UCB dan KP2MI Teken MoU dan MoA Perlindungan PMI NTT, Ada Migran Center Bagi PMI NTT Akses Peningkatan Kompetensi dan Informasi Peluang Kerja LN

NTT, TopNewsNTT.Com|| Universitas Citra Bangsa teken MoU dan MoA dengan Kenterian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) dalam hal perlindungan PMI NTT dan menyiapkan peningkatan kompetensi bagi PMI serta pembentukan Migran Center di UCB.

Penandatanganan dilakukan langsung oleh Rektor Universitas Citra Bangsa Prof. Dr. Frans Salesman, S.E., M.Kes dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia yang diwakili oleh Dirjen Promosi dan Pemanfaatan Peluang Kerja Luar Negeri Dwi Setiawan Susanto,S.E., M.Si., A.K di lantai 5 UCB (Rabu, 6/8/2025).

Penandatanganan MoU dan MoA disaksikan juga oleh Direktur Pemanfaatan Kelembagaan Vokasi PMI Abridanar Palawa,S.E.,M.BA, Dirjend.Pemberdayaan Muh.Fahri, SekDir.Perlindungan Brigjend.Pol.Viktor Imanuel Blegur, S..I.K.,M.H.,M.M., Kabiro Organisasi dan SDM Riswan,S.STP., M.Si., staf khusus Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Yayasan  Citra Bina Insan Mandiri (Yesenia Liyanto), Ketua Dewan Pengurus Yayasan Citra Bina Insan Mandiri, Kadis.Nakertrans Kota Kupang Thomas.D.Dagang.

Penandatangan MoU dan MoA dilakukan didepan seribu lebih mahasiswa UCB yang mengikuti Kuliah Umum “Peluang dan Tantangan Kerja di Luar Negeri bagi Luluaan PT” yang disampaikan oleh Dirjen Promosi dan Pemanfaatan Peluang Kerja Luar Negeri Dwi Setiawan Susanto,S.E., M.Si., A.K. Sementara Rektor UCB Prof. Dr. Frans Salesman, S.E., M.Kes paparkan tentang profil UCB.

Tujuan MoU dan MoA bagi UCB menurut Rektor adalah  untuk  mempersiapkan PMI profesional dan berintelektual serta expert sesuai profesinya lewat pertama pemberian kelas tambahan kebahasaan, psikologis dan Kesehatan.

Dalam pemaparan materi Profil UCB, Rektor UCB menyampaikan bahwa UCB embrionya adalah sebuah BLK yamg diinisiasi oleh Paul Liyanto 2005-2007, 2008 bertransformasi menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Wisata Mandiri dan 2017 dibangun Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan baru pada tahun 2019 kedua sekolah tinggi bermerger menjadi UCB saat ini.

“Inspirasi mendirikan UCB datang sejak Presiden Prabowo pernah membantu seorang TKW yang jadi korban kekerasan di luar negeri yakni Nirmala Bonat. Pendiri UCB dan Yayasan Bina Citra Mandiri akhirnya menjadikan UCB tempat kuliah sekaligus pembekalan PMI profesional sesuai dengan Motto UCB yaitu “Kuliah di UCB, bekerja di luar negeri.” Para PMI akan kita didik dengan semua keterampilan dan kompetensi mumpuni serta  memuka peluang ke luar negeri lewat Migran Center.” Jelas Rektor Frans.

Ia menegaskan bahwa saat ini UCB sudah terakreditasi “Baik Sekali” dengan 13 program Studi dan 5.718 mahasiswa.  “Hingga saat lulusan UCB sudah berjumlah 4.329 orang dan ada yang bekerja di  Jepang (15 orang) dan di Singapura, Kanada, Italia, Jerman dan Belanda masing-masing satu orang dan di Tiles 63 orang mereka adalah tenaga kesehatan. Untuk Program kerja sama luar negeri dibuka kelas bahasa Jepang, Mandarin, Inggris dan Itali dan Bela Nusa di Inggris.

Tahun Akademik 2025/2026 UCB akan membuka Fakultas Kedokteran dan Fisiotherapy  (Oktober 2025) demi melengkapi kompetensi mahasiswa untuk bekerja di luar negeri.

Dalam sesi wawancara Dwi Setiawan Susanto mengatakan Pembentukan Kementerian P2MI (sebelum BP2MI) ini diniisiasi oleh Presiden Prabowo yang sangat konsen terhadap migran karena bisa menciptakan devisa namun harus dijaga perlindungannya maka dibentuklah Kementeriannya. Di KP2MI terdiri dari beberapa direktorat jenderal yang secara komprehensif akan memberikan semua yang terbaik mulai dari kebijakan, tata kelola, akuntabilitas demi memberikan perlindungan terbaik bagi semua PMI agar tidak terjadi lagi perlakuan tidak manusiawi karena kualitas rendah para PMI saat bekerja di luar negeri

“Salah satu kunci keberhasilan menyiapkan tenaga kerja ke luar negeri adalah dengan meningkatkan kompetensi tenaga kerja Indonesia. Kompetensi membutuhkan skil yang komprehensif, dari skil teknis sebagai perawat misalnya hospitality, constraction, dan harus menjadi prioritas adalah sikap mental. Karena bekerja di luar negeri harus beradaptasi demgan budaya setempat, butuh disiplin dan empati. PMI Indonesia punya keunggulan di dunia dalam hal kesabaran dan empatinya. Dan jika lebih dilatih maka PMI NTT akan makin bersaing di luar negeri.” Tandas Dwi.

“Di UCB sudah menginisisai dengan adanya program intermasional, tapi dengan adanya Migran Centre bisa menjadi model yang bisa dilinkkan dengan SMK dan Balai Latihan Kerja lalu didukung oleh Pemprov.NTT. ini akan menjadi gerakan bersama untuk PMI NTT dalam hal memiliki keahlian dan kompetensi.  Tidak hanya  bekerja secara nasional tapi juga internasional. Dengannya diharapkan akan membawa nama baik bangsa secara internasional. Itulah konsepsi pembentukan media center system dan pelatihan kompetensi yang terintegrasi.” Jelas Dwi.

Kementerian KPPMI, lanjutnya, akan memberikan support mulai dari prosesnya; seperti bagaimana proses pendaftarannya, proses perlindungannya, kurikulum,  kompetensinya dan bagaimana mengakses peluamg kerja ke berbagai negara tujuan dari Indonesia. Dan dengan semuanya maka PMI akan terlindungi dan terhindar dari masalah yang menimpa para PMI.

“Selama ini 90an% masalah PMI karena status mereka yang ilegal. Karena unprosedural makanya kita membuat aksesibel melalui desa-desa yang kita sebut sebagai Migran Center Indonesia. MC juga ada di desa, kota dan umiversitas salah satunya UCB sebagai pioner untuk membangun media center. Konsep migran center adalah adalah integrasi penyiapan komtensi dan vokasi yang terintegrasi meliputi informasi peluang kerja dan seperti apa migrasi aman.” Jelas Dwi.

Pelatihannya secara teknis untuk soft skilnya adalah bahasa, sertifikasi, dan job matchingnya untuk memastikan tenaga kerja yang dilatih sudah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan dimana. “Kita akan sudah pada posisi demand sama supplaynya matching. Jadi ada kesempatan kerja dimana kita informasikan ke PMI melalui migran center.” Ujar Dwi.

Mekanisme penempatan akan dilakukan sesuai dengan regulasi yang ada misalnya goverment to goverment, privat melalui BP3MI, kepentingan pusat dan secara perseorangan. “Diharapkan dengan adanya migran center, semua informasi akan terpadu melalui satu pintu. Migran center akan memastikan peluangnya benar tidak. Jika sudah tercipta ekosistem dengan baik, sistemnya cukup baik dan semuanya berjalan, maka tidak akan terjadi kerancuan informasi. Dengan adanya Migran Center akan memastikan informasi peluang kerja sesuai tenaga tersedia.” Tegas Dwi.

Sementara itu rektor UCB menambahkan bahwa di UCB saat ini sudah membuka kelas kompetensi Bahasa Jepang sebanyak 150 orang dan tahun depan akan menerima 150 orang lagi dan akan terbuka lagi dengan diinisiasi oleh KP2MI kelas negara lain.

“Bahkan sudah membookkng ke ICB adalah kerjaan Inggrris Bela Nusa dan Jerman dan Korsel. Ini sebuah peluang untuk membantu saduara-saudara kita mengakses lapangan kerja di luar negeri. Dan lewat Migran Center di UCB, mereka akan dilatih dengan berbagai kompetensi dan psikologis sesuai kebutuhan luar negeri. Selain Migran Center di UCB, KP2MI punya Balai di daerah yakni BP2MI sebagai pusat pelatihan keterampilam sna kompetensi.” Tambah dr.Frans.

Untuk menghasilkan tenaga PMI yang kaulified, UCB memiliki tenaga pendidik yang berkualitas  pentolan Universitas Luar Negeri (Inggris, Selandia Baru, Australia dan sudah fasih berbahasa Inggris sesuai standar negara penerima PMI.

“Dosen Doktor bahasa Inggris 4 orang, untuk keperawatan dan Bidan ada 4 dosen S3, dan akan bentuk tim work untuk mengaktualisasi migran center agar eksis dan mulai bisa menampung kebutuhan PMI di NTT untuk dilatih terutama untuk kebahasaan, psikologis pelayanan dan kesehatan.” Ungkapnya.

Ide pendirian UCB dengan Migran Center juga melihat dari data PMI NTT sejak tahun 2007, dimana dari 10 PMI yang ke luar negeri hanya 3 yang feed dan 7 yang unfeed. “Namun 3 yang validpun tidak memiliki keterampilan akademik, dan itulah yang membuat tenaga kerja kita tidak bisa bersaing di luar negeri maka itulah UCB siapkan PMI expert dibidangnya dan didukung kompetensi tambahan. Di Jepang saat ini butuh Ilmu Gentologi, Psikologi Lansia, Gizi Lansia san Fisiotherapy Lansia yang akhirnya kami tambahkan di mata kuliah institusi.”|| jbr