WAIKABUBAK, TOPNewsNTT||Menteri BPN/Kepala BAPPENAS Suharso Monoarfa memimpin Rapat Bersama gubernur NTT dan para bupati se-Sumba di aula Kantor Bupati Sumba Barat (Sabtu, 5/6).
Sumba yang memiliki sejumlah potensi pariwisata, antara lain Taman Nasional/Kawasan Strategis Pariwisata Nasioanal (KSPN) Waikabubak-Manupeu Tanah Daru yang meliputi yang meliputi tiga kabupaten yaitu Sumba Barat, Sumba Tengab dan Sumba Timur.
Selain EBT dan pariwisata, pembangunan Sumba difokuskan untuk percepatan peningkatan kualitas sdm, pengembangan Food Estate secara terintergrasi, percepatan komektivitas dan aksesbilitas, hingga informasi dan telekomnunikasi.
“Saya mendorong seluruh jajaran Bappeda, untuk fokus merumuskan usulan pembangunan yang prioritas dan berkualitas serta membawa dampak besar bagi kesejahteraan rakyat.” Pesan Menteri Suharso.
Pulau Sumba memiliki potensi energi surya yang tinggi, utamanya disebelah utara, timur dan selatan dengan iradiasi tertinggi sebesar 4,81-5,50 kilo watt per m².
Saat ini sedang dikaji lokasi pengembangan tahap awal PLTS sebesar 2 giga watt dan pembangunan high voltagge dirrect current (hvdc) 500 kilo volt dari Sumba ke Jawa.
Pemerintah NTT telah berkomitmen mempersiapkan lahan seluas 50.000 h sebagai lokasi pembangunan PLTS skala besar di Sumba.
Hal ini sejalan dengan pengembangan Energi Terbarukan (EBT) di NTT sebagai bagian dari major project akselerasi pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi yang diharapkan dapat berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan energi, pencapaian target bauran EBT nasional sekaligus peningkatan rasioa elektrifikasi NTT yang saat ini merupakan salah satu yang terendah di Indonesia sebesar 86,81%.
“NTT memiliki potensi sumber energi terbarukan seperti matahari angin, serta arus laut yang besar hingga 25 giga watt. Masih terdapat banyak ruang untuk EBT untuk tumbuh secara optimal, tentunya dengan menghadirkan enabling factors lainnya.” Urai Menteri Suharso.
Strategi pembangunan EBT di NTT dilaksanakan dalam tiga tahapan : yaitu
Untuk jangka pendek, pengembangan EBT dapat dimulai dengan Pengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi PLT EBT selama 3-4 tahun.
Untuk Jangka Menengah dapat dilakukan dalam dua tahap pertama dengan melakukan grid system ke wilalay-wilayah yang potensial secara ekonomi, tahap kedua adalah dengan meningkatkan pemanfaatan energi non-listrik secara masiv seperti bio gas, bio massa dan bio solar untuk sektor rumah tangga dan transportasi.
Selain itu juga perlu dilakukan integrasi transmisi (grid) antar pulau besar di NTT.
Untuk jangka panjang perlu dilakukan konsolidasi proyek-proyek EBT di NTT sehingga dapat terintegrasi ke jaringan smart di NTT – Jawa dan ekspor EBT ke NTB, Bali dan Jawa Timur.
Pemerintah akan memastikan pengembangan sdm, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan serta kerangka pendaaan yang tepat untuk mendukung pelaksanaan pengembangan EBT di NTT.
Pemerintah terus mendorong pengembangan energi terbarukan di NTT seperti Sumba Iconic Island, PLTS 1000 Pulau, Flores Geothermal Island, Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Larantuka, Program Biogas Rumah (BIRU) dan Koridor Interkoneksi Gigawatt Sumba-Jawa.
“Dengan karaterisktik kepulauan serta kondsi ekonomi-energi saat ini. Kami mendorong NTT sebagai Taman Energi Terbarukan, sejalan dengan komitmen pembangunan energi terbarukan nasional dalam RPJMN 2020-2024, PP Kebijakan Energi Nasional, Perpres Rencana Umum Energi Nasional serta Rencana Umum Energi Daerah NTT.” Ujar Menteri Suharso.
“Pengembangan EBT di NTT diharapkan dapat memberikan multiplier efect yang luas, baik dalam membuka lapangan kerja, membangkitkan aktifitas ekonomi wilayah dan menarik investasi khususnya pada sektor pariwisata yang tengah tumbuh sangat cepat di NTT.” Ujarnya di akhir rapat.|| juli br
sp.bag.protokol & humas serda pemkab.sumba barat