**Sofia Hebi, Fashion Desainer sekaligus penjahit busana khusus tenun ikat dan brokat berasal dari Waingapu, Sumba Timur akui berani ekspansi ke bidang ini lantaran terinspirasi Fashion Desainer kondang NTT Erwin Yuan.
“Sebagai pendatang baru di dunia fashion desainer, Mas Erwin jadi idola saya. Saya berani ekspansi dari profesi furniture recyle ke fashion desainer sekaligus penjahit karena terinspirasi oleh mas Erwin.” Kisahnya jujur.
Kalau dilihat dari profesi sebagai desainer dan penjahit mungkin dimata awam bukan profesi baru. Sudah banyak desainer dan penjahit bertebaran baik pemula maupun prof.
Tapi menjadi fashion desainer yang benar-benar punya karateristik spesial, hanya segelintir. Yang menjadikan profesi sebagai panggilan jiwa sehingga tidak ada kata lelah dan jemu untuk menghasilkan yang terbaik. Sebut saja salah satunya desainer muda berbakat dan sekaligis model NTT Erwin Yuan dengan brandnya Padu Padan, yang menjadi idola dan kiblat Sofia Hebi.
Namun ada hal menarik dari perempuan berusia 42 tahun ini, yaitu keberaniannya untuk expansi dari Pengusaha Furniture Recyle yang sudah dijalaninya selama bertahun-tahun di Bali dan beralih ke profesi barunya desainer sekaligus penjahit.

Perkenalan media ini juga bukan hal yang direncanakan, karena hanya sebuah kebetulan saat bertandang ke Galery & Boutique Padu Padan milik Erwin Yuan (Rabu, 12/05).
Sofi dan kedua teman perempuan asal Sumba Timur diberi kesempatan lakukan pameran kain tenun ikat Sumba Timur di galeri dan butik Padu Padan di Jalan Sam Ratulangi.
Dan kami janjian ketemu hari ini untuk bincang-bimcang santai terkait profesi barunya sebagai desainer dan penjahit khusus brokat dan tenun ikat yang diakuinya terinspirasi dari Erwin Yuan idolanya.
Sofi, ibu berputera 5, kepada Top News NTT mengisahkan dalam bincang santai kami,
“Saya sempat bekerja di Denpasar, Bali sebagai staf di Perusahaan Furniture Recyle atau mendaur ulang kayu bekas kapal atau perahu menjadi mebel atau furniture baru. Di cat yang bagus sehingga berfungsi lagi.” Kisahnya.
Namun karena gaji yang tidak cukup untuk biaya hidupnya, akhirnya diputuskannya membangun usaha dengan modal pinjaman dengan sistem usaha bersama dengan seorang pelanggan ditempat ia bekerja dulu.
Usaha berjalan setahun, dan ia memanagemen sendiri menjalani usahanya selama beberapa tahun setelah partnernya pulang ke negaranya.
Usahanya mulai berjalan bagus, namun Sofi akhirnya karena alasan keluarga yang saat itu tinggal di Waingapu lebih penting, ia putuskan pulang ke Sumba Timur.
Pengalaman jatuh bangun dalam usaha membentuk karakter tahan uji dan mau berusaha Sofi, sehingga dengan belajar dunia fashion desainer dari Erwin Yuan ia memulai usahanya sendiri ke dunia yang masih ada dijalur sama : seni padu padan bahan menjadi karya seni : satunya furniture dan satunya busana, hanya beda bahan. Furniture recycle berbahan kayu, fasion desainer dan penjahit berbahan kain tenun ikat.
Minat ini timbul setelah perkenalan via fb antara ia dan fotographer Padu Padan, Yoga Fransisco yang membawanya berkenalan dengan Erwin Yuan, sang desainer.
“Saya mulai tertarik kepada dunia fashion saat lihat postingan busana tenun ikat NTT yang dipost sama kak Yoga bagus-bagus. Ketertraikan saya bukan pada keinginan menggunakannya tapi lebih kepada menjadi desainer dan penjahit. Dan karena mulai banyak tanya, saya direkomendasi ke Desainernya langsung, Mas Erwin Yuan. Tapi masih sebatas di fb.” Kenang Sofi sambil tersenyum mengenang awal ketetarikannya kepada dunia fashion.
Dari hasil “belajar otodidak” lewat banyak pertanyaan di inbox fb inilah, membawa Sofi pada keputusan berekspansi menjadi desainer dan penjahit.
Untuk wujudkan impian dan komitmennya itu diakui Sofi ia sampai nekad kursus menjahit selama sebulan.
“Saya banyak kosultasi dan bertanya pada mas Erwin segala hal tentang dunia desainer. Dan sampai janji ke mas Erwin saya akan kursus menjahit, satu bulan saya janji sudah bisa.” Kisahnya sambil tertawa.
Memang benar-benar serius puteri mantan jurnalis ini buktikan komitmennya beralih profesi ke dunia fashion yang sama sekali baru baginya. Sampai membujuk mamanya yang dulunya penjahit namun sudah tua dan kabur penglihatannya mengajarinya membuat pola dasar pakaian.
“Mama saya dulunya penjahit terkenal dijamannya, tapi sudah kabur matanya saya bujuk ajar saya teknik buat pola dasar dan ilmu menjahit. Saya tulis dengan detil setiap penjelasan dan langsung praktek gambar pola dan teknik menjahit dari mama selain kursus tadi.” Ungkapnya.
Puteri dari pasangan ayah Frans Wora Hebi dan ibu Elisabeth H.Rendi ini tunjukkan keseriusannya belajar dunia yang baru ini dibutikan dengan menerima orderan membuat sebuah gaun berbahan tenun ikat Sumba Timur saat praktek menjahit pada kursus menjahit yang diikutinya.
“Yang buat saya makin yakin dengan profesi baru ini adalah banyaknya pesanan jahitan yang masuk walau masih kursus. Itu bikin saya percaya diri sudah. Bahkan orderan pertama saya nekad bawa saat praktek menjahit.” Katanya bangga.
Erwin Yuan walau belum pernah ditemuinya selain fb menjadi idola dan kiblatnya dalam dunia fahsion. Jujur diakuinya hampir semua rancangannya dikolaborasi dengan rancangan Erwin Yuan.
“Mas Erwin itu idola saya yang rancangannya saya minta ijin dikolaborasi sama kreatifitas saya untuk membuat desain pakaian pelanggan saya. Kalau saya lihat ada desain baru dari mas Erwin, saya minta ijin dikolab sama desain saya, tapi ada yang saya copas. Dan mas Erwin tidak pernah keberatan, bahkan kasi motivasi dan tidak kikir bagi ilmu. ” Akunya jujur.

Saat ini Sofi, selain menjalani profesi barunya, juga menjadi pedagang tenun ikat. Namun, yang menjadi sebuah nilai positif dari Sofi ia juga mengajak dua teman yang juga perajin dan pedagang kain tenun ikat. Mereka bertiga bukan hanya membawa kain tenun ikat mereka sendiri, tapi juga membawa kain titipan keluarga, teman dan sebagian dari kelompok pengrajin tenun ikat di Waingapu untuk dijual.
Tapi disyukuri Sofi, akibat pertemanannya dengan Erwin Yuan, mereka bertia disarankan menggelar pameran kecil-kecilan di Galery & Boutique Padu Padan tanpa membayar.
“Dan sistem pameran memberi dampak bagi penjualan tenun ikat kami, dibanding jual mobile door to door. Ide mas Erwin luar biasa. Kami baru sehari pameran, tapi lumayan hasilnya dibanding jualan keliling.” Akunya senang.
Sofi sangat berterima kasih atas budi baik dan ide pameran Erwin Yuan.
“Pameran ditempat mas Erwin untungnya adalah konsumen bisa konsultasi fashion dengan bahan tenun ikat langsung ke desainer Mas Erwin Yuan dan sekalian bisa jabit disini.” Pungkasnya promosi.
Sofi saat ini punya mimpi kembangkan usahanya dengan mengadopsi banyak ilmu dari Erwin Yuan, pungkasnya.
Penyuka dan ahli mencampur warna serta mengecat ini ternyata adalah ketua karangtaruna di kelurahan tempatnya tinggal.
Melihat prospek yang bagus untuk tenun ikat dan dunia fashion, ia mempunyai rencana melakukan pelatihan virtual fashion desainer dan digital marketing bagi pemuda dan perempuan di Waingapu dan Sumba Timur.
“Saat pandemi ada banyak pembatasan saat sekarang ini, digital marketing adalah pilihan tepat. Saya melihat prospek tenun ikat cukup bagus di Sumba Timur. Selain busana, ada banyak aksesoris sebagai produk ikutan tenun ikat dijadikan souvenir. SDA Tenun Ikat dan SDA lain melimpah, tinggal ada kebijakan yang berpihak serta program dan anggaran untuk memberi pelatihan keterampilam bagi kelompok perempuan dan pemuda. Dengannya harga tenun ikat tentu naik, sejahteralah masyarakat Sumba Timur.” Ujarnya mengungkapkan buah pikirannya.
“SDA di Sumba Timur yaitu tenun ikat sangat memiliki prospek yang menjanjikan. Dan perempuan serta pemuda butuh ilmu bagaimana memanfaatkannya serta strategi pemasaran digital. Dan saya melihat kolaborasi dengan mas Erwin bisa memberi solusi untuk pemberdayaan sdm dan sda ditempat saya.” Harapnya.|| juli br