Ganef Wurgiyanto A.Pi Pastikan Pemprov.NTT Berhasil Investasi Budidaya Kerapu di Teluk Labuan Kelambu

Birokrasi Investasi Perikanan dan kelautan Regional

NTT, TOPNewsNTT|| Ganef Wurgiyanto A.Pi Pastikan Pemprov.NTT Berhasil Investasi Budidaya Kerapu di Teluk Pelabuhan Kelambu. Hal ini ditandaskannya kepada media ini dalam wawancara Rabu, 23/6 di ruang kerja.

“Perlu saya tegaskan bahwa budidaya ikan jenis kerapu di Labuan Kelambu tidak gagal karena pertama : dapat dilakukan mulai penebaran benih sampai panen dengan bobot ikan ler ekor antara 1,5 – 3,5 kg per ekor, kedua : ikan dalam kondisi sempurna atau tidak ada yang bengkok (simetris) yang menandakan perairan tersebur subur atau cocok. Walaupun ada yang luka karena penanganan yang kurang sempurna pada saat grading (pemisahan ikan sesuai ukuran) maupun loading (pemindahan ikan), ketiga : komoditas ikan hidup dan masuk dalam grade ekspor, empat : penundaan jadwal panen sskitar 2 bulan dikarenakan menunggu kesiapan kapal angkut, lima :  saat ini setelah panen, masih mengalami kerugian yang disebabkan oleh tidak semua ikan diambil pembeli (kondisi ika luka sebanyak 711 ekor) dan kehilangan ikan akibat musibah Badai seroja (hilang 3.500 ekor), enam : besaran biaya pada biaya investasi (Rp4.241.500.000), sedangkan biaya operasional hanya Rp184.106.000, tujuh : penerima manfaat adalah masyarakat setempat dan delapan : kegiatan budidaya ini berkelanjutan dengan masa 15-20 tahun.” Tandas Wugriyanto menegaskan.

“Jadi bukan setahun dua tahun sudah bisa diharapkan kembali modal. Lagian ini dana investasi yang diserap langsung berupa benih ikan, sarpras pendukung sehingga tidak ada pengembalian ke pemerintah. Ini biaya diberikan oleh pemerintah guna membangun ekomomi masyarakat sehingga tidak dikembalikan.”  Jelasnya lagi.

Penegasan itu dikatakan Ganef karena 5 fakta di teluk pelabuhan Kelambu, Kabupaten Ngada yang menurutnya sesuai hasil kajian Teluk Labuan Kelambu potensial untuk searancing atau Restrocking dan budidaya ikan jenis Kerapu karena pertama : perairan sangat subur berdasarkan kajian parameter perairan, kedua : Teluk sangat ideal dengan luas sekitar 235 Hektar, ketiga : Memiliki alur keluar teluk (mulut teluk) sekitar 180 meter, keempat : tidak ada penembangan mangrove dan kelima : jumlah nelayan sangat sedikit.

Sehingga sangat ideal searancing atau Restrocking dan budidaya ikan jenis kerapu, sehingga dianggarkan APBD perubahan tahun 2019 dan pada bulan Oktober 2019 dilaksanakan kegiatan searancing atau Restrocking dan budidaya ikan jenis kerapu. Penebaran benih dilakukan pada Desember 2019.

Berkat dorongan DKP provinsi NTT masyarakat Desa Sambinasi Barat, Sambinasi dan Sambinasi pemekarab telah membentuk Koperasu “Waning Baar.” Kegiatan ini merupakan pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga seluruh fasilitas termasuk ikan 1 juta ekor lebih baik yang ditebar diperairan maupun di KJA dihibahkan kepada masyarakat (Koperasi Waning Baar sedangkan DKP provinsi NTT memberikan bimbingan teknis dan pengelolaan.

Searancing atau Restrocking dan Budidaya ikan sistem KJA adalah pertama : kegiatan searancing atau Restrocking adalah pengkayaan sumber daya ikan pada perairan tertentu dengan cara menebarkan jenis ikan tertentu jenis ikan tertentu (sesuai kajian) dengan tujuan meningkatkan ekonomi dan penyediaan induk ikan yang berkualitas Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) terutama Tablolong. Ini namanya investasi jadi akan memberikan manfaat setelah 4-5 tahub setelah ikan tersebut matang gonat (berkembang biak).

Benih Ikan Kerapu yang kami sebar pada awal budidaya pada Desember 2019 sebanyak 1.100.000 (1,1 juta) ekor, dengan kematian saat pengangkutan sekitar 80.000 ekor. Sehingga yang berhasil ditebar di perairan Teluk Labuan Kelambu sekitar 1 juta ekor senilai Rp3.410.600.000 (Rp3,4M) ditambah pakan ikan awal 1 juta ton (Rp450.000.000).

Kegiatan Budidaya system KJA (Karamba Jaring Apung) adalah fasilitas yang dibangun untuk kepentingan budidaya ikan dengan sistem Karamba yang dibuat terapung di permukaan perairan dan dapat dipanen setelah 1-2 tahun.

Nilai Investasi yang dilakukan pada November 2019 bernilai Rp4.241.500.000 yang terdiri dari pemasangan 8 unit Karamba Jaring Apung (KJA) senilai Rp2.710.000.000, Bagan Kelong senilai Rp317.000.000, Pembangunan Jetty senilai Rp164.500.000, Rumah Jaga senilai Rp50.000.000.

Sedangkan biaya operasional terdiri dari penambahan pakan (dengan persetujuan Komisi 2)  sebanyak 300 kg senilai Rp150.000.000, benih kerapu sebanyak 10.000 ekor senilai 34.106.000 dan mengangkat 4 penjaga Karamba yang diupah Rp600.000 per bulan x 12 bulan total honor : 28.906.000 sehingga toral biaya operasional saja berjumlah 212.906.000.

Benih ikan kerapu kertang yang dibudidayakan di KJA sebanyak 10.000 ekor, namun terjadi kematian benih sebesar 50% (5.000) ekor sisa di KJA sekitar 5.000 ekor.

Kematian akibat badai seroja dan ada kerusakan pada jaring dan sebabkan ikan hilang sekitar 3.500 ekor dan sisa di keramba 1.500 ekor.

Namun budidaya ikan kerapu berhasil dipanen total 1.505 ekor dengan rincian : sebanyak 2 ton (2.035 kg) yaitu Kerapu Kertang Super ukuran 1,5-2 kg sebanyak 741 ekor dengan dengan bobot per ekor 849,8 kg senilai Rp38.241.000, Kerapu Kertang UP ukuran 2-3,6 kg sebanyak 53 ekor dengan berat 126,5 kg senilai Rp5.060.000 sehingga total panen adalah 794 ekor dengan berat 976,3 kg yang total hasil penjualan Rp46.861.000. Hasil penjualan ditransfer langsung le rekening Koperasi Wanning Baar oleh pembeli.

Sedangka sisa yang belum dipanen sebanyak 711 dengan bobot per ekor 1.059 kg, karena pembeli belum mau membeli karena alami kondisi robek atau luka pada tenggorokan dan bibir dan sirip sehingga sedang dipulihkan dan akan diambil setelah ikan pulih.

Ikan hasil panen itu langsung dibawa ke Bali kemudian diekspor ke Hongkong, sehingga butuh ikan yang sehat dan  sempurna.|| juli br