Pariwisata Rote Ndao Di Mata Erasmus Frans Mandato : “Magnet Pariwisata Dunia”

Daerah Ficer Pariwisata Budaya

ROTENDAO, TOPNewsNTT|| Bagai Magnet Pariwisata Dunia, demikian nilai  Pulau Nusa Lontar Rote Ndao, dalam pandangan seorang Erasmus Frans Mandato, putera asli Rote Ndao.

Ungkapan  alumni SMEAN Kupang tahun 1994,  Anggota DPRD kabupaten Rote Ndao dari Fraksi Partai Hanura ini bukan tanpa alasan.

Anugerah Surf & Dive Resort di Pantai Nembrala, Desa Bo’a, kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao

Pasalnya ini pengalaman dirinya sebagai salah satu pelaku usaha pariwisata di Nembrala, Desa Bo’a, kecamatan Rote Barat yakni Anugerah Surf & Dive Resort yang sudah dirintisnya sejak 1994. Ia alami sendiri sejak beberapa tahun lalu, Rote Ndao  sudah menjadi magnet wisata bahari yang paling dilirik wisatawan dunia, mengalahkan Bali.

Karena waktu tinggal wisatawan baik lokal maupun asing sekarang sudah berpindah ke Pulau sejuta lontar dan kelapa ini. Bahkan ia akui Anugerah Surf & Dive Resort punya tamu tetap yang sudah membooking jauh-jauh hari sebulan dengan waktu tinggal yang lebih dari seminggu.

Karena Magnet pariwisata di Rote Ndao, ada di Wisata Baharinya dan berawal dari selancar di laut  Nembrala, dan Anugerah Resort sebagai  yang paling pertama menawarkan paket wisata bahari selancar. Bahkan menurutnya, magnet Rote Ndao diawali dari Pantai Nembrala sebagai satu-satunya tempat berselancar di NTT, dan di Indonesia hanya ada dua yakni di Bali dan Pantai Nembrala di Rote Ndao.

“Kenapa saya bilang magnet pariiwsata Rote Ndao ada di Nembrala, karena dari pengamatan saya, jika orang pergi ke destinasi wisata hanya untuk swa foto, mungkin untuk kembali lagi ke lokasi yang sama tidak bisa dijamin. Tapi saya jamin, jika orang datang ke Rote Ndao untuk berselancar, diving, snoreking,  maka saya jamin dia akan kembali lagi, dan lagi. Kenapa? karena daya tarik laut Rote Ndao yakni berselancar, diving, kayak dan snoreking akan menjadi magnet yang bakal menarik kembali pengunjung kembali dan kembali lagi.” Ujar Erasmus Frans Mandato (Rabu, 23/11).

Menurutnya, setelah dirinya yang juga peselancar ini menjual paket selancar di resort miliknya, lalu  mencoba juga diving pada tahun 2017 ( Anugerah Surf & Dive Resort adalah pencetus pertama dua olahraga laut ini di Rote Ndao) dengan harapan akan diminati, ternyata benar-benar diminati. Apalagi, ungkapnya bangga, Nembrala Beach saat itu sudah menjadi  salah satu destinasi pantai tereksotik versi API 2016. Pantai Nembrala juga merupakan salah satu pantai  National Geografis sebagai salah satu Pantai Tereksotik di Dunia dan itu terjadi di jaman belum ada sosial media.

“Kemudian para turis datang dan mengawinkan antara surving dengan pantai itu menjadi sesuatu yang menonjol. Kalau orang omong surving orang ingat Nembrala dan sebaliknya omong Pantai Nembrala pasti ingat surving.” pungkasnya.

Sejak saat itu, ujar Erasmus,  surving adalah pariwisata yang berkembang secara outo pilot dan jadi magnet secara alamiah bagi wisatawan,  artinya tanpa dukungan dari pemerintahpun bisa bertumbuh. Intervensi pemerintah masih kecil hingga kini.

“Jika kita bicara tentang Programnya Gubernur NTT yang ingin jadikan Pariwisata sebagai Prime Mover Perekonomian Masyarkat NTT, dan sekarang dibicarakan maka seperti gayung bersambut karena merupakan harapan kita juga sebagai masyarakat dan legilstaif kabupaten Rote Ndao. Untuk mewujudkannya, maka yang pertama kita harus bicara soal aksesbilitas sebagai aspek pertama dalam tourism.” Lanjutnya.

Hal yang perlu dibangun di Rote Ndao jika ingin menjadikan Rote Ndao sebagai magnet pariwisata dunia, ujarnya, hal pertama yang harus diperhatikan adalah aksesbilitas. 

“Yang dimaksud adalah kita harus punya jalan, jembatan, pelabuhan, bandara agar waktu tempuh ke tujuan wisata makin singkat. Jangan sampai seharusnya hanya 45 msnit perjalanan bisa memakan waktu berjam-jam karena akses yang buruk. Kita berharap akses ke semua destinasi wisata akan terkoneksi dengan bandara luar selain dari Kupang. Yang  masih kurang di bandara Rote Ndao adalah  run away masih pendek hanya 60 meter saja.” Ungkapnya.

Aksesbilitas berikut, menurutnya,  adalah atraksi, yang memang untuk Rote  tidak perdebatkan lagi karena secara alamiah Rote punya.

Selain itu akomodasi di sebagian Rote Ndao masih sangat kurang. Saat ini, sebutnya, hanya di Rote Barat akomodasi sudah bagus dengan ketersediaan home stay dari kelas menengah, dan high class semisal Resort dan villa sudah tersedia.

Hal lain adalah activities, yaitu masyarakat bisa datang dan lakukan surving, diving, snoreking ke Telaga Nirwana, Mulut Seribu, Pantai Batu Pintu aktivitas tersebut bisa dilaksanakan di sana.

Ia juga menyorot soal amenitas yang disebutnya  sangat penting dibangun di Rote Ndao agar setiap wisatawan yang akan datang berkunjung, karena daya tarik objek-objek pariwisata tersebut,  kebutuhan wisatawan belanja kebutuhan juga  harus ada All Shop atau toko untuk kebutuhan wisatawan, di Rote sebut Erasmus jujur belum lengkap dan ini yang harus diperhatikan baik oleh pemda maupun pengusaha untuk dipenuhi.

“Jika kita sudah punya 5A tadi, maka saat ini kita butuh adalah house tourism carier dan tourism base community. Jadi masyarakat harus disipkan menjadi orang yang punya mindset pariwisata atau touristic minded.” Tandasnya.

Ia memberi testimoni bahwa dulu saat trainernya mengajar tamu surving dan diving, jarak 2 meter dari tempat aktivitas orang diving, ada orang bom ikan.

“Tapi kami tidak menyerah dan malah menjadikannya sebagai tantangan, bahwa masalah itu menjadi peluang sebenarnya.” Cetusnya legislatif yang duduk di komisi 4 DPRD kabupaten Rote Ndao ini lugas.

“Tantangan ini, setelah kita berada pada tataran mitra pemerintah, kita lakukan pendekatan dengan membangun sebuah pemahaman bersama bahwa pantai dengan semua potensi itu punya kita dan harus kita urus dengan baik dan benar. Kami minta pemerintah bantu melihat dan mengurus potensi dan masalah tersebut.” Ungkapnya.

Terutama terhadap masyarakat yang lakukan pemboman ikan atau ilegal fishing dan aktivitas merugikan lainnya oleh legislatif  minta pemerintah bina dan edukasi lewat program  pemberdayaan. Mereka yang sebelumnya  lakukan ilegal fishing itu dialihkan dari yang tadinya  lakukan bom ikan, gunakan alat yang lebih ramah lingkungan.

“Kedua kita training orang jadi divers, memang domainnya  ada pada pemerintah. Dari Kementerian pariwisata ada Dana Alokasi Khusus yang diberikan sehingga ada pelatihan pemandu wisata selam. Pelatihan tersebut dilakukan pemerintah dan kita mendukung pemerintah untuk melakukan pelatihan kepada penyelam lokal, yang kita peserta kita ambil mewakili masing-masing kecamatan di Rote Ndao.” Ulasnya merinci.

Tujuannya, lanjutnya, “Adalah selain peserta peroleh pelatihan, tapi juga ada edukasi kesadaran masyarakat akan konservasi alam laut atau ikut mengajar orang lain untuk ikut menjaga dan menyelamatkan lingkungan.

“Itu terkait peningkatan SDM, sedangkan rerkait Sustainable,  kita bicara tentang alam bukan man made ya, tapi tentang alam yang dibuat Tuhan, yang saat ini kewaspadaan kerusakan dan kepunahan berada pada level yang seharusnya cukup mendapat perhatian bersama, karena adanya kondisi pemanasan global dan penambangan pasir ilegal. Di pantai  Nembrala saat ini,  kita sudah kehilangan sekitar 25 meter garis pantai. Jalan setapak saja sisa 10 meter. Jadi total 25 meter sudah hilang areal pantai karena adanya aktivitas penambangan liar pasir. Dulu di Rote Ndao ada badai yang akan berulang setiap 2 tiga tahun sekali dan membawa pulang pasir ke arah pantai. Sekarang sudah tidak ada badai sehingga pasir makin tipis dan pantai makin kurang luasnya.” Ungkapnya menyesalkan.

Printis usaha pariwisata Anugerah Surf & Dive Resort sejak 1994 ini juga melihat dampak jangka panjang dengan adanya penambangan ilegal, maka akan  maki tergerusnya pasir karena  itu untuk mencegah makin rusaknya pantai yakni dengan mengedukasi dan memberi peringatan kepada masyarakat agar hentikan tindakan penambangan ilegal.

“Kita sekarang masih dalam tahap edukasi dan himbauan saja,  tapi bukan tidak mungkin jika terus terjadi tindakan pengrusakan lingkungan maka kita akan pikirkan juga bagaimana tindakan disiplin demi penyelamatan lingkungan bersama.” Ungkapnya.

Masalah lain, ungkapnya,  adalah belum ada sistem yang disiapkan pemerintah terkait pengelolaan sampah. Masing-masing pemilik penginapan mengelola sendiri sampah.

Menurutnya di Rote Ndao Perda Penambangan juga belum ada dibuat oleh pemda.Rote Ndao dan itu jadi kelemahan juga.

“Karena pertambangan kewenangannya ada di provinsi, yang merupakan perpanjangan tangan dari Kementrian ESDM. Sedangkan laut  juga menjadi kewenangan provinsi sehingga pemda Rote Ndao masih belum bisa melakukan sesuatu.” Katanya.

Hal main yang jadi kendala lambatnya penataan ruang dan wilayah di Rote Ndao yakni belum tersedianya perda tata ruang yang sedang diperjuangkan.

“Tata ruang ada dua yakni  Rencana Tata Ruang Wilayah yang mengatur secara global,  katakanlah untuk Rote ada beberapa zona berbeda seperti peternakan, pertanian, pariwisata.Yang berikut adalah harus ada  Rencana Detil Tata Ruang Wilayah  yang scopenya mulai dari perkotaan. Misalnya kota Ba’a dan Nembrala masing-masing harus ada RTRW.  Tapi yang terjadi juateru sebelum punya master plan, malah kita sudah punya perda tentang gedung. Dan itu lompatan-lompatan yang semestinya tidak perlu. Seharusnya tata kelola lingkungan harus berbarengan dengan tata kelola ruang.” Sebutnya.

“Katakanlah bagaimana kedepannya kita punya sustainable jika kita tidak punya ruang publik? Harusnya ada ruang publik. Orang bangun rumah saja harus ada halaman 30% tidak boleh dibangun. Ini yang kita tidak punya. Disini ada hotel-hotel yang pagarnya sampai ke bibir pantai. Karena tidak punya tata ruang sehingga mereka bisa bangun seperti itu, dan sebenarnya tidak ada dasar hukum  untuk bangun seperti itu. Tapi karena kita belum punya perda, sehingga pemerintah masih belum mampu menertibkannya.” Sebutnya lagi.

“Makanya tadi saya bilang kita butuh perda tata ruang, perda tata kelola lingkungan, kepatutan, kewajaran, kelayakan, misalnya bagaiman si A mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari si B da si C?.” Ungkapnya.

“Tapi saya mau pastikan Anugerah Resort dibangun dalam ruang yang bebas dari persoalan ke depan. Jadi kalau kita mau lihat,  ini antara will yang baik atau kepentingan?. Jadi itu kelemahannya, karena belum ada Perda.” Ujarnya.

Tapi sekarang sudah ada peluang untuk diusulkan, karena dengan adanya program pemprov.NTT Pariwisata sebagai prime mover perekonomian masyarakat NTT, maka ada kesempatan untuk kita dorong pemerintah membuat Perda Tata Ruang RTRW dan melakukan revisi terhadap RPJMD yang sudah kita tetapkan perdanya dan akan jadi Road Map  untuk pembangunn kedepan. Pembangunan infrastruktur, pembangunan yang berbasis lingkungan itu.” Jelasnya.

Ia berharap  ada intervensi lebih dari pemerintah daerah untuk membuat Tata Ruang segera. Karena salah satu persyaratan Tata Ruang Rote Ndao sudah punya, yaitu KLHS sebagai rujukan untuk membuat RTRW. Hal inilah yang diharap agar ada pengelolaan tata ruang yang seimbang.

“Dengan semua itu, saya setuju pembangunan pariwisata berbasis msyarakat ini bisa berkembang dan terwujud. Kalau tidak ada Tata Ruang yang seimbang dan punya dasar hukum, maka akan terjadi monopoli, siapa saja yang punya akses dana dan akses pengaruh dia bisa menguasai.” Tandasnya.

Prospek usaha pariwisata pulau seribu pohon nyiur ke depannya  sangat menjanjikan. “Apalagi kita hidup lahir dan besar di sini. Dan indikatornya jika ada investor mau datang investasi disini, maka sudah pasti kita tahu ada magnetnya. Rote Ndao sudah jadi ikon pariwisata Asia, sehingga tamu resort sudah pasti dari luar kita punya tamu tetap setiap bulan. Sehingga kita sudah tahu pasti berapa income kita setiap bulan.” Ujarnya

Hanya sejak 2020 sejak ada pandemi melanda menang tamu agak menurun.

“Jika bukan karena pemberlakuan PPKM maka sebenarnya volume tamu menginap tetap ada. Karena saat ini dan sejak beberapa tahun sebelumnya, objek pariwisata kabupaten lain di NTT jadi destinasi, dan kota Kupang hanya menjadi tempat transit. Sedangkan daerahlah yang menjadi tujuan wisata dengan waktu tinggal lebih lama karena obyek wisatanya ada di daerah. Ini pengamatan dari pengalaman yang saya rasakan sebagai pelaku usaha pariwisata.” Ungkapnya.

Pertumbuhan industri pariwisata sangat menjanjikan sebutnya optimis, potensi ini harus dimanfaatkan.

Pengelolaan Anugrah Resort , ujar Erasmus dilaksanakan dengan menyertakan pelibatan  keluarga tentang managemen usaha, artinya yang punya lahan kami dorongan untuk juga bangun kamar-kamar penginapan satu dua kamar sehingga ketika ada kelebihan tamu, diarahkan ke penginapan warga dan ketika mereka sudah mampu mengelola dengan baik, mampu memberi pelayanan yang layak kepada tamu, akan  didorong bangun  usaha lebih besar. Sekarang syukur mereka sudah punya juga home stay.

“Pengalaman saya dulu juga seperti itu saat memulai usaha ini, sebelum seperti sekarang. Saya awali dsri home stay beberapa kamar saja. Hingga sekarang sudah ada 24 kamar yang ready dengan fasilitas kamar VIP dan  lengkap dengan ac, akhirnya berkembang seperti saat ini. Saya juga mix dengan keterampilan berselancar, saya kembangkan untuk membangun usaha dengan daya tarik utama surving, snoreking dan diving. Saya ikutkan staf saya berlatih jadi pelatih dan tim guide selam sehingga setiap tamu dapat mencoba dan merasakan pengalaman tersebut.” Tandasnya.

Diakuinya memang ada pergeseran lama tinggal atau term stay, yang awalnya seminggu dua minggu jadi sehari dua hari akibat PPKM. “Karena kita sadar sekarang destinasi kita sudah mengalami perubahan. Mungkin gerakan penyadaran bagi orang NTT untuk mencintai destinasi wisata sendiri harus dilakukan. Karena faktanya justeru orang NTT ingin berlibur ke Bali, padahal wisatawan luar NTT sekarang maunya berlibur ke NTT.” Ujarnya miris.

Tageline Anugerah Resort sebagai promosi adalah  Like Bali use to be atau datang ke Nembrala sama seperti Bali dulu.

Keunikan di Rote Ndao yang masih dipertahankan hingga kini dan jadi salah satu syarat wilayah dengan jiwa pariwisata adalah budaya yang saling menghargai milik orang lain walaupun tuannya tidak ada.

“Contohnya adalah  budaya tanam pohon kelapa yang bedampingan dengan kepala pemilik lain, walau tidak ada batas tanah, tapi masing-masing pemilik pohon tahu mana buah kelapanya dan mana buah kelapa orang lain. Ada budaya untuk tidak milik orang lain walau tanam di tanah milik negara sekitar tahun 1950-60an. Kepercayaan dan kejujuran sudah dibangun sejak nenek moyang.  Di Rote tidur dengan buka pintu juga aman.” Ujarnya berpromosi.

Di Anguerah Resort, ungkap Erasmus, untuk memberi layanan prima, managemen resort berkolaborasi dengan orang yang punya potensi, untuk menghadirkan  spa bagi tamu yang ingin menikmatinya. Tenaga therapisnya walau orang NTT, tapi  berpengalaman kerja di luar NTT, punya  3 therapist.

Dive resort merupakan resort satu-satunya dan yang pertama di Rote yang menyediakan tenaga pelatih selancar dan diving.

Bagi yang ingin berlibur di Nembrala sambil menikmati alam pantai, berselancar dan diving, tersedia resort dengan kamar dengan fasilitas Cottage dengan pendingin alami dan dengan pendingin AC.

“Awalnya saya targetkan bangun 40 kamar, tapi saat ini yang ready ada 24 kamar. Usaha ini sudah saya rintis sejak 1994 bersamaan dengan Nembrala Beach Resort.” Akunya.

Di Anugerah Resort, selain kamar yang nyaman, pelayanan mengedepankan Sapta Pesona dengan menonjolkan hospitality dan managemen kekeluargaan dengan memberikan roh bagi yang menginap bisa merasakan pelayanan keramahtamahan seperti di rumah sendiri.

Rate kamar juga masih terjangkau, dengan dua pilihan harga dan pelayanan yakni yang full boor dengan makan full 3 x sehari atau hanya breakfast saja. Tamu akan mengikuti menu yang disediakan,  kecuali untuk tamu yang pesan khusus.  Anugerah Surf & Dive Resort juga  menyiapkan juga kendaraan antar jemput tamu ke bendara dan pelabuhan bagi tamu yang membooking dari kamar sebagai bagian dari trip mereka.

Untuk paket touring pariwisatanya Anugerah Surf & Dive Resort  bekerja sama dengan pemilik rental lain di Nembrala.

“Sebelum Covid kita kerja sama Booking.com, http://surfdiverote.com, world n Paris Travel, Surfeline,.com, Omtwo sebagai tour operator yang kita jualan paket ke mereka.” Jelas Erasmus lagi

Rate kamar mulai dari Rp400-an sampai Rp600-an. Jika ingin melihat profil dan fasilitas Anugerah Surf & Dive Resort  maka bisa mengakses ke websitenya Anugerah Resort yaitu  http://surfdiverote.com.|| juli br