NTT Siap Produksi Garam Industri Nasional

Uncategorized

NTT, TOP News NTT■■Demikian pernyataan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi NTT, Marsianus Jawa tentang kesiapan NTT menjadi Provinsi Penyumbang   Kebutuhan Garam Industri Nasional. Hal ini dinyatakan Marsianus Jawa di ruang kerjanya pada Selasa, 16/06.

Kesiapan NTT jadi Provinsi Penyumbang Kebutuhan Garam  Industri Nasional, menurut Marsianus karena ditunjang  tiga  fakta yang dapat mewujudkan komitmen gubernur NTT untuk menjadikan NTT sebagai Provinsi Penyumbang Garam Industri Nasional.

Pertama karena potensi lahan garam di NTT yang 24  ribu hektar,  dan  yang sudah dikelola 10 ribu hektar,  yang  jika dikelola dengan baik pasti kebutuhan  nasional untuk garam industri bisa dipenuhi 15 persennya. Kebutuhan garam industri nasional  mencapai 4,2 juta ton. Sedangkan kuota garam impor 2.700 ton. Namun, produksi garam Indonesia hanya sebanyak 1.5 juta ton. Pertahun. Sedangkan kebutuhan garam aneka pangan adalah 600 ton.

Fakta kedua adalah karena kandungan NaCl garam NTT hasil produksi NTT seperti yang ada di Teluk Kupang saat ini sudah mencapai 96 persen lebih, sudah  memenuhi standar NaCL garam.industri nasional yang berada pada posisi 96 sampai 99, dan 100 persen. ” Artinya kandungan NaCL pada garam NTT jika diproses dengan baik, maka bisa mencapai 97 persen. Bahkan dari Malaka  NaCL bisa mencapai 99 persen, dan itu sudah bisa memenuhi stansar garam industri nasional.” Imbuh Marsianus optimis.

Fakta ketiga  bahwa NTT siap jadi provinsi penyumbang kebutuhan garam industri nasional adalah karena  potensi  musim  panas yang panjang, berlangsung selama  8-9 bulan sehingga  akan menghasilkan produksi garam sampai 100 ton per hektar. Sedangkan di Jawa musim panas pendek, sehingga   produksi garam di Jawa hanya sebesar   65 sampai 75 ton per hektar.

“Musim panas di NTT yang berlangsung 8 – 9 bulan diprediksi dapat  menghasilkan 100 ton garam  perhektar yang jika dikelola  dan diproses secara baik.dan benar oleh perusahaan, maka akan hasilkan garam industri yang berkualitas.” Jelas Marsianus lagi.

Dengan potensi yang ada, ia menyatakan, NTT  butuh dukungan pemerintah pusat terutama soal transportasi yang memadai, seperti Dermaga dan Pelabuhan GT yang memadai seperti di Malaka, Belu dan Flores agar bisa menunjang produksi garam industri nasional tersebut.

“Karena begini  hitungannya kita, bahwa garam Australia sampai ke Jakarta lebih murah harganya dari harga garam  NTT. Pada beberapa kesempatan kita sampaikan ke pemerintah pusat bahwa harus memperhatikan masalah transportasi, jika ingin NTT jadi provinsi penyumbang  garam industri nasional maka beri ruang kepada NTT dengan memberikan  transportasi seperti pelabuhan dan  dermaga GT yang bagus khusus untuk produksi garam sehingga lebih lancar. Gubernur NTT sangat ingin memenuhi kebutuhan garam industri nasioanal, sehingga transportasi harus diperhatikan.” Ungkapnya.

Marsianus memberi gambaran, jika lahan garam di NTT  seluas  10 rb  hektar dikelola dengan teknology yang baik, maka dalam tahun ke-2 dan ke-3  produksi bisa hasilkan 100 ribu ton garam industri pertahun, “Itu minimal, karena NACL garam di  Teluk Kupang sudah mencapai 96 persen lebih, sedangkan tuntutan NaCL untuk  bisa penuhi kebutuhan garam nasional adalah 96-99 atau 100 persen.  Bahkan jika produksi tahun kedua dan ketiga panen NaCL bisa sampai mencapai  97 persen. Belum lagi produksi garam  di Malaka yang optmis NaCL bisa mencapai  98 persen lebih. Maka kita akan bisa penuhi kebutuhan garam nasional.” Tandas Marsianus optimis.

Saat ini, ujar Marsianus lagi, produksi garam  NTT belum memenuhi standar kebutuhan garam industri  nasional,  dikarenakan kualitas dan kandungan NaCL masih sangat rendah akibat proses produksi yang masih konvensional. Akibatnya Indonesia  masih impor garam, sementara garam masyarakat NTT  bertumpuk-tumpuk,  tidak bisa dijual, karena kualitasnya hanya untuk komsumsi.  Sedangkan standar  garam industri NaCL harus mencapai 98 persen dan untuk mencapai 98 persen, prosesnya harus sesuai standar.

“Saya jelaskan disini ya bagaimana prosesnya untuk bisa  mencapai produksi garam dengan kadar  NaCL 98 persen garam industri ; yaitu dari laut harus masuk ke kolam 1, 2, 3, 4 dan saat ke kolam kelima itu sudah terjadi kristalisasi dan meja garam. Kemarin sempat ada yang pakai bio membran tapi saat ini pakai meja garam. Disini sudah tidak pakai tapi pakai meja garam. Setelah jadi kristal dan meja garam, kemudian dipanen , lalu proses pencucian,  dijemur, sebelum pengepakan,  dicampur yodium dulu agar  standar garam industri tercapai. Kalau dari penguapan langsung panen, maka hanya akan jadi garam untuk konsumsi saja.” Jelas Marsianus.

Agar produksi garam NTT bisa penuhi kuota garam industei nasional, Gubernur inginkan agar semua investor garam yang masuk ke NTT harus memiliki teknologi yang baik mengikuti entah  Australia, Spanyol atau India. Karena laut kita punya potensi yang bagua.

“Sampai hari ini ada beberapa perusahaan di Teluk Kupang yang masih berproses untuk mencapai standar garam industri. Sejak Juni 2020, sudah ada empat perusahaan yaitu PT.Timor Life Top Lestari lahan seluas 600 h, PT  Cakrawala Timor Sentosa seluas  300 h, PT Timor Garam Lestarsi 450 h. Dan industri pengelasan pipa di lahan HPL PT. Kletek Asia Base dan sudah terkontrak kerja sama dengan pemerintah provinsi NTT. Mereka sudah mulai berproduksi namun belum bisa di sebutkan jumlahnya. Namun ada juga perusahaan di Bipolo namun bukan di tanah HPL (Hak Pengelolaan) adalah tanah diambil alih oleh provinsi pusat sebagai tanah terlantar dan  diserahkan ke provinsi NTT ada 1.693 h untuk dikelola.” Jelas Marsianus lagi.

Perusahaan memiliki planing yang bagus untuk  hasilkan garam yang bagus. Contoh dia sudah siapkan  semua instalasi dan butuh 5 sampai 6 tahun baru hasilkan garam industri yang berkualitas namun masyarakat mau cepat.

Kami sering edukasi masyarakat bahwa 1 h biaya bangunnya 250 juta, break event point 5-6 tahun baru bisa hasilkan garam berkualitas standar nasioanal,  tapi masyarakat sering tidak sabar menunggu selama itu.

Gubernur akan minta Juli 2020 Presiden Jokowi atau Menteri Maritim bisa datang lagi ke NTT untuk panen garam di Teluk Kupang yang dikelola PT.Cakrawala Timor Sentosa. Dan planing mereka tahun 2021 keempat perusahaan akan produksi full.■■ juli br