Patut Dicontoh! Bantu Warga Miskin Yang Isolasi Mandiri, Lurah dan Satgas Kelurahan Oesapa Jalankan Sumbangan Kasih
KUPANG, Top News NTT|| Luar biasa inisiatif lurah Oesapa Kiai Kia,A.Md dan Satgas Kelurahan yang terdiri dari RT dan RW terhadap pasien positif Covid-19 yang harus jalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Upaya kemanusiaan dan ekonomi yang dilakukan bagi pasien positif Covid-19 dan keluarga yang merupakan kk miskin yaitu jalankan sumbangan kasih ke warga demi bantu keluarga yang isolasi mandiri.
Hal ini diungkapkan oleh Lurah Kiai Kia,A.Md kepada media ini dalam wawancara khusus di ruang kerjanya di kantor Lurah Oesapa pada Kamis, 22/01 siang.
“Di kelurahan Oesapa ada 8 ribu kk dan masuk kk miskin dari total jumlah kk 33 ribu lebih. Yang diisolasi mandiri sebanyak 130 warga karena terkonfirmasi positif. Dan saat Pak Wakil datang kunjungi, pas ada satu yang sembuh. Yang isolasi mandiri lainnya juga sudah sembuh. Tapi hampir sebagian adalah kk miskin yang kerjanya serabutan yang tidak kerja sehari tidak makan.” Jelasnya prihtin.
Kiai mengungkapkan upaya dirinya dan jajaran satgas kulurahan yang terdiri dari RT dan RW menjalankan sumbangan ke warga yang mampu demi membantu warganya yang positif Covid-19 da harus diisolasi. Ada dua kk, satunya seroang ibu dan satu kk lainnya terdiri dari 13 orang. Penanganan medis dilakukan oleh satgas kota dan puskesmas, tapi penanganan dampak ekonominya oleh pihak kelurahan bersama RT dan RW.
“Lantaran banyak dari warga yang jalani positif adalah kk miskin karena pekerjaan mereka itu tidak kerja tidak dapat duit. Jadi kalau isolasi mandiri 2 minggu saja mereka benar-benar bisa kelaparan. Sehingga kami berinisiatif untuk bantu mereka. Ada dua kk yang kami bantu melalui jalankan sumbangan kewarga lain yaitu Mei 2020 untuk satu ibu kk tunggal dan pada Desember lalu satu kk dengan 13 orang anggota keluarga. Saat mereka jalani diisolasi mandiri semua, dan kami dengan bantuan rt rw jalankan sumbangan ke warga yang mampu, pedagang sekitar wilayah kelurahan ini minta bantuan sembako seperti beras, telur, gula, teh dan uang. Saat itu kamk dapat beras 200 kilo dan uang Rp1.000.000 kami berikan ke mereka. Yang kami bantu ini adalah mereka dengan pekerjaan yang kalau tidak keluar kerja, tidak dapat makan dan tidak menentu hasilnya seperti tukang ojek, pedagang kecil dengan modal tidak lebih dari 250 ribu per hari, seperti pedagang sayur, ikan, kue, nasi kuning, atau tukang tambal ban. Mereka kalau tidak keluar kerja tiap hari tidak dapat uang untuk makan sehari. Hasil tidak lebih dari 100 ribu perhari, warga seperti ini kalau kena covid dan harus isolasi mandiri kita bantu. Sehingga saat isolasi 2 minggu atau perawatan di rs keluarga di rumah kami bantu. Tapi kalau misalnya jumlah lebih dari itu maka kami tidak berdaya lagi, maka perlu pemerintah kota, provinsi dan pusat pikirkan solusinya.” Tandas Kiai sedih.
“Kami jalankan sumbangan ke warga karena di kelurahan dan satgas tidak ada dana seperti itu. Karena itu saya pernah minta kadis kesehantan untuk koordinasi dengan dinas sosial kota data kk miskin yang harus di isolasi mandiri harus dibantu secara ekonomi.” Usulnya.
“Dari 33 ribu warga Oesapa, ada 8 ribu lebih kk yang masuk kk miskin. Yang dapat PKH ada seribu lebih, 600 lebih kk dapat bpmp dari kementerian. Dari semua jenis bantuan yang ada baik dana APBD kota, APBD provinsi dan apbn untuk bansos Covid-19 semua dapat. Dan kamj dadi satgas bagi 300 lebih paket, dari kota seribu lebih dan dari provinsi bst ada seribu lebih.
“Disini peran RT sangat aktif, bahkan mereka saya nilai sangat pro-aktif memberi informasi tentang warga yang positif ke saya sebagai lurah. Sebelum masuk notifikasi dari satgas gugus tugas, rt rw saya sudah lebih duluan telepon dan laporkan misalnya ada warga dilingkungan kerja mereka dinyatakan positif hasil tes baik rapid antigen, swab, dan misal harus diopname dan keluarga harus diisolasi mandiri, kabarnya saya terima duluan dari satgas rt dan rw. Dan setelah itu baru saya tinggal koordinasi ke puakesmas. Di Oesapa ada 54 rt dan 17 rw dan seluruhnya adalah sebagai satgas Covid kelurahan Oesapa. Kami selalu intens komunikasi walau lewat hp.” Ungkapnya bangga.
Tapi ada hal yang dikhawatirkan yakni keamanan mereka sebagai satgas kelurahan yang dikeluhkan Kiai turun tanpa APD.
“Saya ini kuatir saat kami turun kelokasi pasien positif kami tanpa APD memadai. Karena selama ini kami dengan upaya sendiri hanya pakai masker, face shield, sarung tangan kalau ada, dan hand sanitizer. Yah kalau misalnya dari satgas Gugus tugas kota atau dinkes bisa bagi kami APD pakian itu, masker dan sarung tangan sehingga kami juga bisa aman. Karena kami juga harus jaga diri dan keuarga saat pulang rumah. Kalau kami pengadaan sendiri tidak bisa. Padahal resiko sama saja dengan nakes. Selama ini saya selalu bilang ke rt rw kalau harus turun ke lokasi warga yang positif atau ke rumah sakit, kita harus benar-benar jaga jarak dengan pasien dan keluarga pasien serta semua benda di rs atau puskesmas jangan sentuh. Jadi kita berdiri dari jarak.1 meter dan hanya lambaikan tangan saja. Lipat tangan di dada dan jangan sandar atau sentuh apa-apa, pulang lepas dan cuci semua pakaian yang dipakai, mandi dan bersihkan diri sebelu ketemu keluarga.” Pungkasnya.
“Kendala utama sehingga mungkin ada warganya belum tersentuh bantuan adalah banyak warga Oesapa masih KTP luar, baik buruh, sopir dan lain yang sudah ada rumah di sini tapi belum ubah KTP, sehingga pemerintah mau sentuh dengan bantuan susah karena adminsitrasi mereka masih warga luar kelurahan Oesapa.” Ungkapnya sedih.
Kepada dinas teknis yang tangani masalah pasien positif Covid, Kiai berharap agar ada juga anggaran untuk penanganan masalah dampak ekonomi bagi warga yang positif dan harus iaolasi mandiri dari keluarga tidak mampu.|| juli br