnya, “Akan dikerjakan pada musim tanam satu tahun 2022/2023 Oktober Maret, dimana pemprov.NTT siapkan lebih dari 88 ribu hektar yang sudah diajukan ke Bank pelaksana sekitar hampir 40 rb lebih yang sudah diseleksi dan akan segera dicairkan dengan pola kemitraan agar petani segera lakukan penanaman.
Di NTT musim hujan jatuh pada dasarian 3 bulan Oktor 2022 atau mnggu terakhir. Persiapan lokasi dilakukan pertama di wilayah yang curah hujan mendahului, yakni di Flores bagian barat. Karenanya offtaker yang akan siapkan benih, pupuk dan pestisida yang sementara disiapkan untuk penyaluran ke wilayah lokus TJPS. Selanjutnya menyusul untuk lokasi lain di kabupaten yang curah hujannya dimulai pada dasariah 1 November sampai akhir April 2023.
Target produksi TJPS musim tanam 1 ini adalah 400 rb ton untuk industri pakan ternak di dalam provinsi NTT, dan jangka pendek ke Surabaya.
“Kita akan kerja sama dengan kabupaten Bangli di provinsi Bali untuk mensuplai kebutuhan jagung bagi mereka, dan sebaliknya mereka akan mensuplai kebutuhan daging ayam di NTT, dan jagungnya fokus dari pulau Sumba.” Jelas Lucky lagi.
Untuk mengantisipasi krisis pangan, menurut Lucky gubernur NTT sudah menginstruksikan agar Distan NTT fokus hanya pada penanaman 4 komoditas,
Pertama jagung lewat skema TJPS pola kemitraan, kerjasama dengan Bank NTT dan Offtaker dan Bank Simbara lainnya.
Kedua sorghum, yang akan ditanam di tahun 2022 sebanyak 3.500 hektar dan tahun depan 34.000 hektar, ketiga Kelor, dan keempat aspek peternakan yakni ayam KUB. Dan itu semua sudah disiapkan baik sarana produksi, benih, pendistribusian bibit dan pupuk.
Komoditas pertanian yang diperintahkan gubernur sudah dipersiapkan, terkait bibit jagung untuk TJPS, sorghum, sementara dalam proses penyaluran dan keduanya diambil dari Flores Timur sembanyak 11 ton dan sudah didistribusikan ke kabupaten yang dapat alokasi.
Kelor bekeja sama dengan TNI yang akan siapkan 1 juta anakan yang akan didistrisuikan ke rumah penduduk untuk bisa berproduksi dan nantinya hasilnya akan diambil oleh offtaker yang sudah dipersiapkan.
“Sehingga semua skema dalam penanganan semua komodits yang diinstruksikan gubernur NTT sudah dalam desain ekosistem terutama untuk jaminan pasar agar para petani tetap optimis dan bersemangat untuk berproduksi karena sudah tersedia jaminan pasar dengan harga yang disepakati.” Jelasnya.
Kemudian apa yang akan dikerjakan oleh masyarakat, nantinya akan peroleh manfaat pangan dan ekonomi, untuk menjaga kemampuan pendapatan dan daya beli karena kenaikan BBM tingkatkan inflasi dan lemahkan daya beli mssyarakat.
“Karenanya produksi harus dikerjakan sejak awal dan pastikan instrumen itu dapat rujukan dan distribusikan ke sasaran terutama kelompok masyarakat miskin. Berapa banyak yang akan panen dan berapa pendapat yang akan dihasilkan dan bagaimana implikasi kenaikan BBM, mudah-mudahan bisa jaga stabilitas pasokan sehingga bisa hindari tekanan inflasi yang akan meningkat dan jangkauan daya beli masyarakat dapat terjangkau.” Tandas Lucky lagi.
Wilayah TJPS tersebar di 22 kabupaten kota di NTT. Di kota di kelurahan Naioni dan Kolhua, Sumba Barat Daya di Desa Kodi seluas 100.000 hektar dan di kabupaten Sumba Timur yakni di desa Lewa dan sekitarnya.
Sorghum akan ditanam di Foltim Lembata, Solor, Pantar di Alor, Sabu, Rote Ndao, Pulau Timur sebgian besar, Flores bagian utara, da akan bekerja sama dengan tokoh agama.
“Sementara tanaman Kelor akan ditaman di semua wilayah di NTT, kecuali di dataran tinggi seperti Ngada, Manggarai dan TTS tidak termasuk. Kecuali 3 kabupaten itu semua wilayah dataran rendah lainnya akan menjadi wilayah penanaman kelor yang akan dikoordinir oleh Dandim melalui Danramil dan semua babhinsa yang saat ini sedang bergerak du lapangan.” Jelas Lucky.
Dari sisi produksi dan penataan pemasarannya, papar Lucky, “Misalnya jagung, rata-rata produksi 1-2 ton dengan harganya Rp4 ribu maka penghasilan petani yakni sekitr 4-8 juta dan jika hari ini proruksi jagung adalah 6-7 ton, maka pendapatannya akan meningkat tajam. Dan ini akan sangat menolong petani dalam kondisi sulit dengan tekanan ekonomi sangat berat akibat kenaikan BBM yang tentu saja akan berimplikasi pada kenaikan sarana produksi, pupuk, bbm naik.”
Petani yang biasa lakukan penanaman pada lahan musim kering dan gunakan pompa air dengan bbm, keluh Lucky, akan alami kenaikan yang akan betimplikasi pada biaya produksi. Dipihak lain harga-harga akan naik sehingga jika tidak siapkan produksi, maka tekanan balik ke petani yang bermasalah dengan pendapatan atau kelompok miskin, tekanannya akan sangat berat dan angka kemiskinan akan naik.
“Pemerintah akan mendorong semua masyarakat untuk manfaatkan lahan pertanian sampai lahan pekarangan untuk berproduksi.” Janjinya.
Untuk kebutuhan benih, pupuk dan sarana produksi, sebut Lucky, sudah disiapkan pemerintah. Pemerintah lewat layanan terdekat agar masyarakat bisa berproduksi
“Dari aspek penerapan program TJPS tahun 2021 petani sudah mampu mengembangkan ke usaha peternkan ayam sekitar 13-14 ribu ekor, 6-7 ribu babi dan sapi lebih dari 1000 ekor di wilayah Kabuoateb Kupang di desa Kuanheun dan Baumata ada petani bisa beli sapi dan babi.” Sebutnya.
Saat ini, ujar Lucky, produksi kelor masyarakat sudah ada dipasar untuk program PMT dari PKK NTT yang akan mengtake over kelor dan juga Lamoringa yang akan mengcover dalam bentuk tepung dan daun kering sebagai manakanan tambahan untuk atasi anak-anak stunting.j
Pengawasan terhadap berjalannya program 10 ribu kelor dilapangan akan didiberdayakan ppl, babhinsa dan warga masyarakat akan sapat 35-75 pohon tanaman kelor untuk konsimsi dan dijual.
Untuk setiap 1 hektar pemerintah soapkan dana sebesar Rp10 juta untuk pembiayaan 2 komponen, yakni komonen wajib dan tidak wajib. Komponen wajib yakni untuk sarana peoduksi 6 juta dan komponen tidak wajib sebagai penyanggah pangan rt ybs sehingga petani tidak keluar mencari pengjasilan tambahan sebesar Rp4 juta atau biaya tenaga kerja. Dengan estimsi 10.ribu hektar hasilkan q triliun.
Investasi penting dilakukan karena akan menciptakan kemandirian masyarakat, kedua kemandirian kurangi beban fiskal daerah karena pemerintah tidak perlu alokasikan biaya benih dan pupuk lagi, yang selama ini bebani APBN sehingga petani bisa bertumbuh.
Ketiga adalah menciptakan kemandirian.
Bank.mitra adalah Bank NTT BRI dan bank lainnya ddngan sistem KUR.
Dari sisi input yang diberikan dana terlalu kecil gunakan APBD sangat kecil 1 tahun habya 10 ribu hehktar Rp20 M dan layani 300 kecamatan, setiap kecamatan dapat 30 h dan hanya bisa layani 30 orang dan tidak bisa berdampak. Dna jika verganting oada apbd maka pelayanantidak signifikasi. Psdahal ini komoditas rakyat yang bisa dijadikan instrumen untuk peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi.
Karena itu gubernur perintahkan untuk mencari sumber pembiayaan lain untuk melepaskan ketergantungan kepada APBD sekaligus menciptakan kemandirian dan temukan skemanya dengan pihak perbankkan dan offtaker. Pada pelaksanaan program TJPS 2022/2023 murni pembiayaan perbankkan dan offtaker bukan dari APBD kecuali untuk pendampingan saja.
Antispasi gagal.oanen akibat kekringan, pwnyakit dan genangan air.
Jika TJPS dilakukan selama 2 siklus masa tanam, maka diharapkan petani akan mandiri di siklus ketiga. Estimasinya yaitu jika pendapatannya bisa mencapai Rp18 juta pada setiap siklus tanam maka petani akan mandiri pada siklus keempat.|| juli br