Bayi 11 bulan meninggal akibat DBD di Kupang, Ini Penjelasan Lurah Oesapa Kiai Kia,A.Md

0

KUPANG, Top News NTT|| Perihal data perkembangan DBD di kota Kupang yang sudah 17 pasien dikonfirmasi dan dirawat di RS SK Lerik dan RSUD W.Z.Yohanes Kupang hingga kini sudah 61 orang, meninggal

Berdasarkan data perkembangan DBD di NTT yang diterima media pada Rabu, 20/01 dari Dinkes Prov.NTT, mencatat untuk kota Kupang, positif sudah 61, sembuh 48 orang, dirawat masih 12 orang dan meninggal dunia  pada   6 Januari, umur 11 bln, alamat  Jl. Kabesak RT/RW 010/004 Oesapa di Wilayah layanan  Puskesmas Oesapa.

Sedangkan untuk wilayah provinsi NTT terdata (per-Kamis, 21/01) positif 181 orang, sembuh 144 orang, dirawat masih 34 orang dan meninggal 3 orang yaitu dari kota Kupang 1 orang (bayi 11 bulan), 1 orang dari Kabupaten Flores Timur (anak usia 5 tahun) dan 1 orang (remaja 15 tahun)  dari Kabupaten Ngada.

Terkait seorang bayi 11 bulan meninggal terkonfirmasi DBD di Kota Kupang, dalam catatan Data Perkembangan DBD NTT dari Dinkes dari wilayah kelurahan Oesapa.

Lurah Oesapa, Kiai Kia,A.Md dalam  keterangannya  lewat sambungan telepon, menjelaskan bahwa memang bayi meninggal terkonfirmasi positif DBD warga Oesapa karena mengikuti status kependudukan  ibunya yang  warga Oesapa.  Namun, menurut Kiai  sebenarnya baik mama bayi itu dan bayinya sempat tinggal di Naikoten 1 di rumah calon suaminya lantaran kedua orangtua almarhum bayi  berjenis kelamin perempuan tersebut belum menikah. Dan bayi tersebut juga sudah sejak sebelum Natal tinggal di Naikoten 1 (berdasarkan keterangan keluarga ibu  bayi). Tapi jenazah dibawa dari rumah sakit ke Naikoten 1 rumah ayah bayi tersebut dan dikuburkan di Oetona. Jadi entah anak ini kena DBD dimana tidak tahu, karena anaknya ini juga dirawat di RSUD Yohanes sampai meninggal. Namun karena ibu bayi masih warga  Oesapa masuk dalam  data DBD masuk ke Kelurahan Oesapa.  Desember 2020 sempat ada 2 positif DBD tapi sudah sembuh.” Jelas Kiai Kia kalem.

Di kelurahan Oesapa yang berjumlah 33 ribu lebih jiwa ini, Kiai diakui memang cukup padat, namun upaya menjaga lingkungan bersih agar terhindar dari kemungkinan berkembangnya nyamuk aedes agepty selalu dilakukan berkoordinasi dengan pihak puskesmas, RT, RW dan warga.
“Sebulan sekali bersama warga,  RT dan RW lakukan kerja bhakti membersihkan sampah-sampah dan membersihkan  selokan dan tempat-tempat berpotensi genangan air hujan. Selalu bersama RT RW umumkan dan awasi pekasanaan kebersihan dari rumah masing-masing. Begitu juga untuk pelaksanaan 3M dalam minimalisir penyebaran Covid-19, selalu dilakukan sosialisasi dan himbauan lewat koordinasi dengan RT RW dan ditenda-tenda duka selalu saya lakukan agar masyarakat dapat terapkan prokes.” Jelas Kiai.

“Ada 2 RT yaitu 13 dan 14 sempat di fogging Desember lalu karena ada pasien positif DBD. Kami juga membagi abate ke masyarakat yang bisa diambil di kantor Lurah dan Puskesmas setiap hari kerja agar masing-masing kendalikan pertumbuhan jentik nyamuk aedes aegypti di rumah masih-masing. Info keliling perumahan oleh RT RW untuk peringatkan 2 penyakit berbahaya saat ini ada 2 yaitu Covid-19 dan DBD.” Jelas Kiai lagi

Kepada masyarakat Kiai menghimbau agar tetap laksanakan 4M untuk mengendalikan DBD : Menguras semua penyimpanan air, Mengubur semua barang bekas yang bisa jadi tempat berkembangnya jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa, Menutup semua tempat penyimpanan air dan Menaruh Abate di tempat penyimpanan air. Terapkan 3M untuk menghindari penyebaran Covid-19.|| juli br

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *