Pariwisata sebagai Prime Mover,  Lahir Dari Kajian Ilmiah

0

KUPANG, TOP News NTT■■Staf Khusus Gubernur NTT,  Prof. Daniel D. Kameo, Ph.D mengungkapkan, sektor pariwisata dipilih oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dan Wakil Gubernur, Josef Nae Soi (JNS) sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi NTT bukan karena selera, tapi hasil kajian ilmiah. Dari potensi-potensi sumber daya yang ada di NTT, Pariwisata punya kekuatan jadi motor penggerak sektor-sektor lainnya.
“Sebelum maju menjadi calon Gubernur, selama satu tahun  saya bersama pa Viktor melakukan penelitan pariwisata di seluruh daerah di NTT untuk tesis S-2  beliau. Hasil penelitian ini menunjukkan dari berbagai sektor ekonomi yang ada di NTT, Pariwisata ini secara potensi maupun indikasi yang sudah terjadi, bisa menjadi motor penggerak yang paling kuat  bagi sektor lain seperti pertanian, peternakan,perikanan dan kelautan ,” jelas Prof Daniel Kameo saat berbicara pada kegiatan Berbagi Informasi, Mengungkap Jejak-Jejak Karya 2 Tahun Kepemimpinan VBL dan JNS di rumah jabatan Gubernur, Sabtu (5/9).

Acara yang dibuka oleh Asisten I Pemerintahan Setda NTT, Benyamin Lola tersebut dimoderatori oleh Kadis Kominfo NTT, Aba Maulaka. Pembicara lain yang tampil adalah Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda)NTT, Cosmas  Lana. Hadir pada kesempatan tersebut 60-an wartawan media cetak, online dan elektronik serta pimpinan perangkat daerah lingkup pemerintah Provinsi NTT.

Menurut Guru besar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu, NTT merupakan salah satu daerah dengan potensi Pariwisata terbesar di Indonesia. Ada banyak data, fakta yang menunjukkan NTT sebagai salah satu daerah  pariwisata terbaik di dunia.
“Untuk membuktikan apakah pariwisata ini mampu menghela atau mendorong, kita lakukan studi rantai pasok (value  chain analysis). Kita lihat sektor yang rantainya panjang, yang mampu menarik gerbong-gerbong yang banyak. Dari studi ini, dilihat pariwisata punya rantai yang panjang,” jelas pria asal Amfoang tersebut.

Lebih lanjut, Prof Daniel Kameo ungkapkan, kajian tersebut juga dilanjutkan  studi trend dan potensi pariwisata global. Dari studi perkembangan sektor-sektor utama dalan 20 tahun  terakhir dan potensinya ke depan,  juga ditemukan  sektor ekonomi yang  pertumbuhannya paling cepat di dunia dan Indonesia adalah pariwisata, bukan industri elektronika dan otomotif.
“Hal ini karena pola perubahan konsumsi masyarakat dunia. Masyarakat dunia itu sudah ingin menikmati hidup dengan bepergian atau travelling. Ada juga perkembangan teknologi informasi yang mempercepat penyebaran tempat yang menarik dan indah. Ada seorang saja yang selfie atau swafoto di suatu obyek wisata, dia upload lewat facebook, whatsapp dan media sosial yang dia punya, detik itu juga ribuan orang yang mengetahui. Karenanya, menurut organisasi tourism international dan berbagai penelitian, sektor ini berkembang pesat 10 tahun terakhir,” jelas Daniel Kameo.

Menurut Kameo, dalam mengembangkan pariwisata tersebut, pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan seperti masyarakat, dunia usaha, dunia akademis, lembaga non pemerintah.
“Pemangku kepentingan keenam adalah media. Media fungsinya bukan saja sebagai fungsi kontrol, tetapi juga pemberitaan atau penyebaran informasi. Informasikan kepada dunia, energi positif tentang NTT, energi harapan karena masih banyak yang harus kita buat untuk NTT,” pungkas Kameo.

Sementara itu, Kepala Bappelitbangda NTT, Cosmas  Lana, menjelaskan Pemerintah Provinsi NTT di bawah kepemimpinan VBL dan JNS  berupaya keras menggerakan pariwisata sebagai lokomotif pembangunan NTT. Untuk meningkatkan aksesibilitas menuju tempat pariwisata, pemerintah provinsi memperbaiki jalan Provinsi yang rusak berat dan ringan sepanjang 906 kilometer (km) dari total 2.650 km di seluruh NTT dalam jangka waktu 3 Tahun. Tahun 2021, targetnya harus sudah selesai.
“Kemarin (Jumat,4/9)saat memantau pekerjaan jalan di Manggarai Barat, bapa Gubernur disambut dengan penuh sukacita dan kegembiraan oleh warga Kecamatan Boleng. Mereka sangat gembira karena waktu tempuh dari Boleng ke Labuan Bajo yang semula 5 jam jadi 1 sampai 1,5 jam. Begitu juga Bokong-Lelogama, terakhir ditangani dengan proyek  inpres penanganan jalan kabupaten tahun 1993 sampai dengan 1994. Tahun kemarin, jalur itu sudah ditangani. Lalu lintas semakin ramai dan waktu tempuh jadi singkat. Itu artinya mobilitas barang jasa,manusia dan faktor produksi lainnya pasti meningkat,”jelas Kosmas Lana.

Pariwisata dalam kepemimpinan VBL dan JNS,kata Kosmas, berciri inklusif, berbasis sumber daya lokal dengan strategi community based tourism atau pariwisata berbasis masyarakat.
“Beberapa destinasi baru terus dikembangkan yakni pantai Liman, pegunungan Fatumnasi, Koanara, desa Lamalera, pantai Wolwal, pantai Praidimadtya dan kawasan Mulut Seribu, ” jelas Kosmas.

Lanjut Kosmas, Pariwisata seturut pengalaman negara-negara maju harus punya multiplier efek sampai kepada para petani cabe, sayur, tomat dan lain sebagainya. Mereka harus dapatkan tambahan pendapatan.
“Pariwisata memiliki keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Namun jujur kami akui kami yang pada sisi operasional masih sulit implementasikan ini. Masih ada keegoisan perangkat daerah. Ini yang harus kami perbaiki ke depannya,”jelas Kosmas.

Untuk menggerakan pertanian sebagai rantai pasok pariwisata, jelas Kosmas, Pemerintah Provinsi melakukan gebrakan besar yakni Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Sampai Agustus 2020, tersedia luas tanam sebesar 1.435,61 hektar dari 10.000 hektar.Bibit jagung yang didistribusikan 31.045 jagung komposit dan 64.099 jagung hibrida.
“Jumlah ternak sapi hingga 2019 sebanyak 1.087.761 ekor. Selain dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat, juga dikembangkan 7 instalasi ternak.Untuk ternak kecil, babi sebanyak 2.266.222 ekor, kambing 835.614 ekor, ayam buras 10.984.790 ekor, ayam broiler 7.300.378 ekor dan ayam layer 225.389 ekor,” beber Kosmas.

Menurut Kosmas, dua tahun memang belum separuh dari masa kepemimpinan, namun sudah banyak jejak karya-karya yang telah diukir Gubernur dan Wakil Gubernur.
“Di antaranya kemiskinan berkurang sebesar 0,19 persen yakni 20,43 persen di tahun 2019 dari 20,62 persen di tahun sebelumnya.Prevelensi stunting menurun dari 42,6 persen tahun 2018 jadi 27,9 persen pada Februari 2020. Kasus gizi kurang alami pengurangan jadi 8,2 persen. Angka kematian ibu dan anak turun dari 163 orang jadi 98 orang tahun 2019. Kematian bayi menurun dari 1.044 bayi jadi 882 tahun 2019,” pungkas Kosmas.■■juli br

Sumber : SP Humas & Protokol Setda.Prov.NTT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *