Managemen kolaboratif Johnson Dethan dan Alberth Riwukore untuk majukan Universitas San Pedro

0

NTT, TOP News NTT ■■ Universitas San Pedro yang bernaung di bawah Yayasan Servas Mario Foundation sejak 17 Januari 2020 sudah beralih kelola ke managemen baru dengan ketua Pendeta  Yayasan adalah Johnson G.Dethan,S.Th,M.Div dan Pembina adalah Notaris Alberth Riwukore,S.H.

Kedua figur yang berbeda latar belakang ini (Johnson Dethan sebagai pendeta dan Alberth Riwukore sebagai Notaris) dipertemukan dengan rahasia Tuhan dalam sebuah wadah Univertsitas untuk mengelola pendidikan tinggi ini menuju sebuah konsep Reformasi Pendidikan yang memiliki prinsip freedom of study sebagai upaya membawa Universitas San Pedro lebih maju dan meningkatkan kualitas lulusannya bukan saja lulus dengan grade (peringkat) utama  namun mampu mengimplementasikan ilmunya dan mampu memberi nilai tambah bagi profesi yang digelutinya.

“Jadi bukan lewat terori dan nilai yang memberi peringkat tinggi lewat angka-angka saja, namun dikolaborasi dengan praktek dalam hidup. Lewat  konsep freedom of study ini,  yang  sejalan dengan konsep Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Makarim, kami ingin berkolaborasi untuk reformasi pendidikan di Universitas San Pedro.” Jelas Johnson.

Konsep freedom of study  yang dimaksud oleh pendeta Johnson adalah kebebasan bagi para tenaga pendidik dan peseta didik dalam menyelenggarakan pendidikan.

Konsep freedom of study  ini telah laksanakan  sejak 15 tahun yang lalu di sekolah-sekolah Reformasi yang dikelola olehnya. Konsep ini  msnurut Johnson  memberi kebebasan bagi setiap tenaga pendidikan (guru)  dan anak didik  untuk belajar dan berinovasi mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga Perguruan Tinggi.

“Kebebasan ini tertuang dalam  5 prinsip dasar yaitu prinsip knowing, understanding, doing, inovating serta Character Dan Attitude.” Jelas Johnson.

Dengan pengalamannya di dunia pendidikan  Reformasi  dan pembina Albert Riwukote yang seorang notaris, keduanya  ingin hasilkan  lulusan San Pedro benar-benar berkualitas dibidang profesinya dan memberi nilai tambah, memguasai dua bahasa dan kompeten dibidang yang digelutim

Kolaborasi lain yang ingin dibuat keduanya, jelas Johnson  yaitu ingin datangkan para investor yang dibayar untuk  melatih anak-anak didik di Universitas San Pedro agar tahu bagaimana memanfaatkan ilmunya untuk hidupnya.

“Karena problem dalam dunia pendidikan NTT adalah hanya hasilkan lulusan yang tidak tahu mau buat apa dengan ijasah dan ilmunya. Menurutnya jika ingin wujudkan lulusan yang berkualitas dan berguna maka para  lulusan harus  bisa menciptakan pekerjaan bukan hanya mencari pekerjaan. Oleh karena itu maka sejak dalam bangku kuliah harus ada pembinaan dan edukasi yang mengarahkan lulusan yang siap menciptakan pekerjaan.” Tandasnya kepada media ini pertelepon.

Program lain yang akan  dituangkan dalam kurikulum di Universitas San Pedro yaitu  akan diadakannya  kolaborasi antara ilmu akademik dengan kehidupan sehari-hari dilingkungan pendidikan.”Kami sudah programkan akan menghadirkan anak-anak daerah NTT yang sudah berhasil diluar NTT bahkan luar negeri untuk menjadi nara sumber ilmu sukses bagi mahasiswa agar mereka bisa hubungkan  tujuan ilmu akademik  dengan hidup,  bukan semata-mata  mencari nilai atau belajar teori dari buku. Kita ingin  buat terobosan baru dengan  komposisi 40 persen ilmu dan 60 persen praktek, serta inovasi diri dengan  penuh karakter rohani dan surgawi.  Semua ini kami lakukan  demi masa depan NTT. Kolaborasi dengan para pengusaha Dan para CEO yang  berhasil dengan demikian mereka bisa  merekrut para lulusan Universitas San Pedro  untuk dipekerjakan pada perusahan-perusahaan mereka yang ada di Indonesia.” Ungkapnya bersemangat.

“Kami sudah bicarakan rencana kerja kami dengan  CEO-CEO dan pembisnis sukses yang siap mengajar secara part time atau short time yaitu dengah memberi seminar serta kuliah umum di Universitas San Pedro.” Ungkap Pendeta Johnson yang sangat fasih berbahasa Inggris ini.

Sementara itu, pembina Yayasan Servas Mario Foundation, Notaris Albert Wilson Riwukore, SH yang dalam kesehariannya selaku Praktisi hukum (Notaris dan PPAT)  di kota Kupang, menyatakan merasa terpanggil untuk ikut serta membangun daerah ini dalam bidang pendidikan tinggi.

“Keterlibatan saya selaku Pembina yayasan yang  berkolabirasi dengan Pendeta Yonson Dethan sebagai ketua Yayasan San Pedro, semata-mata untuk membantu mahasiswa yang mempunyai potensi akademik yang mumpuni tapi tidak terserap lewat pendidikan tinggi karena keterbatasan ekonomi lewat universitas San Pedro. Keputusan membantu mahasiswa ekonomi lemah namun pintar untuk dapat berkuliah di Universitas San Pedro dengan memcarikan beasiswa merupakan  hasil diskusi terbatas antara pembina dan pengurus yayasan. Konsepnya adalah kami  akan mengedepankan dan memprioritaskan calon mahasiswa yang berkwalitas tapi tidak didukung faktor ekonomi yang memadai untuk diterima di San Pedro.” Jelas Alberth dalam pesan whattsappnya pada Jumat, 24 Januari 2020.

Selain itu, tulis Alberth melanjutkan, “univeraitas San Pedro rencananya akan di kembangkan ke arah yang lebih baik dengan menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang memadai dan layak, sesuai standar regulasi BAN yang berlaku.” Albert melanjutkan,

Dijelaskannya bahwa dengan adanya alih kelola Univeraitas  San Pedro,  akan memberikan tantangan  tersendiri–mengingat standar pengelolaan Perguruan Tinggi tdk semudah yang di bayangkan–“Tapi saya yakin dengan  kerja sama  dan keiklasan bekerja seluruh managemen USP (Universitas San Pedro), mudah-mudahan semuanya dapat diatasi.” Tulisnya diakhir wawancara.■■ juli br

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *