Ini Terobosan Dinas Pendidikan NTT Majukan Pendidikan Di Masa Pandemi

0

NTT, TOP News NTT■■ Dinas Pendidikan mengalami penyegaran dengan pergantian kepala dinas sampai kepala bidang pendidikan menengahnya. Kepala Dinas sebelumnya Benyamin Lola digantikan oleh Linus Lusi, dan kepala Bidang Pendidikan Menengah digantikan oleh Mathias Beeh (Mantan kasek SMKN 1 Kupang).

Terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan NTT adalah dengan turun ke daerah, di 22 kabupaten kota untuk lebih dekat melihat dan mendengar langsung seperti apa proses pendidikan didaerah, kondisi guru dan siswa, bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran di masa pandemi, pelaksanaan kurikulum di masa pandemi, apa saja kebutuhan, kendala dan mencarikan solusi terbaik baik bagi guru dan siswa sehingga proses KBM berjalan sesuai prinsip pendidikan yang layak, dan siswa sebagai ujung tombak akhir keluar sebagai yang terbaik bukan hanya dalam intelektual namun etika dan rohani yang baik. Demikian penjelasan kabid.Dikmen Mathias Beeh di ruang kerjanya pada Dinas Pendidikan Provinsi NTT (Senin, 28/09).

Kunjungan lapangan ini dilakukan setelah sebulan pelantikan keduanya (kadis dan kabid.dikmen) dan sudah turun ke  Alor, daratan Sumba, Flores Timur, Ende, Sikka, seluruh Manggarai, Ngada, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu dan Malaka. Dan ada 100 SMA dan SMK baik negeri maupun swasta yang dikunjungi tim Dinas Pendidikan NTT yang terdiri dari Kadis Linus Lusi, Kabid.Dikmen Mathias Beeh dan Sekretaris. Sedangkan kabupaten Rote Ndao dan Sabu akan dilakukan dalam bulan Oktober.

Mathias mengungkapkan bahwa saat kunjungan tersebut, kadis dengan sigap menandatangai beberapa sk dari para guru ASN maupun honor dan kasek yang selama ini tertunda untuk membuka akses bagi mereka mengurus beberapa penghasilan tambahan dari dana APBN seperti sertifikasi dan intensif guru yang bisa dilakukan jika sk mereka ditandatangani sehingga bisa mengurus  NUPTK mereka ke pusat.

“Sambutan mereka sangat luar biasa dan memberi semangat baru kepada kami bertiga untuk tidak saja berkunjung namun melakukan sesuatu menolong dan menyelesaikan persoalan dan kendala yang membuat mereka selama ini tidak dapat menikmati kesejahtetaan sama seperti kami para guru, kasek dan staf Dinas Pendidikan di kota. Kami dapati banyak hal yang membuat kami merasa miris, bertahun-tahun banyak sk tidak diterbitkan, hak-hak sertifikasi tidak oernah dinikmati padahal mereka sudah berbakti sekian belasan tahun bahkan pulihan tahun, hak-hak intensif guru honor dan PNS terhambat karena NUPTK mereka tidak ada, ada yang tidak tahu cara mengurusnya, ads yang sudah mengurus namun belum terbit karena berkas tercecer tidak sampai ke Dinas, ada yang kesra mereka terhambat sekian tahun tidak terbayar karena sk sebagai persyaratan belum terbit karena belum ditandatangani, ada yang sk honor daerah yang tidak pernah sampai ke tangan guru yang bersangkutab padahal sudah ditandatangani. Dan bapa kadis segera menanganinya, menandatangani sebegitu banyak sk di sekolah, proses langsung semuanyang butuh diproses. Dan rekan guru disana bisa lega dan tersenyum. Mereka sangat apresiasi kedatangan kami dan mengatakan sudah sekian puluh tahun dan baru pernah terjadi eksekusi dilapangan oleh kadis dan perangkat Dinas seperti ini. Hal ini membuat kami sangat terharu.” Jelas Mathias yang sempat 7 tahun menjadi kasek di SMKN 1 Kupang dan bahkan alumni sekolah itu tahun 1990/1991.

Diakuinya, kondisi sekolah dan guru di banyak kabupaten sungguh memprihatinkan dan mampu mengiris rasa kemanusiaan mereka bertiga, sangat jauh dari layak.

“Mereka di kampung-kampung, justeru merupakan pahlawan tanla tanda jasa yang sesungguhnya, setia pada pangilan pelayanana walau kondisi minus dan memprihatinkan. Kondisi sekolah, dan kesejahteraan mereka jauh dari kata layak dna sejahtera. Hanya 50 persen yang sudah bisa menikmati sarana prasarana yang memadai ataupun hak-hak terbayarkan, sebagian besar terutama guru honor komite dan kontrak daerah bahkan ada yang berpuluh tahun, belasan tahun mengajar dengan upah Rp50.000 ribu. Hati kami menangis, belum.lago sarpras sekolah, ada yang hanya dari daun dan tanah, dinding  gedek (bambu) yqng reyot, bayangkan jika musim hujan. Habya 2 ruangan yang dibangun swadaya, dan sudaj berpuluh tahun sekian banyak anak belajar, lulus dan bahkan as ayang menjadi sarjana, pejabat karena semangat dan usaha para guru dan kasek mengajar mereka dalam.kondisi memprihatibkan. Dan kondisi yanv kami dapati seperti inilah yang memberi semangat pelayanan “eksekusi langsung” di lapangan bagi pak kadis.” Imbuh Mathias lagi.

Selain itu tim juga membawa berita baik terkait  Tansil (tambahan penghadilan) dari gubernur sebesar  Rp400.000 per bulan bagi para guru honor negeri maupun swasta. Dan saat ini menurut Mathias konsentrasi pemerintah masih kepada kesejahteraan guru, berupa bantuan penyelesaian beberapa surat-surat penting menyangkut hak-hak mereka yang selama ini sempat terhambat.
“Tahun depan baru kita akan fokus ke sarpras pendidikan dan sarana pendukung lain seperti masalah jaringan internet, listrik dan sarpras lain.” Jelas Mathias.

Mathias berharap agar  hasil dari penjaringan di lapangan langsung ke sekolah, membawa sebuah hasil pemberian solusi yang menjawab kebutuhan wsrga sekolah, agar tujuan pengembangan sekolah dapat tercapai.■■juli br</b

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *