Tingkatkan kualitas Pendidikan dalam masa Pandemi, LPMP NTT Bakal Bekali Orangtua Miliki Kualitas Seperti Guru
NTT, TOP News NTT■■ Masih banyak orang belum mengetahui apa saja peran LPMP NTT dalam ikut meningkatkan dan menjamin kualitas pendidikan di NTT. Terutama dalam masa Pandemi Covid-19 yang mengharuskan satuan pendidlkan mengikuti anjuran pemerintah pusat untuk membatasi pertemuan banyak orang dan kontak fisik demi meminimalisir penyebaran Virus Covid-19. Salah satu unit terbesar adalah sekolah, karena memiliki warga belajar terbesar, maka harus melakukan pembelajaran dari rumah.
Dampak pembelajaran dari rumah (daring) adalah mengurangi beberapa aspek penilaian dalam sistem penentuan kualitas pendidikan. Namun tidak bisa dihindari dan tidak ada pilihan lain karena Edaran Menteri Pendidikan yang terutama adalah menjaga kesehatan dan keselamatan siswa yang karena faktor usia siswa memiliki kerentanan tinggi terpapar virus.
Peran berbagai komponen penyelenggara pendidikan dengan sendirinya meningkat dalam menciptakan sebuah sistem perangkat KBM Daring dan Luring demi menyajikan sebuah program pembelajaran yang mampu menjawab kebutuhan siswa.
Tak terkecuali LPMP NTT yang menjadi sebuah unit penting dalam mengawasi, menjamin dan ikut menentukan kualitas pendidikan di NTT.
Untuk mengetahui sejauh mana peran dan kontribusi LPMP NTT dalam ikut menghadirkan sebuah format peningkatan kualitas pendidikan lewat pemetaan, pendataan, pengawasan dan pelatihan, dan menghadirkan rekomendasi bagi pemerintah NTT dalam membangun dunia pendidikan di NTT, media ini berkesempatan mewawancarai Kepala LPMP NTT Drs H Muh Irfan, MM, di rumah jabatannya di kompleks kantor LPMP NTT di Kelurahan Naikoten 1 Kupang pada Rabu, 14/10.
Ditemani dua staf LPMP NTT, Damita Limbu Kasubag.Tata Usaha dan Marsalina Dano Koordinator Pejabat Fungsional LPMP NTT, Drs H Muh Irfan, MM, menjelaskan :
“Sebagai UPT dibawah Direktorat PAUD, DIKDAS dan DIKMEN, LPMP NTT memiliki tugas bagaimana membantu Pemda NTT dalam rangka melaksanakan peningkatan dan penjaminaan mutu pendidikan.”
Di masa pandemi ini, menurut mantan kepala LPMP Makasar ini, LPMP NTT sudah melakukan beberapa program dalam membantu guru-guru di NTT, seperti saat melakukan Bimtek, kemudian pendampingan terhadap substansi pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru melalui belajar dari rumah baik, daring dan luring dan PJJ, yang kesemuanya itu dikawal oleh LPMP di masa pandemi Covid.
Hal kedua yang dilakukan LPMP NTT dalam masa pandemi Covid-19, yaitu tetap menjalankan supervisi, pengawasan dan pelatihan untuk peningkatan kulitas guru dan satuan pendidikan sesuai dengan edaran Mendiknas yang lebih mengedepankan kesehatan dan keselamatan anak-anak didik, para guru, pengawas, seluruh warga sekolah dan lingkungan dari dampak pandemi Covid-19.
“LPMP NTT tidak berhenti melakukan berbagai upaya terbaik untuk meningkatkan dan menjamin kualitas pendidikan di NTT. Justeru di masa pandemi ini keberadaan kami harus lebih berperan dibanding sebelumnya. Karena ini masalah darurat, masalah pada saat kondisi ini yang dibutuhkan oleh siswa dan guru kita. Kita tidak ingin para siswa dan guru tidak dikawal dalam masa pandemi ini.” Tandas Muh.Irfan yang baru dua tahun bertugas di NTT dan merupakan kepala LPMP paling senior se-Indonesia.
LPMP NTT sejak pandemi, lanjut Muh.Irfan menjelaskan,
“Sudah menyentuh 22 kabupaten kota, baik untuk pendataan, supervisi, hadirkan para pengawas sekolah, kasek serta guru-guru melalui zoom dan setiap hari kita lakukan bekerja sama teman-teman sesuai bidang urusan masing-masing.”
“Seperti untuk supervisi, kita sudah lakukan di 2000-3000 satuan pendidikan yang kita supervisi selama pandemi Covid. Kemudian yang baru-baru ini lebih-lebih lagi kita sudah memastikan bahwa satuan pendidikan yang ada dan akan tetap buka pada masa pandemi Covid, kita akan turun melihat seperti apa kesiapannya. Apakah sarpras kesehatannya sudah memenuhi standar protokol kesehatan, apakah anak-anak kita bisa dijamin oleh satuan pendidikan belajar save and safety dari Virus Covid-19? Hal ini oleh sekolah harus dipastikan bahwa seluruh warga sekolah aman dan tidak akan kena Covid. Kita juga sudah turun dan lakukan pengawasan dan penjaminan itu. Ibu Marselina Dano yang merupakan kabidnya sudah melakukan semuanya. Dan semua itu atas inisiatif dari LPMP NTT.” Tandas Muh.Irfan.
Hal lain yang sudah dan akan terus dilakukan LPMP NTT sesuai anjuran Menteri Nadine Makarim adalah bahwa di masa pandemi ini LPMP tidak menuntut lagi penuntasan kurikulum,
“Walaupun bukan berarti pelaksanaan pembelajaran itu kita lakukan diluar kurikulum, tidak.” Ujarnya.
“Di masa pandemi Covid ini ada panduan pembelajaran darurat, yang intinya ada tiga, pertama numerasi, kedua adalah karakter dan ketiga adalah kecakapan hidup, tiga unsur dasar inilah yang harus diajarkan kepada siswa dalam masa pandemi. Jadi dalam masa pandemi covid ketiga unsur inilah yang menjadi muatan dari seluruh isi pembelajaran yang diarahkan bagi para siswa. Kita tidak bisa lakukan secara normal sebagaimana biasanya KDnya harus ini, harus diajarkan kapan. Masa pandemi covid semua hal itu harus diabaikan. Kita harus memilih 3 kopmetensi dasar yang bisa menunjang mereka hidup di masa pandemi. Karakter misalnya dalam masa pandemi sudah diajarkan tentang karakter justru lebih intens lewat ibadah keluarga bersama dari rumah sudah menumbuhkan karakter dan sudah sangat bermakna. Dan pembentukan karakter lewat kegiatan pembelajaran karakter sangat bermakna, karena dilakukan bersama-sama dalam keluarga. Itulah yang dikedepan dalam masa pandemi penajaman pelajaran untuk life skill.” Jelasnya lebih lanjut.
Muh.Irfan juga apresiasi peran orangtua yang dalam masa pandemi ini malah makin di push untuk menolong anak-anak dalam pembelajaran online.
“Tapi kita semua sadar bahwa orangtua belum dipersiapkan dan dibekali untuk menjadi guru bagi para siswa di rumah. Karenanya LPMP NTT sedang merancangkan dengan pihak sekolah dan pihak komite di setiap satuan pendidikan untuk mengumpulkan orang tua yang terpilih dari aspek pendidikan, untuk kita berikan pelatihan dan pembekalan untuk bagaimana orangtua dalam mengawal anak-anak di rumah pada saat mereka belajar online. Karena kita akui bahwa selama ini guru menjadi segala-segalanya di sekolah, yang menjalankan dua fungsi menjadi guru dan orangtua di sekolah. Tapi dalam masa pandemi ini orangtua dipaksa menjadi guru.” Ungkapnya bersemangat.
“Minimalnya, ya kita misalnya tidak bisa berharap orangtua menjadi seperti benar-benar guru atau melakukan semua peran guru, tapi paling tidak orangtua dapat berperan memberi semangat kepada siswa seperti peran guru, dengan bekal ilmu psikologis sebagai guru untuk menolong anak-anak. Misalnya ada ilmu bagaimana menolong dalam membantu siswa saat menemukan kesulitan saat pelajaran tertentu dapat membantu.” Jelasnya merinci tujuan rencana pelatihan dan pembekalan untuk meningkatkan peran orangtua dalam menolong siswa belajar daring.
“Rencana program pembekalan bagi orang tua menjadi guru bagi anak-anak mereka pada saat mereka belajar online dari rumah, formatnya berupa pelatihan sederhana melalui zoom, dan akan dimulai lewat 356 sekolah binaan LPMP NTT. Dan yang akan memilih orangtua yang bakal dilatih dan dibekali adalah pihak sekolah, tentunya orangtua yang memiliki potensi di lingkungan. Untuk pembiayaan pelatihan itu bisa dari Dana BOS dan disampaikan lewat zoom di sekolah.” Ujarnya.
Diharapkan orangtua dapat mengisi masa lockdown saat pandemi ini dengan mengajar anak-anak belajar di Online di rumah.
Lima program LPMP NTT yaitu supervisi dan pemetaan pelaksanaan 8 standar di satuan pendidikan.
“Yang lemah kita tingkatkan sehingga semua bisa penuhi 8 standar pendidikan ideal. Tapi yang menjamin mutu pendidikan ada pada satuan pendidikan itu sendiri, dan merekalah yang melakukannya, yaitu kepala sekolah, guru, siswa, dan yang memiliki satuan pendidikan adalah pemda. Sebenarnya pemda yang harus melakukannya. LPMP hanyalah memfasilitasi pemda untuk memenuhi 8 standar pada seluruh satuan pendidikan. Dari hasil pemetaan itu kita buat rekomendasi kepada pemda NTT dan Kabupaten Kota serta dinas pendidikan dan satuan pendidikan dalam memenuhi apa yang masih kurang.” Tandasnya lagi.
“Jika kompetensi guru yang kurang, maka kita anjurkan harus ada pelatihan kompetensi guru dan tidak ada keseragaman pada pemda untuk melakukan pelatihan peningkatan kualitas guru pada satuan pendidikan.” Ujarnya memberi contoh.
Tentang peringkatan kualitas standar penilaian kompetensi guru diambil dari nilai UKG (Uji Kompetensi Guru) di NTT hanya mencapai point 60, sementara ketentuan standar nasional untuk tingkat kompetensi guru adalah 80 point.
“Kendalanya yah karena para guru masih belum sering diikutkan dalam pelatihan dan pembekalan untuk peningkatan kulitas guru. LPMP terbatas dalam kemampuan untuk memfasilitasi semua guru untuk ikut dalam pelatihan. Apalagi jumlah guru honor dan PNS ada 9.000 di NTT.” Ungkapnya lagi.
Kendala lain yang sebabkan masih kurangnya guru ikut dalam pelatihan yang sebabkan rendahnya kualitas kompetensi adalah masalah pembiayaan. Selama ini pembiayaan untuk dunia pendidikan NTT kontribuai pusat sudah lebih dari cukup, tapi dari APBD 1 dan 2 yang masih kurang karena kemampuan daerah yang terbatas.
“Karenanya diharapkan juga jika ada pihak swasta yang mau menyumbangkan dan menunjang pendidikan silahkan saja.” Cetusnya sambil tersenyum.
Tapi, Muh.Irfan menekankan untuk memajukan daerah NTT ini, tidak ada cara dan jalan lain kecuali semua elemen, tertutama pemerintah daerah harus mengurus pendidikan dengan baik dan serius dan baik.
“Terutama semua guru harus dilindungi dan diperhatikan kesejahteraannya.” Pungkasnya.
Saat ini, ungkap Muh.Irfan lagi,
“Ada 3 kesepakatan antara LPMP dengan pemda, LPMP dengan Dinas pendidikan dan satuan pendidikan yaitu merestorasi pendidikan. Kami sudah lakukan penandatangan komitmen bersama seluruh Dinas Pendidikan di 22 kabupaten kota dan Dinas Pendidikan Provinsi dengan Perguruan Tinggi di kota Kupang, baik PT Negeri dan swasta, bahwa kita akan melakukan restorasi terhadap pendidkkan. PT harus bertanggung jawab pasca alumni menjadi guru. Kami inginkan agar PT tetap kawal alumninya ketika menjadi guru. Jika selama ini kita ada keterkaitan dalam satu rangkain restorasi. Rencananyan kita akan hadirkan gubernur NTT dan Dirjen GTK dalam sebuah diskusi restorasi pendidikan melalui Zoom. Kita ingin agar semua guru non-PNS di NTT harus memiliki NUPTK dan mereka harus diakui oleh Pemda dan Kementrian Pendidikan. Dan kita ingin menggali kembali pihak-pihak yang mampu untuk bersama-sama berkolaborasi dengan dahsyat untuk peningkatan kualitas pendidikan kita di NTT.” Ujarnya menjelaskan.
Target LPMP NTT di 2020 adalah melakukan supervisi terhadap 3000 satuan pendidikan dan peningkatan kualitas para guru dan kepala sekolah.
“Di masa pandemi ini dan karena adanya perubahan regulasi maka diterbitkan kurikulum darurat pandemi yang harus diajarkan sesuai kebutuhan dunia kerja. Regulasi pendidikan saat ini ditangan Menteri Nadine Makarim memang memungkinkan. Tidak ada lagi peringkat kualitas pendidikan. Standar berkualitasnya pendidikan disebuah wilayah adalah dari seberapa banyak lulusan satuan pendidikan diwilayah itu terserap dalam dunia kerja. Sekolah diajarkan dan diharapkan agar memberdayakan semua sarana prasarana yang ada di satuan pendidikan demi terlaksananya proses KBM. Inti dari k-13 sudah termaktup dalam sistem Merdeka Belajar dan Merdeka Mengajar yang menjadi komitmen Menteri Pendidikan Nadine Makarim.” Tutup Muh.Irfan diakhir wawancara kami.■■ juli br