Ini dua usulan Kepala SMKN 1 Kupang untuk putuskan mata rantai Covid-19 dilingkungan sekolah
NTT, TOP News NTT ■■ Kepala SMKN 1 Kupang, Mathias Beeh dalam wawancara per-telepon kami (Senin, 23/03/2020) punya dua usulan penting bagi pemerintah Provinsi NTT dalam hal ini Gugus Tugas Penanganan Covid-19 jika ingin tuntas berantas Corona atau putuskan mata rantai penularan Covid-19. Antara lain dengan sterilisasi lingkungan sekolah dan tutup seluruh area publik.
Sterilisasi lingkungan sekolah diusulkan Mathais Beeh selaku kepala SMKN 1 Kupang karena melihat banyaknya warga sekolah yang merupakan genersasi muda penerus bangsa. Sedangkan penutupan serentak semua area publik selain rumah sakit, apotek, dan tempat pelayanan yang berhubungan dengan tindakan medis adalah demi efektifkan pemutusan mata rantai penularan Covid-19 di NTT.
“Seperti di SMKN 1 ada 2.000 siswa belum ditambah guru dan staf. Sehingga saya berpendapat sebaiknya untuk memberikan kenyamanan dan jaminan tidak akan terpaparnya virus covid-19 kepada warga sekolah sebaiknya pemerintah NTT lakukan juga penyemprotan disinfektan di lingkungan sekolah.” Ujarnya lugas.
Usulan ini dilontarkan Mathias karena saat ini dari pihak sekolah belum menganggarkan khusus untuk itu namun Mathias menjanjikan jika pemerintah belum menganggarkan kemungkinan besar setelah masuk liburan baru akan dibicarakan jika dengan pihak sekolah jika memang dirasa perlu penyemprotan disinfektan di lingkungan sekolah. Namun jika saat ini pemerintah bisa mengambil alih penyemprotan, maka akan sangat membantu sekolah memberi jaminan kesehatan bagi siswa.
“Saya malah berharap pers bisa mendorong pemerintah NTT lewat gugus tugas untuk lakukan penyemprotan disinfektan dilingkungan sekolah sebagai prioritas utama, karena banyak generasi muda tiang bangsa belajar di sana. Karenanya saya berharap gugus tugas penanganan covid-14 pemprov NTT bisa mengusulkan kepada pemda anggaran penyemprotan disinfektan ke lingkungan sekolah.” Ujarnya berharap.
“Pihak penyelenggara pendidikan di SMKN 1 Kupang sejauh ini sudah lakukan beberapa upaya standar dalam rangka pencegahan penulatan Covid-19 dilingkungan sekolah baik yang sudah, sedang dan akan dilakukan yaitu dengan melakukan tindakan antispatif dengan menjaga kebersihan lingkungan sekolah, sosialiasasi kepada warga sekolah untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan selama di dalam lingkungan sekolah maupun di rumah dengan mencuci tangan, setiap habis bepergian atau saat akan makan, mandi dan berganti pakian setiap pulang dari luar rumah, memakai masker jika berada di luar rumah. Dan program belajar dari rumah dengan meliburkan siswa 14 hari kerja. ” jelas Mathias lebih lanjut.
“Sejauh ini,” lanjut Mathias, “di dlingkungan sekolah kami belum menyiapkan hand sanitizer, tapi akan bicarakan dengan semua guru dan staf pada saat masuk nanti. Namun dengan petunjuk tutorial pembuatan hand sanitizer, nkami akan mencoba meraciknya sendiri dengan guru IPA. Sedangkan untuk masker lembaga sekolah belum ada rencana dalam raps untuk siapkan mengingat jumlah siswa yang cukup besar yaitu 2.000 orang. Kami harapkan orang tua bisa menyiapkannya sendiri.”
Selain itu, Mathais Beeh berharap pemerintah bisa juga menutup semua tempat publik, bukan hanya kantor-kantor pemerintah dan swasta serta sekolah saja yang ditutup tapi kalau bisa semua tempat pembelanjaan harus ditutup.
“Karena jika pemerintah ingin memutus mata rantai penularan Covid-19 maka harus serius. Walaupun dari data Dinas Kesehatan dan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 belum positif tertular corona, dan hanya ada 101 Pasien dengan ODP (Orang Dalam Pantauan) Covid-19, namun harus serius penanganannya. Libur 14 hari tapi tidak semua sektor bekerja sama dirumah saja karena masih ada pusat perbelanjaan dan pasar-pasar buka, maka tidak menjamin benar-benar efektif program ini. Karena selama masih banyak pusat perbelanjaan dan sektor swasta buka, maka akan terjadi konsentrasi kumpulan orang. Walaupun mengikuti protokol standar penanganan penyebaran Covid-19 yaitu masker, hand sanitizer, jaga jarak dengan orang lain 1 meter dll. Namun jika ingin efektif sebaiknya menutup semua area publik yang memungkinkan konsentrasi orang.” Ujarnya mengusulkan Mathias sangat berharap saat liburan ini siswa dengan pengawasan orangtua dirumah menjaga diri untuk tidak bepergian ke tempat ramai atau area publik dan belajar serta mengerjakan tugas dari rumah saja, agar terhindar dari paparan virus corona.
“Bagi siswa saya sangat harapkan agar bisa menjaga diri bahwa libur 14 hari ini bukan liburan untuk perayaan hari bahagia dan untuk jalan-jalan, tapi karena ada virus berbahaya sehingga siswa saya harapkan untuk harus taat dengan himbauan tinggal didalam rumah dan kerjakan tugas dan belajar.” Ujarnya mengingatkan.
Bagi orangtua siswa Mathias Beeh berharap dukungan penuh mengawasi dan memastikan anak untuk berada dalam rumah dan belajar serta kerjakan tugas dari guru pembimbing yang dikirimkan via WA.
Bagi pemerintah Mathias berharap usulannya diatas bisa dipertimbangkan, walaupun NTT belum masuk dalam zona merah tapi tindakan antisipatif demi menjamin kesehatan sekian puluh ribu warga sekolah serta masyarakat NTT perlu dilakukan segera. ■■ juli br