Pollycarpus Do Komit Cerdaskan Semua Anak NTT Lewat PKBM Bintang Flobamora

Figur Edukasi nonformal Regional

KUPANG, TOP News NTT|| Demikian komitmen  Ketua PKBM Bintang Flobamora Pollycarpus Do saat diwawancarai media ini (Minggu, 29/11) “Komitmen yang juga panggilan hidup saya lewat PKBM saya bangun NTT dari aspek pendidikan non-formal.” Tandasnya.

Polly (sapaan akrab-red) lebih jauh menjelaskan PKBM Bintang Flobamor yang sudah berusia 7 tahun ini, sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat. Lewat PKBM masyarakat bisa belajar  apa keterampilan saja sesuai kebutuhan mereka untuk meningkatkan kapasitas dan potensi diri yang nantinya dapat menjadi modal dari tujuan hidup mereka,  dan menjadi mata pencaharian warga belajar (sebutan Polly untuk peserta didik dan pelatihan di PKBM Bintang Flobamora).
“Keterampilan apa saja bisa  dipelajari disini oleh masyarakat, sesuai kebutuhan masyarakat, asal disiapkan oleh lembaga dan berdampak positif bagi masyarakat.” Jelasnya bincang-bincang kami di ruang kerjanya di Sektretariat PKBM Bintang Flobamora di Jalan Air Lobang 3 Sikumana (Minggu, 29/11).

PKBM Bintang Flobamora yang dirintisnya sejak 2013, setelah selama 7 tahun pria asal Ende ini menjalani profesi sebagai guru privat Bahasa Inggris. Profesi ya g dilakoninya tumbuh dari keinginannya ingin membagi ilmunya bagi siapa saja yang butuh, dan juga sebagai mata pencaharian.
“Sejak saya keluar dari Seminari CCIM Jakarta Timur pada  2006 ke Kupang. Di Kupang, saya memulai karir saya sebagai guru privat  Bahasa Inggris dengan mengajar dari rumah ke rumah. Saat itu saya dengan berjalan kaki dari rumah ke rumah mengajar dan itu sudah aktifitas saya. Selain untuk membantu yang butuh privat, tapi juga mau hidup juga. Untuk cari hidup, itu sudah profesi yang salah jalani sampai sekarang.” Ujarnya tanpa sungkan. Karena makin banyak peserta les privaf, dan ia merasa terlalu capek dan sibuk jika melayani dari rumah ke rumah, maka 2008 ia  membuka lembaga kursus dengan sistem masih mobile, artinya ia turun mengajar tapi dengan membuka titik dengan kelompok berjumlah 5-10 anak di setiap kelurahan. Waktu itu belum berbentuk PKBM.” Pungkasnya mengenang.

Sejak membuka PKBM Bintang Flobamora pada 2013, Polly akui konsentrasinya lebih ke lembaga tidak lagi melayani les privat dari rumah ke rumah. Namun karena sudah cukup di kenal, maka tetap saja  sampai sekarang masih ada orangtua yang telepon memintanya memberi les anak mereka.
“Masih saja ada orangtua yang telepon pak tolong anak kami mau  kursus, ya saya arahkan datang daftar dan belajar di lembaga saja. Saya harus jujur pada mereka tidak bisa lagi sekarang dari rumah ke rumah akibat kesibukan urus Lembaga Kursus. Jadi saat saya buka lembaga kursus waktu awal sebelum PKBM ini dengan buka titik di kelurahan-kelurahan. Tidak lagi dari rumah ke rumah. Nah itu tituk awal saya buka Lembaga non-formal PKBM Bintang Flobamora ini.” Cetusnya lagi.

“Saat  buka lembaga kursus hanya untuk bahasa Inggris dan Matematika dalam bentuk LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) karena saya pikir kalau saya dari rumah ke rumah, saya tidak sanggup. Dari jam tujuh pagi sampai jam sepuluh malam. Jujur seluruh kota Kupang ini saya sudah keliling semua karena sebagai guru privat. Karena konsepnya hanya guru privat saja. Dari  belakang Sosial sana, Kuanino, Fontein, sampai Pasir Panjang itu, lagian saya buku kursus  Bahasa Inggris dengan biaya seiklasnya. Waktunya juga tidak terbatas yaitu sampai anak mampu dan sepanjang orangtuanya menginginkan kami tetap beri les. Dan pembayarannya per meeting. Satu pertemuan ada yang dibayar Rp.10.000, Rp.15.000. Ada yang misalnya 1 kelas mereka kumpul uang 2 ribu dapat berapa bayar. Karena kondisi ekonomi orangtuanya juga kekurangan. Yang lucunya lagi, waktu buka lembaga kursus, balihonya masih ada saya tulis biaya seiklasnya. Saya juga baru memiliki nama, tapi masih tetap saya datangi peserta tapi saya buat titip kumpul. Karena anak SD misalnya kan mereka tidak mungkin jalan ke tempta kursus.yang jauh. Jadi masing-masing kelurahan saya buat 1 titik kumpul berdasarkan tempat tinggal mereka.” Ungkapnya lagi sambil mengenang masa-masa awal dirinya merintis lembaga ini.

Dalam perjalanan menjalankan buka lembaga kursus dan saya diminta bantu-bantu kembangkan kursus dan kelola Lab Bahasa Inggris di Paud dan PNF (sekarang BP PAUD dan DIKMAS).
“Dan tiba-tiba saya ingin buka PKBM karena termotivasi kawan-kawan yang urus PLS. Dan akhirnya saya urus akte pendirian PKBM Bintang Flobamora yang  ijin operasioanalnya keluar pada tahun 2013. Setelah bangun PKBM kami konsern kepada pemberantasan buta aksara dan putus sekolah. Ada kursus bimbel Bahasa Inggris dan Matematika, komputer, jurnalis,  Menjahit, artinya semua program kita jalankan asalkan ada masyarakat yg ingin belajar.” Imbuhnya lagi.

PKBM, dalam pandangan Polly  sangat penting sebagai lembaga pendidikan non-formal sebaiknya ada di setiap daerah, desa/kelurahan, kecamatan.
P”Karena PKBM bisa mengcover apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di bidang peningkatan kompetensi diri. Termasuk  salah satu  programnya adalah Taman Baca Masyarakat (TBM) yang berkaitan dengan pengembangan literasi, budaya baca dll.” Ungkapnya.

Alasan pentingnya PKBM dan lembaga pendidikan non-formalainnya, ungkap Polly karena angka putus sekolah di NTT cukup tinggi karena berbagai alasan.
“Terus banyak anak-anak DO, jika punya lembaga pendidikan non-formal seperti PKBM ini, maka akan dapat melayani dan membuka akses bagi saudara-saudara kita atau anak-anak kita yang melemah  untuk mengakses pendidikan formal. Atau yang karena  berbagai kendala baik ekonomi sosial dll. Seperti  di kota, kita maklumlah anak-anak tidak lanjut pendidikan formal karena ekonomi dll, tapi mereka bisa melanjutkan pendidikan non-formal di lembaga ini, PKBM sangat membantu masyarakat.” Ujarnya berpendapat.

“Setelah saya konsen di PKBM Bintang Film, saya pernah berpikir jika tidak ada anak-anak putus sekolah maka PKBM ini urus apa lagi. Tapi ternyata PKBM bukan hanya urus mereka yang putus sekolah saja atau DO tapi PKBM ini sama dengan pendidikan formal hanya beda jalur saja. Karena sesuai dengan UU no : 20 tahun 2003, jelas bahwa  sistem pendidikan nasional  kita ada  tiga jalur yaitu formal, non-formal dan informal. Nah ternyata di jalur non-formal ini punya kapasitas yang sama untuk membuka akses layanan pendidikan bagi masyarakat, dan masyarakat bisa menggunakannya sebagai ruang dan tempat untuk  belajar yang disebut Long Life Education atau belajar sepanjang hayat. Jadi ketika  ada anak-anak atau masyarakat yang putus sekolah atau DO, bahkan ada anak-anak yang karena aspek ekonomi dan sebagainya tidak mampu melanjutkan pendidikan formal, mereka bisa mengakses pendidikan disini. Buktinya sejak 2013 kami buka sampai saat ini, peminat yang mendaftar dan belajar terus meningkat. Bahkan ada yang lanjutkan pendidikan yang terputus lewat Paket A, B  dan C melanjutkan SD, SMP, SMA dan bahkan melanjutkan kuliah dengan ijasah paket. Dan legalitas dan kualitas ijasah dan pendidikannya sama seperti pendidikan formal. Jadi pendidikan non-formal itu sangat penting dan menjadi solusi atau jalan keluar untuk menuntaskan masalah pendidikan.” Pungkasnya bangga.

Lembaga pendidikan formal dan non-formal dalam pandangan Polly, ibarat orang yang akan bepergian ke tujuan yang sama namun menggunakan alat transportasi berbeda.
“Lalu apa substansi kita untuk memperkuat bahwa PKBM itu agar  bisa menghasilkan  output yang bermutu dan berkualitas? Makanya inovasi-inovasi program kita itu, selain kurikulum yang sudah ditetapkan  oleh kemenedikbud, bahwa kami punya program yaitu pembelajaran berbasis minat dan bakat. Bahwa untuk warga belajar yang datang belajar disini, kami punya dasar minat yang mendorong masa depan mereka itu bahwa ketika belajar di PKBM ini bisa komputer dan juga  bahasa Inggris. Itu jadi harga mati, dan jadi garansi bagi mereka. Jadi ketika mereka belajar di PKBM Bintang Flobamora mereka punya garansi dan kompetensi berkaitan dengan kemampuan komputer, teknology. Jadi anak-anak paket disini, anak-anak yang mengenyam pendidikan kesetaraan  bagi mereka teknologi itu biasa saja. Apalagi berkaitan dengan program-program komputer merupakan kegiatan keseharian mereka, bukan hal luar biasa. Bahkan ada lulusan kesetaraan paket c dari sini kuliah di Undana dan jadi mahasiswa dengan kemampuan bahasa Inggris dan Komputer melebihi yang lain karena dia disini kedua pelajaran itu keseharian buat mereka. Bukan hal baru, tapi saat mereka kuliah di Undana kedua kemampuan mereka jadi prestasi luar biasa baginya. Padahal.buat dia itu hal biasa bukan luar biasa, padahal anak kami ikut tes umum. Anak ini dikategorikan pintar karena nilai bahasa dan komputer yang tinggi, padahal itu hal biasa buat dia.” Jelasnya.

“Konsep Mendikbud merdeka belajar itu kami sudah terapkan jauh sebelum didengungkan oleh Mendikbud. Di PKBM konsep merdeka belajar sudah diterapkan, tidak hanya di dalam kelas. Bagi kami sekolah kapan saja dan dimana saja. Diskusi saja adalah belajar, setiap warga membaca secara otodidak atau dengan bimbingan instruktur, itu juga belajar. Kurikulum kita jelas, bahwa kalau dulu KTSP dan sekarang K-13 ada muatan lokal umum dan khusus khusus. Muatan khusus kita terkait pemberdayaan dan pelatihan keterampilan. Jadi semua warga belajar di PKBM ada keharusan untuk mengembangkan keterampilan yang bisa menjamin masa depannya. Jika hal ini kita lakukan maka saat warga belajar tamat maka saya yakin dia punya nilai tambah selain ijasah kesetaraan SD, SMP dan SMA setara dengan sekolah formal, dia juga punya keterampilan komputer, bahasa Inggris, menjahit. Atau seorang ibu rumah tangga yang punya ijasah SMA dan ingin kembangkan usaha maka dia bisa ambil kursus dan pelatihan keterampilan di sini. Atau seorang pemuda lulusan SMA ingin jadi desainer, MC atau profesi lain yang tidak di dapatkan di lembaga pendidikan formal, maka di lembaga pendidikan non-formal dia bisa peroleh, karena di pendidikan formal yang dikejar adalah pencapaian target kurikulum. PKBM sangat penting dihidupkan, karena  dalam kehidupan life skill sangat berperan penting dalam mengatasi masalah ekonomi. Apalagi dalam masa pandemi saat ini, kita tida diharapkan menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri agar survive, dengan life skill seseorang bisa membuat pekerjaan. Pelatihan keterampilan sebagai life skill bisa menjawab masalah ekonomi, pengangguran. Itulahlah yang diperjuangkan oleh PKBM selain pemberantasan buta aksara dan kursus. Pendidikan non-formal harus diperkuat jika pemerintah ingin mengentaskan kemiskinan pendidikan dan ekonomi. Jika setiap masyarakat memiliki kompetensi di bidang keterampilan (life skillmaka kemiskinan akibat pengangguran akan mampu diatasi. Bahkan ia bisa membuka lapangan kerja, terutama di masa pandemi. Jika kemiskinan pendidikan dan ekonomi bisa diatasi, maka pengangguran dapat diatasi dan traficking akan dapat diatasi dan sesuai dengan komitmen gubernur untuk moratorium pengirimanan PMI. PKBM sedang menciptakan sesuatu yang jadi modal hidup warga belajar PKBM.” Urainya.

Peningkatan kompetensi lewat pelatihan keterampilan seharusnya dikembangkan dalam pendidikan formal dan informal, ujarnya berpendapat.
“PKBM sedang berjuang lewat program pemberantasan putus sekolah lewat pendidikan kesetaraan (Paket A, B dan C)  dan pemberantasan buta aksara.  NTT saat ini menjadi provinsi zona merah dengan tingkat buta aksara tertinggi; daratan Sumba, Daratan Timor. Kami baru pulang dari TTS untuk pelatihan penguatan kapasitas tutor pendidikan keaksaraan. Mereka untuk daratan Timor : Malaka, Belu, TTU, TTS, Kabupaten Kupang, Sabu, Rote, mereka dipusatkan di TTS.

Mereka dilatih untuk bagaimana  bagaimana   pembelajaran, strategi dan metode untuk kembali ke daerah dan mendampingi warga belajarnya.” Pungkasnya merinci.
“Kepuasan batin adalah jika melihat anak putus sekolah bisa lanjutkan sekolah.dan tamat, atau warga buta aksara bisa membaca, warga belajar yang pengangguran bisa memperoleh keterampilan untuk memperoleh tujuan hidup. Rasanya seperti kita sedang melihat anak, atau keluarga kita yang berhasil.” Ujarnya sampai menitikkan air mata haru.

PKBM Bintang Flobamora juga punya program peningkatan literca membuka Taman Baca Masyarakat dibuka di beberapa wilayah di kota Kupang dan kabupaten di NTT.

Lewat PKBM, anak-anak putus sekolah membuka wawasan berpikir untuk menemukan jalan hidup mereka lewat program pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan dan pelatihan keterampilan. “PKBM membantu pemerintah membuka akses untuk menemukan life skill demi tujuan hidup mereka.” Tegasnya.

Komitmen Poly adalah PKBM harus memberi solusi bagi warga belajar untuk menemukan tujuan hidup mereka. Dan ia mengajak semua staf di PKBM agar menjadikan warga belajar sebagai bagian dari beban moril dan keluarga. Tidak boleh memutuskan harapan mereka, bahkan menjadi penyambung harapan hidup mereka.

Berapapun banyak harta dalam hidup akan habis, tapi persahabatan, kekeluargaan dan perbuatan baik akan selalu kekal. Jangan pernah tidur selama masih ada tetangga sesama lapar, bodoh dan tanpa masa depan. Karena hidup ini apa yang kita cari?  Hidup kita tidak lama lagi, apa yang kita makan tanpa sempat melayani orang susah, kita akan mati sia-sia. Hanya perbuatan baik yang kita tinggalkan setelah mati.

Pada 2019, saat hari Internasional PKBM Bintang Flobamora terpilih sebagai PKBM  terbaik seluruh Indonesia,  juara satu dari aspek kualitas  program yang terukur dan sudah hasilkan  out put,  input dan outcome dari lulusan warga belajar selama 7 tahun.
“Jadi program-program PKBM diniliai terbaik selama ini. Penghargaan ini adalah sebagai motivasi bagi kami untul lebih baik lagi bekerja. Program kami yang utama adalah pendidikan  kesetaraan (paket a, b dan c), life skill ( komputer menjahit menenun), jurnalis, pengembangan taman baca masyrakat (TBM), dan bimbel (Matematika dan Bahasa Inggris). Masa pelatihan minimal 3-6 bulan dan 1 tahun, tergantung level dan kebutuhan. Tergantung program dan volume seperti komputer tergantung programnya. Sedangkan kursus menjahit dan menenun dari 1-3 bulan. Kita buat sistem biaya kursus subsidi silang artinya yang peserta yang mampu membantu peserta yang tidak mampu.” Jelasnya.

Hal yang belum diketahui awam terhadap pribadi Pollycarpus Do sebagai pengajar di PKBM dan guru les privat  adalah ia sangat konsisten terhadap profesinya dan bahkan rela menerima upah seiklasnya dari warga belajar les privat maupun warga belajar PKBM. Semua anggaran program pembelajaran di PKBM entah dari mana asalnya semua dipergunakan untuk operasioanal PKBM. Bahkan Polly yang juga selalu jadi pembicara tentang literasi dan pendidikan non-formal ini bahkan pergunakan honornya untuk membiayai sebuah program pelatihan jika dana kurang sedangkan peminat banyak. Baginya PKBM adalah panggilan hidupnya. Hati nuraninya akan sangat menderita dan terganggi jika mengetahui ada masyarakat buta aksara, putus sekolah atau tidak memiliki tujuan hidup karena tanpa keterampilan untuk pengembangan usaha. Hal ini nampak jelas saat memaparkannya Polly sampai menitikkan air mata. Dengan berkaca-kaca Polly menyatakan ia akan mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk mendidik anak-anak NTT lewat pendidikan non-formal PKBM Bintang Flobamora yang jadi rumah keduanya.
“Bagi saya kesuksesan warga belajar adalah kepuasan saya. Bagi saya PKBM ini milik masyarakat untuk meningkatkan kualitas diri dan memperoleh arah dan modal hidup. Modal kerja. Mengangkat kehidupan orang-orang yang putus sekolah, buta aksara atau  belum memiliki pekerjaan karena masalah pendidikan dan tiada keterampilan untuk meningkatkan taraf pendidikan, keterampilan sehingga taraf hidup meningkat dan memiliki masa depan dan tujuan hidup. Tugas PKBM adalah mendekatkan masyarakat yang butuh dengan pemerintah dan pemilik dana untuk membantu seperti mendirikan taman baca dan lain-lain.” Pungkas Pollycarpus yang juga sebagai ketua Forum PKBM NTT.

Mimpinya adalah  lewat PKBM Bintang Flobamora adalah Generasi NTT harus diselamatkan dan diberi ruang yang besar untuk ekspreasikan diri yaitu lewat Taman  ekspresi dan PKBM dengan program keterampilan yang jadi kebutuhan masyarakat.
“Jadi masyarakat belajar apa yang jadi potensi dan kebutuhannya. Program kita adalah dari kebutuhan masyarakat dan kita adalah alat untuk memfasilitasi dan PKBM adalah jembatan. Kita sebagai alat fasilitas dan wadah untuk mereka mengekspresikan potensi diri. PKBM adalah jembatan untuk mereka meraih itu. PKBM  Digitalisasi harus ditransformasi kepada warga belajar sebagai hal yang penting dan sangat dibutuhkan hal penting untuk pendidikan dan pengembangan ekonomi masyarakat. Sekali lagi saya ingin lewat PKBM tidak ada anak-anak NTT yang putus sekolah. Anak NTT punya hak, ruang dan kesempatan yang sama untuk belajar.” Pungkasnya.

Selama 7 tahun menjalankan PKBM Polly nyatakan ada komdisi yang hampir buat dirinya putus asa yaitu kondisi anak-anak yang susah diajak untuk mau belajar di PKBM atau bahkan melemah semangatnya.
“Saya harus mencari jalan mendekati orang-orang sekitarnya yang dia mau dengar. Kadang saya hampir-hampir mau mundur tapi karena dasar komitmen saya mendirikan PKBM warga belajar adalah subyek bukan obyek, maka saya tetap mencari anak-anak untuk terus belajar di PKBM. Ada saat dimana pihak luar dirinya bahkan dirinya sendiri melemah dengan pengaruh mengapa harus sibuk urus anak orang untuk motivasi mereka belajar? Miliki pendidikan dan keterampilan lebih? Mereka bukan keluarga dan apabila mereka sukses saya tidak dapat apa-apa. Tapi semua itu bisa saya hempaskan dan tetap komit maju dalam menjalankan PKBM dengan prinsip kesuksesan warga belajar adalah kepuasaan PKBM yang mendorongnya tetap ada di jalur ini dengan komitmen yang sama.” Ungkapnya.

“Prinsip saya kesukseskan warga belajar kepuasan saya. Keseriusan Polly menolong masyarakat NTT dengan prinsip  “kerja untuk masyarakat”  juga lewat Yayasan Yaspora NTT.”tegasnya.

Diakhir bincang-bincang kami Polly menyatakan harapanya demi mewujudkan masyarakat yang literat maka pemerintah harus menyiapkan wadah belajar bagi masyarakat lewat PKBM dan wadah lain. Imfrastruktur fisik jika rusak masih bisa diperbaiki, tapi jalan pikiran manusia rusak sulit di perbaiki.
“Pada 2025 – 2035 akan ada ledakan bonus demografi maka pemerintah harus bekali dengan pendidikan dan keterampilan. Harus serius Banyak masalah di bidang pendidikan . Masih banyak Anak  usia sekolah yang Anak Tidak Sekolah (ATS) ada 111.569. Pitus sskolah 5,24% dari pendudukan kita atau 100 ribuan juga. 6,8% dari populasi manusia buta aksara dengan wilayah Sumba tertinggi angka buta aksara.” Ungkapnya mengingatkan.

Pendidikan harus menjadi gerakan bersama semua pihak pemerintah, swasta, organisasi sosial dna masyarakat. Ini kewajiban pemerintah dihadapan Tuhan dan UUD. Jika kita punya komitmen dan aksi yang sama, maka masalah pendidikan akan tuntas,masyarakat yang berpendidikan dan punya keterampilan pasti akan sukses. Pendidikan dan keterampilan adalah modal utama menuju sejahtera, pemerintah tidak perlu susah-susah pikirkan kebutuhan masyarakat, masyarakat akan mampu mengembangkan potensi diri lewat pendidikan dan keterampilan. Dunia pendidikan dan PKBM harus berjalan beriringan menolong masyarakat menuju taraf hidup berkualitas.

Selama ini, menurut Polly harus diakui kebijakan anggaran dan program bagi peningkatan kualitas masyarakat lewat dunia pendidikan dan pendidikan non-formal masih sangat kurang. Indikatornya yaitu tingginya Anak Tidak Sekolah, Putus Sekolah, Buta Aksara dan Pengangguran.  Jika pemerintah mendukung maka angka-angka ini minus.

Jumlah presentase dana BOS dulu masuk ke kas daerah kelihatan besar, tapi begitu langsung ke sekolah sangat kecil. Jika NTT ingin keluar dari Provinsi 3 T, maka pemerintah harus menjadikan NTT provinsi literat. Caranya pemerintah harus bergandeng tangan dengan semua pihak menambah anggaran untuk mendukung pendidikan formal dan non-formal.

Semua pihak terutama pemerintah harus berhenti bicara dan bahas tentang kekurangan dan masalah pendidikan tapi segera cari jalan penyelesaian, cari solusi selesaikan masalah pendidikan. Dengan sendirinya masalah kemiskinan dan pengangguran dapat diselesaikan. Demikian juga berbagai masalah lain yang muncul. Rendahnya pendidikan dan keterampilan adalah akar dari semua masalah yang timbul di provinsi ini.
“Kita harus lebih banyak lakukan karya-karya untuk selesaikan masalah pendidikan.” Ungkapnya menutup perbincangan kami.|| juli br