BPG dan BPMP Provinsi NTT Kolaborasi Gelar Refleksi Dan Berbagi Praktik Baik Komunitas Belajar Ramah Guru Dalam Sekolah

KUPANG, TOPNewsNTT||58 Peserta Tenaga Kependidikan dan Pendidik tingkat PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK (20 sekolah) di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang mengikuti Kegiatan Refleksi Dan Berbagi Praktik Baik Komunitas Belajar Ramah Guru Dalam Sekolah di Kupang (Senin, 4/9).
Kegiatan ini dihelat dan merupakan program kerja Balai Guru Penggerak Provinsi NTT dan bekerjasama dengan BPMP provinsi NTT.
Balai Guru Penggerak merupakan UPT dibawah Kemendikbudristek RI.
Hal ini dijelaskan oleh kepala BGP NTT Wirman Kasmayadi usai pembukaan kegiatan.
“Balai Guru Penggerak ini tugas dan fungsinya adalah melakukan pengbangan dan pembinaan kepada guru, kepala sekolah, pengawas, calon guru, calon kepala sekolah dan calon pengawas, termasuk tenaga kependidikan lainnya dari semua jenjang kependidikan atau dasar dan menengah. Kami dibawah berada di bawah Kemendikbudristek RI. Kami lembaga UPT atau Satuan Kerja unit kerja teknis yang berada di Provinsi NTT.” Jelasnya.
Sesuai Permendikbud no 14/2022 tentang struktur organisasi dan tata kerja BGP memiliki tugas menggembangkan dan memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan (guru, calin guru, kepala sekolah, calon kepala sekolah, pengawas dan calon pengawas), dalam semua hal peningkatan kompetensi, pembekalan, pelatihan, bimtek, termasuk yang dari Sekolah Penggerak. Sekolah Penggerak merupakan bagian dari program BGP.
Balai Guru Penggerak baru 2 tahun berdiri di NTT dan semua yang berurusan dengan peningkatan sdm tenaga pendidik dan kependidikan menjadi urusan kami.
Komunitas Belajar Ramah Guru ini kita doromg dan merupakan salah satu strategi kita juga karena jumlah guru kita hampir 100 ribu dan tidak mungkin kita jangkau semuanya dalam satu tahun, maka skema yang kita bangun adalah salah satunya dengan pembentukan Komunitas Belajar Dalam Sekolah dengan memilih perwakilan guru dari masing-masing sekolah bersama Kepala Sekolah dan Pengawasnya, memantapkan mereka dengan membekalinya dan lain sebagainya dan selanjutnya mereka yang menjadi agen dan menggerakkan Komunitas Belajar di sekolah masing-masing. Program dilakukan demgan cara online dan offline. Komunitas Belajar Ramah Guru di Sekolah merupakan sebuah pilot project dari BGP NTT.
Pilot Project ini dilakukan BGP NTT agar bagaimana guru lebih intensif belajar di sekolah bersama teman-temannya, sehingga tidak mesti gurunya harus kita panggil semua.
Ini adalah salah satu model yang bagus karena sskarang belajar itu kan sangat terbuka. Semua bahan ajar kami siapkan. Tidak semua harus luring seperti ini onlinepun kita layani sehingga ini salah satu strategi untuk mendukung guru di sekolah menjalankan Program Merdeka Belajar dan ada juga Aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM). Tidak semua harus offline dan ini salah satu strategi untuk sharing komunitas belajar ini. Setelah kami membekali para tenaga pendidik dan kependidikan dalam Refleksi san Berbagi Praktik Baik ini, merekalah yang kita harapkan mensharenya di sekolah karena merekalah yang akan lebih sering berinteraksi dengan guru dan siswa, merekalah yang harus berbagi di sekolah. Kelompok belajar inikan lebih murah meriah tidak perlu mengumpulkan orang di suatu tempat lagi kan butuh biaya lagi kan kendalanya biasanya transportasi dan konsumsi.
Sehingga kami lebih mendorong kelompok belajar ini tiap hari ketemu di sekolah bisa diskusi dan berbagi. Murah meriah dan tidak butuh biaya khusus.
Kita membekali gurunya sebagai penggerak komunitas belajar, ada kepala sekolahnya, juga pengawas, ketiga -tiganya tugas guru adalah memastikan bagaimana sekolah itu mengelola komunitas belajarnya seperti apa baru kita bekali. Dan ini sudah berlangsung hampir satu semester kita undang berbagi praktik baik. Mereka di sekolah menyelenggarakan dan melaksanakan komunitas belajarnya bergerak terus, belajar dan berdisukusi bersama ada “siklus inquary” namanya yakni mereka terus berproses.
“Siklus inquary” itu yakni mulai dari merefleksi diri berdasarkan data capaian data siswa, berdasarkan data kebutuhan guru, rapor pendidikan. Mereka melihat misalkan di SD kelas 1 dan 2 ternyata siswanya kebutuhannya begini, maka mereka para guru berdiskusi dan belajar, lalu merencanakan apa aktifitas untuk belajar bersama, mereka yang rencanakan, laksanakan, mengajar di kelas lalu dipantau dan direfleksi bersama. Sehingga belajar guru di kelompok ini melibatkan siswa. Artinya apa yang dimiliki oleh guru itu untuk memastikannya sampai kepada siswa dengan efektif, maka uji coba dilakukan. Artinya gurunya pintar juga sampai kepada siswanya, itu yang sangat melekat disisi ini. Bisa jadi gurunya rajin ikut seminar tapi tidak mampu menerapkanya di kelas. Di kelompok belajar ini apa yang diperokeh guru, dimana kesulitan siswa itu, paham dan dia belajar bersama, sampel pelajaran dijalankan, evaluasi dan diperbaiki bersama, jadi guru belajar dari implemetasi di kelas.
BGP punya panduan komunitas belajar bagi sekolah. Ada tahapan, dan ada penggerak komunutas belajar kepala sekokah dan guru yang kita latih dan samakan persepsi lalu diterapkan sesuai alur panduan mereka terapkan di sekolah dan lewat zoom diawasi dan dievaluasi oleh BGP, jadi dipantau terus. Setiap bulan ada progres danereka juga laporkan di sistem dan kita olah sehingga hasil olahan kita kaji dan kita undang ke kegiatan refleksi seperti ini. Refleksi ini merupakan piloting atau contoh dan kita berharap agar hasil piloting ini memberikan praktik baik dan itulah yang akan didesiminasikan ke sekolah yang belum di kabupaten yang belum laksanakan.
Indikator keberhasilan dari program praktik baik adalah adanya diskusi-diskusi tentang siswanya misalnya mengapa siswanya belum bisa baca dll kebutuhan siswa dan mencari cara membantu siswa belajar. Prinsip Merdeka Belajar adalah melakukan problem solving kepada siswa. Selain intelektual juga karakter, kendala ekonomi dll. Secara umum akan dilihat profil siswanya mengapa dia mengalami kelambatan dalam belajar dll. Kita fokus kepada siswa secara pribadi apa kelebihan dan kebutuhannya. Anak-anak akan didampingi secara khusus per siswa dengan cara berbeda. Jadi guru diharapkan menghamba kepada siswa dengan melihat masing-masing kebutuhan siswa.
Salah satu cara mengidentifikasi kondisi kejiwaan siswa lewat papan perasaan. Yakni memakai lambang emoji perasaan misalnya bahagia, sedih, marah saat siswa sebelum masuk kelas diwajibkan memilih salah satu emoji, sehingga guru akan tahu kondisi perasaan dan emosional siswa dan dalam proses belajar akan diterapkan cara tersendiri sesuai kondisi perasaan siswa. Itulah cara sederhana mendeteksi perasaan siswa sehingga siswa dan guru dapat menjalin komunikasi dengan lebih baik. Siswa akan dibimbing dan dilayani sesuai dengan profil belajar siswa. Metode di setiap jenjang pendidikan akan berbeda.
Ada aplikasi atau platform merdeka belajar namanya PMM termasuk praktik baik dan ini juga dukungan kepada program merdeka belajar. Guru diberi kebebasan bagaimana mengajar siswa sesuai profil siswa, itulah prinsip merdeka belajar.
Peserta adalah semua twnaga pendidik dan tenaga kependidikan dari swmemua jenjang dan ada 20 peserta. Dan sudah 4 bulan berjalan sementra pendampingan sampai bulan September dan pengawas pembina dari setiap jenjang pendidikan.
Hingga saat ini untuk program prioritas adalah guru penggerak dari semua sekolah sudah 10 angakatan, angkatan 1-7 sudah lulus, angkatan 8 dan 9 sedang jalan, sementara angkatan 10 sedang seleksi online untuk menjadi guru penggerak dan setelah lolos seleksi akan dibuatkan kelas. Angkatan 9 dari 22 kabupaten kota ssbanyak ada 1.350 guru di NTT. Angkatan 8 yakni 700.
Untuk guru pwnggerak angaktan 1-7 ada sekitar 2.500 guru yang sudah tamat dan menyebar di 22 kabupaten kota dan kami lakukan evaluasi dan sudah menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing. Dampak kehadiran mereka sudah bisa dirasakan di sekolah masing-masing sekolah dan sudah mengajak teman guru untuk belajar bersama. Kelihatan beda antara guru penggerak dan yang belum.
Ciri guru penggerak mereka dilatih dengan kurikulum selama 6 bulan dengan metode pendidikan luring 70% belajar di sekolah bersama instruktur, fasilitator dan pengajar praktek, mwreka dapat konsep mengerjakan tugas dan impelemtasinkan di kelas dengan setiap modul merubah mindset bagaimana cara pandang ke siswa sampai pada aksi nyata yang dilaporkan di Aplikasi LMS. Kyrikulum gudu penggerak dibangun dari hati dengan merubah mindset berpikir juga istikahnya guru mwngjamba kepada siswa dan tidak ada menghukum siswa termasuk mengatasi pembullyan. Konsepnya guru mengabdi atau menghamba kepada siswa. Atau pembelajaran sosial emosional artinya siswa diperlakukan secara manusiawi. Bahkan ada pengakuan dosa guru penggerak atas apa yang dulu dilakukan kepada siswa dulu salah sampai nangis-nangis
Kedepan kita akan mendorong setiap guru harus ada guru penggerak. Hampir semua sekolah negeri dan swasta di 22 kabupaten kota sudah punya guru penggerak.
Kita berharap guru penggerak menjadi agen perubahan dan mampu menggerakkan teman guru lain menjadi guru penggerak merubah cara mengajar dan menangani siswa sehingga di kelas akan ada namanya kesepakatan kelas yang lahir dari kesepakatan bersama dan benar-benar humanis. Dan Merdeka Belajar akan dicapai disitu.
Sementara beberapa guru memberikan kesaksian bahwa guru penggerak dan berbagi praktik baik sangat bagus diterapkan walau ada kendala. Namun mereka rata-rata berkomitmen melaksanakannya dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada.
Kepala SDG Airnona 1 yang ikut kegiatan Refleksi dan berbagi praktik baik komunitas belajar ramah guru dalam sekolah ini menyatakan ia sangat senang ikut kegiatan ini karena sangat bermanfaat untuk sekolah yang dipimpinnya karena melalui kegiatan ini, permasalahan yamg dialami teman guru di kelas bisa teratasi bukan karena dia sendiri yang mengatasinya tapi ada pihak lain atau teman-teman yang ada di kelas memberikan solusi baginya untuk menjawab permasalahan yang dihadapinya dalam KBM setiap harinya. Hal itulah yang sudah dilakukan di SD GMIT Airnona 1 Kupang.
“Yang membanggakan adalah Kombel di sekolah kami sudah terdaftar di PMM dengan nama Komunitas Belajar SD GMIT Airnona 1 Kupang. Sebelum ada Kombel kami belum paham mengatasi kendala, tapi setelah adanya Kombel ini kami merefleksi bersama tentang kegiatan pembelajaran di dalam kelas, kami mendapatkan begitu banyak permasalahan yang dihadapi bapak dan ibu guru, karena itu kami lakukan perencanaan dan selanjutnya implementasi pelaksanaan di dalam kelas masing-masing, dilanjutkan dengan evaluasi apakah konsep yang sudah kami susun dan tawarkan tersebut sudah membantu para guru menjawab permasalahan yang ada. Jika belum, maka akan kita lakukan siklus inquiry lagi untuk msmbantu para guru di kelas masing-masing. Saya berharap jika boleh jangan hanya kami 20 sekolah saja, tapi kedepan bisa lebih banyak lagi agar semua sekolah dapat memahami tentang Komunitas Belajar.” Kata Markus.
Pemateri dalam kegiatan Refleksi ini adalah dari BGP dan BPMP.|| jbr