Kasus Rabies di TTS : 515 Kasus Tergigit, 3 Korban Meninggal

NTT, TOPNewsNTT|| Di Tahun 2023, Kabupaten TTS adalah wilayah pertama di Daratan Timor yang terdapat kasus korban Virus Rabies. Sejak Mei 2023 tercacat menurut data Dinas Kesehatan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT sudah 515 kasus tergigit Hewan Penular Rabies (HPR) di TTS dengan locus penyebaran di 7 Kecamatan di desa Fenun. Ketujuh kecamatan tersebut yakni  Amanatun Selatan, Kuatnana, Kolbano, Amanuban Tengah, Nunkolo, Kie, dan Kualin.

“Data tergigit HPR di TTS per tanggal 22 Juni 2023 sebanyak 515 orang,  yang tidak ada gejala sebanyak 448 orang, gejala tidak khas 63 orang dan gejala khas rabies 4 orang dan meninggal 3 orang.” Jelas Ruth Laiskodat pada jumpa pers Jumat, 23/6 

Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Kesehatan NTT, lanjut Ruth sudah melakukan upaya-upaya penanganan terhadap korban tergigit dengan pemberian vaksin dan serum. 

“Dan karena TTS merupakan kabupaten pertama di Daratan Timor yang ada kasus Rabies, maka upaya pemberian edukasi lewat penyebaran informasi kepada masyarakat lebih intens dan masiv dilakukan agar masyarakat mengetahui apa itu Virus Rabies, sifat dan cara penanganan secara medis, mengenal hewan peliharaan apa saja sebagai media penular atau HPR dan gejala HPR (terutama anjing) yang paling dekat dengan manusia yang terunfejsi Rabies serta  upaya penanganan pertama san lanjutan terhadap korban gigitan HPR (anjing) dengan atau tanpa indikasi rabies agar mencegah lebih parah.” Jelas Ruth.

Ia menganhurkan jika tergigit anjing (HPR : Hewan Penular Rabies) penanganan pertama di rumah yakni dengan mencuci luka dengan air mengalir dan deterjen apa saja, “Karena virus Rabies bagian luar sifatnya lemah dan akan larut dengan deterjen, maka jiak dicuci dengan air mengalir dan deterjen maka 70persen virus akan tereliminasi keluar dari tubuh.” Tegas Ruth.

“Kedua pergi ke saranan layanan kesehatan yang kami sebut “tata laksana penanganan Rabies”, untuk diberikan suntikan vaksin rabies. Kalau di daerah tertentu leher bagian atas atau ujung hari tangan dan kaki (wikayah sayaraf) maka diberikan serum rabies. Harus segera diberikan agar virus tidak menyebar. Jika gigitan bukan di wilayah  itu maka diberikan vaksin.” Tegasnya.

Ruth menyatakan sebagian masyarakat belum mengetahui dengan benar apa itu rabies dan  gejala khasnya, maka perlu dilakukan pemberian edukasi langkah penanganan pertama jika terkena gigitan, yakni mencuci bersih dengan air mengalir dan derejen sebelum pergi ke sarana kesehatan.

Di NTT, dari korban gigitan anjing, yann dipantau rawat jalan sebanyak 511 orang dan dipantau rawat inap sebabyak 1 orang.

Dinkes, jelas Ruth,  melalui instalasi farmasi juga sudah menyiapkan stok vaksin VAR dan SAR.

“Tersisa di NTT sebanyak 14.596 VAR dan SAR.  Hingga  18 Juni kami sudah drop sebanyak  10 vial yakni 25.200 VAL dan 220 SAR. Supaya ke 8 kabupaten dan ke Kabupaten Lembata dan ke TTS diberikan lebih banyak sehari sebelum gubernur NTT turun kunjungi sudah didrop ke TTS dan satu minggu terakhir termasuk kota Kupang untuk di stok di rs di kota Kupang. Walaupun kota Kupang belum ada kasus namun untuk yang sudah digigit dan dicakar penderita hrus ke rs untuk divaksin.” Jelas Ruth

Untuk penanganan yang sudah tergigit, NTT melakukan permintaan vaksin 25.000 VAL dan 550 SAR ke Kementerian Kesehatan RI.

“Untuk edukasi dan informasi pemprov.NTT meminta ke Kemenkes RI yakni  banner, liflet dan spanduk untuk disebar ke faskes. Di pulau Timor lebih massiv kerena baru pernah ada virus rabies, sedangkan di Flores dan Lembata sudah 20 tahun terdapat kasus sehingga wilayah itu sudah terbiasa dengan langkah penanganannya.” Ujarnya.

Gejala khas terkena rabies perlu diketahui masyarakat agar bisa dilakukan pencegahan lebih serius hingga kematian.

“Ingat, rabies memang berbahaya tapi bisa diatasi jika dilakukan penanganan awal lewat informasi terkait rabies. Dengan mencuci pakai air mengakir dan deterjen serta diberikan vaksir SAR dan VAL maka korban akan dapat diselamatkan.” Tutup Ruth.|| jbr