Ternyata Pendiri STIKES Maranatha Kupang Seorang ASN? Ini Alasannya Pensiun Dini demi Bangun STIKES!
KUPANG, TOPNewsNTT|| STIKES Maranatha Kupang yang terletak di Jalan Taebenu, Desa Baumata Barat 22 tahun sudah berdiri mendidik putera-puteri NTT menjadi tenaga kesehatan kebidanan dan keperawatan yang handal. Dan sudah 3000 lebih tenaga kesehatan dicetak dari institusi pendidikan tinggi swasta ini.
Tegar berdiri dengan prinsip dan komitmen sederhana “Mencetak lulusan yang berkualitas secara akademik dan punya karakter melayani dengan senyum. Tiada hari tanpa senyum” bersaing sehat dengan pertumbuhan institusi pendidikan tinggi lain baik swasta maupun pemerintah.
Namun siapa sangka sang Pendiri dan Pembina Yayasan STIKES Maranatha Kupang, Samuel Selan adalah seorang pensiuanan ASN Kabupaten Kupang yang rela pensiun diri ditengah karir yang masih bisa menanjak naik demi sebuah cita-cita mulia tersebut?
Lewat percakapan singkat media ini menangkap apa alasan keterpanggilannya mendirikan yayasan pendidikan tinggi.
Pria berusia 65 tahun yang sejak 2011 lalu menderita strok dan sedang dalam masa pemulihan motoriknya ini mengisahkan, alasan sederhana dibalik keinginan mendirikan STIKES, yaitu ingin mendidik tenaga kesehatan yang banyak dan berkualitas agar puskesmas dan pustu di desa-desa bisa dimanfaatkan dan tidak mubasir. Sehingga cukup tersedia tenaga kesehatan di NTT.
Cita-cita ini tumbuh dalam hati mantan guru ini saat menyaksikan sendiri banyaknya gedumg pustu dan puskesmas di desa yang mubasir lantaran kurangnya tenaga kesehatan yang mau bertugas dan melayani warga.
Kini Yayasan Pendidikan Tinggi ini sudah berkembang menjadi 2 lembaga yaitu Pendidikan Tinggi D3 dan S1, keperawatan dan kebidanan.
Dari pengalamannya mengabdi sebagai guru ASN Pemkab.Kupang selama 30 tahun, Samuel menjalankan managemen Yayasan Pendidikan Tinggi Swasta Maranatha ini.
Awalnya, diakui Samuel, ia mendirikan Yayasan Pendidikan STIKES ini sejak tahun 2000 berbentuk Akademi Perawat dengan dua jurusan yaitu keperawatan dan kebidanan.
Lalu ia mendirikan lagi S1 keperawatan, namun masih mengontrak di beberapa lokasi. Dan untuk syarat Akreditasi B harus memiliki gedung, maka pada 2016 ia memutuskan mendirikan gedung yang sekarang beralamat di desa Baumata.
“Jadi alasan utama saya karena pengamatannya selama menjadi ASN, turun ke desa-desa mendapati banyak sekali gedung pustu dan puskemas yang sudah dibangun dengan anggaran pemerintah tidak ber.anfaat bagi pelayanan kesehatan masyarakat karena kekurangan tenaga kesehatan, tapi menjadi hunian sapi, kerbau, kuda dan kambing.” Ungkapnya berkisah.
Dari melihat fakta seperti inilah Samuel memikirkan sebuah ide dan menjadi komitmen dirinya mendirikan Akademi Perawat dan Stikes ini dengan dua jurusan yaitu keperawatan dan kebidanana.
“Sudah 2000 lulusan Akper dan 1000 lebih lulusan Stikes berhasil dicetak dari sini. Dan hampir semua terserap di hampir semua link pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun rumah sakit swasta.” Ulasnya.
Prinsip managemen dalam membangun institusi pendidikan ini menurut Samuel adalah bukan hanya mendidik secara intelektual saja, tapi lebih utamakan etika, mental, psikologi dan jiwa yang mau melayani dengan hati yang tulus.
“Utamakan senyum dalam setiap kesempatan.” Ujarnya tersenyum.
“Jadi karakter pribadi seorang tenaga kesehatan yang lemah lembut, punya empati melayani, beretika, dan berjiwa melayani, serta selalu tersenyum. Jadi orang sakit akan cepat sembuh bukan karena obat tapi karena pelayanan seoran tenaga kesehatan.” Ujarnya.
Yayasan Pendidikan Kesehatan Maranatha memiliki 24 ruang kelas belajar, lab, perpustakaan, ruang dosen. Total dosen ada 39 orang yang semuanya berijasah S1 dan S2.
“Saya tidak punya target agar kualitas peringkat kampus harus naik sampai ke 900 dari saat ini 800.” Ujarnya.
Target penerimaan mahasiswa baru juga tidak tinggi, ia hanya ingi menerima seberapa banyak yang bisa mendaftar.
“Saya lebih pentingakan kualitas dari pada kuantitas, saya juga ingin agar lulusan dari sini punya jiwa pelayanan yang benar. Saya ingin didik mereka dengan hati dan jiwa menjadi tenaga pelayan kesehatan yang punya jiwa melayani. Itu saja.” Tegasnya.
Perlu diketahui bahwa Samuel Selan saat ini sedang berjuang untuk memulihkan strok yang sudah dialaminya sejak tahun 2000. Tapi walau dalam kondisi sakit, ia tetap setia masuk kantor dan terlibat dalam hampir semua kegiatan kampus.
Bahkan sampai menyerahkan 71 mahasiswanya yang lakukan Praktek Kerja Komunitas Kebidanan ke Desa Tuapukan, Kecamatan Kupang Timur saja, ia turut ikut. || juli br