Rektor UKAW Kupang Dr. Ir. Ayub U.i.Meko,M.Si: “Pemberdayaan berdampak Investasi, solusi atasi dampak ekonomi pandemi Covid-19.”
KUPANG, TOP News NTT ■■ Dampak ekonomi akibat pandemi Covid -19 makin meluas di masyarakat Indonesia, terutama NTT sebagai Provinsi dengan kondisi 3T.
Kebijakan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah mau tidak mau harus ditaati walau apapun resikonya. Dampak yang paling dirasakan adalah dampak ekonomi, terutama bagi masyarkat ekonomi lemah seperti pekerja pada sektor swasta (karyawan swasta), pekerja lepas (tukang ojek, pedagang keliling bermodal kecil), petani, nelayan, peternak, dan pekerja yang di PHK, usaha kecil menengah yang tidak dapat dilanjutkan usaha akibat anjuran tinggal di rumah sehingga mereka tidak bisa keluar rumah dan pembeli yang berkurang. Otomatis tidak adanya pemasukan setiap hari sedangkan biaya hidup tidak berkurang sebabkan kesulitan ekonomi terutama kebutuhan pangan.
Mengatasi masalah tersebut untuk jangka waktu singkat atau tanggap darurat, pemerintah pusat keluarkan kebijakan program Jaring Pengaman Sosial atau Social Net Savety dari APBN dalam bentuk Bantuan Sosial Tunai atau Bantuan Langsung Tunai Rp.600.000 per kk yang terkena dampak, serta pembagian sembako, baik dari pemda maupun legislatif dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan atau dari pribadi-pribadi yang merasa terpanggil membantu masyarakat.
Namun, dalam bincang-bincang kami pada Selasa, 12 Mei 2020 di ruang kerjanya, Rektor UKAW Dr Ir.Ayub U.i. Meko,M.Si memiliki pandangan sendiri terhadap program bantuan ini serta solusinya.
“Menurut pertimbangan saya, bantuan sosial tanggap bencana seperti Bantuan Langsung Tunai ataupun sembako tidak akan memberikan sebuah solusi jangka panjang yang memberi kemandirian secara ekonomi bagi masyarakat. Apalagi jika perkembangan virus tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya. Jika masih panjang, maka bantuan-bantuan ini hanya akan menjawab solusi dalam jangka pendek, sedangkan kebutuhan pangan tetap berlangsung entah apapun kondisinya selama manusia hidup. Dan dibandingkan dengan kemampuan keuangan pemerintah dalam kondisi semua sektor usaha tidak berjalan, maka diperlukan sebuah solusi kreatif yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat terutama pangan tanpa membebani pemerintah. Sebuah solusi yang mampu memandirikan masyarakat secara ekonomi walau bekerja dari rumah masih berlaku, masyarakat masih bisa bekerja dari rumah masing namun menghasilkan bagi keluarga.” Ujarnya.
Solusi itu yang dimaksudkan Ayub adalah pemberdayaan berdampak investasi ekonomi bagi masyarakat NTT di bidang pertanian, peternakan dan perikanan. “Ketiga bidang ini akan memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Untuk bidang pertanian, dengan kondisi kurangnya curah hujan dan panas yang dapat sebabkan kekeringan dimusin kemarau nanti, jika sektor pertanian hortikultura tidak secepatnya diangkat maka sudah bisa dipastikan NTT akan alami kelaparan. Di masa bukan pandemi Covid-19 saja NTT sudah alami kekurangan pangan, apalagi dimasa pandemi yang mencekam karena ancaman terinfeksi virus mematikan ini dan semua orang diharuskan di rumah saja, sedangkan kebutuhan makan minum tidak berkurang.” Imbuhnya.
Ayub mengatakan bahwa pemerintah harus berpikir membantu pengairan di daerah-daerah lahan kering misalnya sumbur bor, embung, bibit, pupuk dan pestisida sebagai modal kerja awal, dan pendampingan penyuluh pertanian.
Untuk rantai pemasaran, bisa diubah karena mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak boleh ada kegiatan yang membuat terjadinya kumpulan orang, bukan lagi ke pasar tradisional. Karena berkurangnya pembeli karena aturan dan ketakutan akan virus membuat rantai pemasaran terkendala, tapi jalur penjualan online antara pembeli langsung ke petani dalam kemasan yang bersih, ukuran, harga yang layak sesuai kesepakatan bisa jadi solusi, sehingga kebutuhan sayur dan pangan lain terpenuhi serta petani peroleh hasil, kebutuhan lain terpenuhi.
“Solusi pemberdayaan lain adalah anjuran pemanfaatan lahan-lahan tidur dan pekarangan dengan modal kerja dan pendampingan dari pemerintah. Karena lahan pertanian dan tanaman tidak terinfeksi, maka orang masih boleh bertani dengan menerapkan semua anjuran social & physical distance, cuci tangan, pakai masker. Jadi masyarakat tetap dapat bekerja menghasilkan makanan dan uang, tapi tetap bergerak dan bekerja di bawah matahari yang justeru membuat masyarakat sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Anjuran tinggal dalam rumah, makan makanan bergizi dan olah raga cocok bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap dan tidak terkena dampak ekonomi seperti PNS, legislatif, pengusaha yang memiliki usaha besar yang walaupun tutup tapi masih memiliki simpanan sehingga bisa survive. Sedangkan bagi warga masyarakat yang setiap hari harus berusaha sendiri baru dapat uang, tidak berlaku. Karena bagi mereka sehari tidak keluar rumah dan bekerja entah Covid atau tidak, tidak ada uang untuk beli makanan, atau di PHK tanpa pesangon dan tidak ada pilihan usaha lain, kepada kelompok inilah pemberdayaan berdampak investasi ekonomi jangka panjang harus diterapkan.” Ujar Ayub menganjurkan.
Untuk pemasaran, dengan adanya media sosial seperti fb, wa dll, maka pasar bisa dibuka dengan aman. Semua anjuran pemerintah ditaati, masyarakat bisa hidup.
“Solusi ini bisa dipikirkan pemerintah agar masyarakat terbantu untuk jangka waktu panjang tanpa membebani pemerintah. Bahkan bisa menjamin tetap tersedianya stok pangan dan sayuran serta buah. Dan sekaligus memanfaatkan masih tersedianya air hujan. Karena jika terlambat maka musim kemarau segera datang dan akan makin sulit masyarakat menanam, sehingga makin meluas kelaparan dan beban negara makin besar. Bukankah kekurangan makanan bisa membuat stres dan menurunkan imun tubuh dan sebabkan manusia malah gampang terkena penyakit?” Tandas Ayub.
Pemberdayaan berdampak investasi juga bisa diterapkan pada sektor perikanan dan peternakan. Di UKAW jurusan pertanian kami siapkan bibit ubi ungu yang bisa menjadi solusi kebutuhan karbohidrat. Masyarakat bisa peroleh lewat pembentukan kelompoj tani.” Saran Ayub diakhir wawancara kami.■■ juli br