Bincang-Bincang Bersama Maria Fransisca Djogo,Sm.Kp : “Infrastruktur Jalan, Air Dan Listrik Kebutuhan Utama NTT”

0

NTT, Top News NTT., ■■ Ny.Maria Fransisca Djogo,Sm.Kp isteri Gubernur 2 NTT Drs.Josef A.Nae Soi,MM, yang juga wakil ketua TP PKK Provinsi NTT, punya pendapat yang menarik tentang hal urgent yang harus di bangun pemda dari tingkat Provinsi hingga kabupaten Kota agar ketertinggalan NTT dari aspek apapun bisa diatasi. Pembangunan utama yang harus disegera dilaksanakan adalah di tiga aspek yaitu infrastruktur Jalan (aksesbilitas), Air, dan Listrik (penerangan).

Hal diungkap Ny.Maria F.Djogo kepada media ini saat wawancara khusus dirumah jabatan Wakil Gubernur NTT di kelurahan Fontein pada Rabu, 3 Juli 2019.

Dengan yakin ibu dua anak (Alfredo S. Soi Pili dan  Justina Josepha Mamo Soi),  yang berdarah Ngada, Bajawa ini mengungkapkan bahwa kesimpulan ini ia dapat setelah turun ke beberapa desa di beberapa Kabupaten dalam tugas sebagai wakil ketua TP PKK Provinsi NTT beberapa waktu lalu.

Kondisi minus yang ditemuinya tentang  kondisi kehidupan warga masyarakat di tingkat  desa membuatnya miris dan terbeban.  Walau sudah ada pembangunan, namun masih belum merata, menurutnya. Dan setelah ditelusuri, tempat dimana masyarakat masih hidup dalam kekurangan kebanyakan didaerah yang masih kurang dalam akses jalan, air bersih dan listrik. Dan pemerintah provinsi (Viktori-Joss) bertekad akan  memperhatikan dan membangun akses jalan provinsi yang targetnya tahun  2023 diharapkan  bisa selesai.
“Saat saya turun ke desa, kecamatan dalam menjalankan program PKK, saya melihat itu kebutuhan utama. Yaitu akses jalan, listrik dan air. Tiga aspek infrastruktur ini saya amati jadi penyebab masih terkebelakangnya kehidupan masyarakat di desa. Bagaimana masyarakat bisa kembangkan sektor pertanian, peternakan dan perikanan jika akses jalan buruk, listrik tidak ada dan air susah. Tiga aspek ini adalah kebutuhan utama masyarakat. Dan pemerintah dalam kepemimpinan Viktory-Joss berkomitmen membangun ketiga aspek ini dalam masa kepemimpinan 5 tahun ke depan. Dan saat ini sedang dibangun infrastruktur jalan provinsi  yang rencananya harus selesai tahun 2023. Ekonomi akan bangkit jika infrastruktur bagus.” Ujar perempuan berusia 57 tahun yang sangat lemah lembut dan keibuan ini sambil tersenyum mantap.

Ny.Maria F.Djogo juga ungkapkan bahwa ketiga aspek ini juga yang selalu dibawa dan diminta ke pimpinan OPD di daerah untuk ikut berkontribusi dalam kapasitas sebagai wakil ketua TP  PKK Provinsi  NTT mendampingi ketua TP PKK provinsi NTT Julie Sutrisno.

Menurutnya,  pembangunan infrastruktur juga memberi dukungan bagi kesejahteraan keluarga dari tingkat desa. “Masyarakat NTT dikatakan sejahtera, terdidik dan sehat jika dari desa sudah alami itu. Pembangunan manusia bisa dilakukan jika aspek kesehajahteraan masyarakat dari tingkat keluarga sudah tercapai. Karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat sebuah negara. Tanpa keluarga tidak ada masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat adalah goal dari setiap program pemerintah. Jika pimpinan OPD di daerah ikut mendukung lewat program masing-masing, maka kerja pimpinan di tingkat atas akan ringan. PKK, pemda dan OPD adalah mitra. Program PKK mendukung program kepala daerah, demikian juga OPD adalah mensukseskan program kerja Kepala daerah.” Ujar sarjana muda keperawatan Saint Carolus Jakarta ini dengan pasti.

Foto keluarga Gubernur 2 NTT Drs.Josef A.Nae Soi,MM dan Maria F.Djogo,Sm.Kp, bersama kedua buah hati tercinta

Nyata benar dari sikap, pendapat dan usul sarannya mendukung kerja suami sebagai Gubernur 2 NTT.

Dikisahkan sedikit tentang profil Suami tercinta yang menikahinya pada 1984  ini bahwa sosok Josef sebagai suami adalah sosok penurut dan dengar-dengaran kepada siapapun dan berhati baik serta sangat kompeten dibidangnya.

Dukungan terhadap karir suaminya diberbagai bidang, sudah diperlihatkannya sejak masih kuliah.

Pertemuan pertama pasangan ini, adalah pada saat keduanya terlibat dalam  kegiatan-kegiatan PMKRI 1981 di Jakarta. Dan sejak pertemuan pertama yang melahirkan benih cinta saat suaminya masih kuliah di Atmajaya Jakarta dan dirinya di Saint Carolus Jakarta). Dukungan terhadap suaminya saat  dirinyalah saat itu  dengan memberi dorongan untuk maju sidang skripsi. (Saat itu, kenangnya, Drs.Josef sudah menyusun skripsi tapi sibuk jadi asisten dosen dan nyanyi di Kafe-kafe untuk menambah yang saku. Atas dorongannya Drs.Josef Nae Soi akhirnya ajukan skripsi dan ikut sidang dll dan akhirnya lulus dengan baik).

Saat masih muda, kemangnya, sosok Drs.Josef Nae Soi  lulusan SMOA Maumere ini pernah  bekerja sebagai guru olah raga di SMA Saint Garbiel di Maumere. Dan dari  hobby bermain bola kaki  menjadi pembuka jalan baginya  untuk kuliah di Atmajaya Jakarta dengan hadiah uang (Rp.38.000) dari Bupati Sikka Loens Say  atas juara yang diraih kesebelasan bola kaki  PERSAMI pada 1972.  Drs.Josef A.Nae Soi juga pernah bekerja di Seminari, Mataloko, Bajawa,  dalam usia masih sangat muda, 18  tahun.

“Bapa memperkuat kesebelasan bola kaki PERSAMI Maumere pada 1972 dan  menang sehingga hadiah uang delapan puluh tiga ribu rupiah oleh bupati Sikka waktu Lorens Say.  Dan dengan  uang itu digunakannya  untuk mendaftar kuliah di STO Senayan Jakarta. Namun karena banyak teman seminari yang kuliah di Atmajaya, maka ia juga akhirnya diajak ikut kuliah di Atmajaya Jakarta, ambil jurusan Managemen.” Kisahnya mengenang.

Setelah diwisuda ada beberapa jenjang profesi dilewati suami tercinta yang aktif di organisasi mahasiswa dan senat itu. Berhasil selesaikan kuliah dengan beasiswa Supersemar. “Bapa suka nyanyi dan suaranya bagus sering nyanyi di kafe-kafe dan sempat dikontrak nyanyi ke Singapura. Dan bapa sempat mgajar di ALTRI Jakarta waktu itu. Walau sempat kerja di swasta lain, tapi tetap ngajar. Jadi trainer, dan  penatar BP7 (P4) sambil.ikut pendidikam di Lemhanas sebagai dosen Partahanan Dan Keamanan (1985), setelah menikah tahun 1984). Bapa juga sempat jadi Manager di Artomoro sejak 1989-1995. Dan aktif di Golkar sejak 1995 dan dosen di ALTRI yang sekarang jadi Institute Litigasi. Bapa itu seorang negarawan saya bilang. Dan bapa dan pak gubernur sangat cocok berkolaborasi sebagai kepala daerah, karena saling melengkapi.” Jelasnya dengan lembut.

Dukungannya terhadap suami yang sudah berusia 67 tahun ini, dibuktikan saat menjadi anggota DPR/MPR selama dua periode (1997-2001) untuk kabupaten Ngada, 1998 rusuh, 1999 maju lagi calon DPR/MPR tapi kalah waktu itu. Kembali mengajar dan buka lembaga pelatihan, tapi tahun 1985 sudah aktif di Golkar dan pada  tahun 2004 saat pemilu legislatif ikut lagi calonkan diri sebagai Anggota DPR/MPR di Komisi 5, 2008 ikut lagi  dan lolos, tapi tidak lolos pada pileg 2014. Dan setelah itu jadi penasihat menteri hukum dan Ham RI pada 2014. Namun tetap jadi dosen Filsafat Hukum di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum di Jakarta. Dan pada 2017 saat dilamar jadi calon  wakil gubernur NTT oleh Viktor Laiskodat, keduanya memberi jawabannya saat sedang berziarah di Israel. Padahal saat itu beliau sedang dipersiapkan jadi duta besar Brasil. Namun lebih memilih menjadi Calon Wakil Gubernur NTT mendampingi Viktor Laiskodat.

Pasangan yang menikah pada 17 Nopember 1984 ini, sangat solid dalam menjalankan semua managemen rumah tangga dan karir..

Dan setelah melewati semua proses sampai ke titik kembali ke daerah sendiri saat ini, wanita cerdas dan memilih berhenti bekerja demi mengabdikan penuh kepada suami ini bertekad akan selalu mendukung suami dalam tugas dan pengabdian sebagai gubernur 2 di NTT tercinta.

Dukungan ini diperlihatkan dalam komitmennya menjalankan tugas sebagai wakil Ketua TP PKK Provinsi lewat program kerja mensejahterakan keluarga lewat pembinaan terhadap perempuan dan  ibu-ibu dari level desa.
“Program kerja PKK kan di bagi dalam Pokja-Pokja. Dan pokja-pokja inilah saya ingin beriringan dengan ketua TP PKK Provinsi dan kabupaten kota dalam membangun warga masyarakat dari keluarga di desa sebagai level terkecil.” Tandasnya menjelaskan.

Dalam pandangannnya figur suami sebagai Gubernur 2 NTT sangat selaras dan ideal dengan gubernur .  Viktor  Laiskodat dengan ide-ide briliant dan sebagai gubernur 2 bisa menerjemahkan semua ide itu dalam bentuk program kerja. “Karena bapa punya link yang sangat kuat dengan pusat.”ujarnya.

Komitmen pribadi berhenti dari pekerjaan dan hanya menjadi pengurus rumah tangga suami dan anak. “Bagi saya, sebagai isteri semua tugas dan tanggung jawab rumah tangga mengenai anak dan suami harus tugas saya. Bapa tidak boleh terbebani lagi urusan lain selain pekerjaan sebagai gubernur 2. Yang lain urusan saya sebagai isteri.” Tandasnya berkomitmen.

Dukungan terhadap tugas suami selalu diberikan lewat usul saran dan kritik serta masukan tentang tugas dan tanggung jawab sebagai gubernur 2 NTT. Bahwa ini kerja yang berat mengangkat NTT dari semua kekurangan. “Kami pasangan yang selalu sejalan dalam setiap rencana apapun.” Ujarnya lembut.

Dalam mendukung karir suami sebagai gubernur 2 NTT, Ny.Maria ungkapkan mendukung program ketua PKK adalah dengan  membentuk “Desa Model.” Dan kami sudah membentuk di beberapa kabupaten Kota dan rencananya akan dibentuk di semua desa. PKK juga akan aktifkan kembali kelompok “Dasa Wisma” dengan membentuk Bank Data terkait potensi dan kekurangan warga dari setiap keluarga. Bank data itu berisi data masyarakat berpendidikan dan tidak, data stunting, data potensi dan kebutuhan. Dan untuk mewujudkan semua itu PKK menggandeng OPD dan kepala daerah dari tingkat desa hingga bupati dan walikota. Dukungan program dan anggaran Pemda dan OPD sangat perlu. Desa model harus ada kampung kb dan hasil dari kemitraan itu kami dapat data stunting dan gizi buruk. Dan pimpinan OPD dan pemda memberi sumbangan 5 ekor ayam per keluarga dan PKK memberi bibit kelor untuk perbaikan gizi.
“Saya dan ketua bagi wilayah untuk pembentukan Desa Model ini, dan saya sudah memulai dari desa Kolipadan, Lembata. Ketua di dapil 2 dan saya di dapil 1. Dukungan kami terhadap program pemerintah provinsi NTT ya lewat pelaksanaan program kerja PKK yang terbagi dalam 4 Pokja. Pokja 1 tentang pendidikan karakter pendidikan PAUD dan Wajib Belajar 9 tahun,  pola asuh anak dengan kasih sayang sesuai UUD 1945 dan Pancasila, dan sadar hukum. Pokja 2 adalah  wajib belajar 9 tahun dan pendidikan keterampilan,  pokja 3 tentang pemanfaatan halaman rumah untuk dapur hidup dan apotek hidup, pokja 4 pada  bidang bidang kesehatan. Itu yang kami buat sebagai isteri kepala daerah.” Tandasnya berkomitmen.

OPD harus berperan aktif lewat program-progran kerja OPD, program harus menyentuh langsung dengan kebutuhan masyarakat desa.
“SDM dan SDA di NTT cukup bagus dan hanya butuh dukungan pemerintah lewat program dan anggaran yang menyentuh kebutuhan masyarakat dari tingkat  desa. Dan PKK siap berkolaborasi dengan pemerintah sebagai mitra. NTT bisa maju dna kluar dari stigma miskin dan bodoh jika kita semua sejalan dalam semua program. Pembangunan utama yang harus segera dilakukan adalah dalam bidang infrstruktur sebagai aksesbilitas itu tadi. Jalan, listrik dan air.” Ujarnya diakhir bincang-bincang kami. ■■ Juli br

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *