“Positive Thinking” Yang Sejati

Oleh : Marry-Lyn Dethan-de Broer
Ijinkan mengawali artikel saya ini dengan pertanyaan ini : Bagaimana Bapak / Ibu / Saudara / Saudari melihat dunia ini?
Apakah Bapak / Ibu / Saudara / Saudari melihatnya dengan perspektif bagaikan gelas yang setengah penuh atau dengan perspektif gelas yang setengah kosong?
Saya harus jujur, saya terkadang melihat kehidupan ini dengan perspektif yang sedikit negatif. Jikalau benar-benar ada hal yang negatif, otak saya membuatnya lebih negatif lagi. Otak saya sering menganalisa secara mendalam dan melompat lalu berpikir sambil mengandai-andai tentang yang paling buruk, atau worst case scenario. Ini pergumulan pribadi saya yang sering saya pikirkan yang membuat saya makin mendekatkan diri saya kepada Tuhan untuk mencari kekuatan dari Tuhan.
Tatkala saya melihat dengan perspektif gelas yang setengah kosong itu, di pihak lain suami saya justru berpikir yang berlawanan dengan cara pikirnya saya.
Dia tidak berpikir gelasnya setengah kosong atau pun setengah penuh. Dia selalu melihatnya gelas itu sudah penuh!
Suatu kali saya mengkritiknya dan menuduh dia bahwa dia terlalu positif atau idealistik atau over-optimistik.
Tetapi dia membalas kritikan saya dengan berkata, “Ya, tetapi orang-orang ahli matematika menyuruh kita untuk estimasi ke nomor yang lebih besar tatkala angka persis di tengah, iyakan? Jadi saya tidak salah.”
Saya pun kaget dan tertawa. Tetapi saya merasa bersyukur karena saya mendapat seorang partner yang bisa menolong saya untuk menjadi lebih balance.
Suami saya sering menyuruh saya untuk “berpikir positif”. Menurut saya, itu gampang untuk bicara, tetapi sulit untuk mempraktekannya. Itu membutuhkan perubahan pola pikir yang sungguh-sungguh radikal dan drastis. Bagi saya itu bukan hal yang gampang.
Akan tetapi, saya bersyukur karena minggu lalu saya membaca satu ayat Firman Tuhan yang luar biasa. Ayat itu sangat menolong saya untuk bagaimana mulai berpikir lebih positif.
Ayat itu adalah Mazmur 119:64 yang mengatakan, “Bumi penuh dengan kasih setia-Mu, ya TUHAN, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.”
Bayangkan Bapak / Ibu / Saudara / Saudari — bumi ini penuh dengan kasih Tuhan! Saya suka sekali kalimat itu! Tiap hari saya berpikir tentang kebenaran itu. Sekarang dari pada saya melihat sekitar saya yang membuat saya kawatir, sedih atau marah, lebih baik saya mencari kasih Tuhan itu.
Beberapa hari yang lalu, saya merasakan kasih Tuhan waktu seorang teman mengirim saya pesan yang menguatkan. Saya juga sadar tentang kasih Tuhan tatkala saya bangun pagi setelah tidur yang enak dan melihat matahari bersinar lagi.
Waktu saya membaca ayat-ayat Firman Tuhan yang memberikan jawaban untuk pergumulan saya, saya sadar bahwa itu juga bukti kasih Tuhan. Memang, saat ini saya sedang duduk sambil menulis blog ini di depan sebuah air terjun yang indah sambil mendengar bunyi suara alunan jatuhnya air terjun itu yang begitu dahsyat. Suasana indah pagi ini, saya sadari sebagai bukti kasih Tuhan terhadap saya dan terhadap anak-anak saya yang sudah bosan di rumah karena peraturan PPKM yang masih berjalan terus.
Memang, Bapak / Ibu / Saudara / Saudari , bumi ini penuh dengan kasih setia Tuhan! “Bukalah mata-ku ya Tuhan, agar saya terus mencari bukti kasihMu di sekitar saya. Dan ajarlah saya, Tuhan, tentang ketetapan-ketetapanMu agar saya mendapat perspektif yang lebih jelas dan lebih benar supaya saya bisa melayaniMu dan melayani sesamaku dengan lebih semangat.”
Kalau Bapak / Ibu / Saudara / Saudari ada teman atau saudara yang bisa diberkati dengan artikel ini, silahkan dishare linknya ya. Terima kasih atas dukungannya untuk tulisan saya di blog ini. Tuhan memberkati kita semua.**(Merlyn Dethan-de Broer)
Tentang penulis :
Tentang Penulis:
Mary-Lynn Dethan, sering dikenal saja “Bu Mer”, lahir dan besar di Canada. Tetapi sejak menikah dengan seorang hamba Tuhan dari Indonesia 22 tahun yang lalu, dia menetap di Indonesia. Dia menerima B.A. Child Studies dan Sociologi dari Brock University, Canada, tetapi dari kecil, Bu Mer suka menulis di waktu luang. Setelah salah satu dari anaknya meninggal dunia, dia terdorong untuk mulai sebuah blog yang dia namakan “Joy in Jesus”. Tanpa kebahagiaan karena Tuhan Yesus Kristus, dia merasa mustahil melewati keadaan yang sulit itu. Lewat blognya, dia ingin semua orang yang membacanya terdorong untuk mencari kebahagiaan dalam Tuhan Yesus. Kalau mau membaca artikel-artikelnya silahkan pergi ke blognya di: maredethan.blogspot.com