Silvya Pekujawang Sebut Buku Biografi Yohanes Sason Helan Sejalan Dengan Spirit Pembangunan Pemprov.NTT

  • Bagikan

KUPANG, TOPNewsNTT|| Buku Biografi 30 tahun perjalanan karir GM Kopdit Sewtisri Yohanes Sason Helan berjudul “Bangun Kesejahteraan NTT Untuk Indonesia” diluncurkan sekaligus dibedah pada Sabtu, 5/8 di Kupang.

Peluncuran buku Biografi yang ditulis oleh Kanisius Teobaldus Deki terdiri dari  300an halaman ini dihadiri Kadis Kopnakertrans NTT, Silvya Pekujawang mewakili pemprov.NTT.

Ksdiskop NTT dalam sambutannya mengungkapkan keterkejutannya karena ada tokoh koperasi tertarik dengan literasi, ia mengapresiasinya sebagai sebuah karya luar biasa seorang GM Kopdit Swastisari.

“Buku Biografi Bapak Yohanes Sason Helan ini berbicara dan menunjukkan dedikasi, karya dan pengabdian dalam upaya-upaya yang telah dilakukan untuk ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT melalui sektor Koperasi yang digelutinya selama 30 tahun seiring dengan usia Kopdit Swasti Sari yang pada tahun ini berusia 35 tahun.” Ujar Silvya mengawali sambutannya.

Lebih jauh Silvya menyatakan bahwa Buku dengan judul “Bangun Kesejahteraan Masyarakat NTT Untuk Indonesia” sejalan dengan spirit pembangunan yang digaungkan pemerintah Provinsi NTT ini yakni “NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera”.

“Maka semangat pak John dan kita semua hadir saat ini dan tentu  tentu sepakat untuk  bersama-sama meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan diri sendiri lewat berbagai sektor” ajak Silvya.

Ia menyebut, selama 30 tahun berkiprah dalam koperasi Swasti Sari tentu banyak orang sudah merasakan kebaikan dari Bapak John Helan dan ada peningkatan kesejahteraan yang dituliskan dalam buku karya Bapak Kanisius Teobaldus Deki dan akan menjadi Buku Inspirasi bagi semua orang.

“Atas nama Pemerintah Provinsi NTT dan pribadi, Saya bangga dan mendukung kiprah pa John selanjutnya. Sukses selalu dan terberkati dalam segala usahanya !” kuncinya.

Sementara Ketua Puskopdit Bekatigade Timor, Sabon Dominikus Wara menyatakan, kehadiran buku Biografi GM Kopdit Swasti Sari sebagai  wujud pikiran, dedikasi dan pengabdian bagi Kopdit Swasti Sari selama 35 tahun dan 30 tahun Pa John Helan jadi top leader Koperasi Swasti Sari.

“Apa yang diucapkan akan terbawa hilang oleh angin tetapi apa yang ditulis akan menjadi bukti autentik akan apa yang dikatakan dan dikerjakan. Buku ini akan senantiasa dibaca dan menjadi dokumen abadi karena buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kunci jendela dunia. Launching dan bedah buku Biografi GM Kopdit Swasti Sari merupakan sejarah baru dan akan diingat selalu.” Sebutnya bangga.

Sedangkan Wakil Ketua Pengurus Kopdit Swasti, Maria Regina Knaofmone mengatakan, 35 tahun terakhir ini Kopdit Swasti Sari maju pesat berkat tangan dingin GM Kopdit Swasti Sari Bapak Yohanes Sason Helan sehingga anggota sudah mencapai 165 ribu lebih dengan aset 1,5 Triliun tersebar pada 28 cabang.

“Kami sangat mengapresiasi dedikasinya dan pantas beliau mengungkapkannya dalam buku yang diluncurkan pada hari ini. Mari kita mendukung beliau dalam pengabdian selanjutnya” sebut Regina Knaofmone bangga.

GM Kopdit Swasti Sari, Yohanes Sason Helan dalam sesi bedah buku itu menyatakan, mencapai sukses membutuhkan kerja keras, kerja tulus dan tuntas yang semuanya terbuang dalam bukunya.

“Saya selalu berprinsip mengerjakan apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang dikerjakan. Dan menjadi pemimpin harus selalu membuat perubahan. Kalau tidak bisa membuat perubahan lebih baik jadi bawahan saja. Kerja, kerja dan tidak takut pada perubahan itulah yang menyemangati.” tandas John Helan.

Yohanes Saso Helan menjelaskan motivasi menulis buku biografi ini berasal dari  kinerjanya selama 30 tahun berkarya di Kopdit Swasti Sari dan menjadi GM Kopdit Swastisari,  dan harapannya ke depan bagi Kopdit Swastisari yang ditipkan lewat buku ini.

“Bapak Romy sebagai guru saya yang selalu mengajarkan kepada saya dan perjalanan hidupnya yang menjadi inspirasi saya. Pak Frits Fanggidae sebagai dosen dan ahli ekonomi yang sudah membantu saya dalam menulis catatan prubadi dan perjalanan saya sebagai seorang penggerak koperasi.” Ulasnya.

“Menjadi pemimpin saat anda menandatangani kontrak, jangan menyerah. 30 tahun yang ditulis dalam buku ini hanya 10 persen saja dari perjalanan karir saya,  karena jika mau ditulis maka ada sekian puluh ribu halaman, tidak akan seleseai. Ini hanya sebagian, maka hanya menghasilkan sekitar 386 halaman buku. 32 Mei saya bekerja 30 tahun lalu, pagi tandatangan kontrak, malamnya bapak saya meninggal dan bukan hal yang mudah bagi saya menjalaninya. Dan pekerjaan saya merupakan hadiah dari almarhum bapak saya.” Ujarnya mengenang.

“Saya hanya menyatakan kepada para karyawan agar kerja dengan takut Tuhan, dan takut kepada leluhur. Dulu kita jalan biasa-biasa saja. Sekarang gedung sudah bagus,  ac dengan pakaian yang bagus. Kita jangan lupa kepada jas merah. Saya berterima kasih kepada isteri saya yang setia dan mendukung. 3 minggu saya pergi tidur ke kampung-kampung. Anda mau berubah cintailah pekerjaan.” Ujar Yohanes.

30 Tahun, sebut Yohanes memberinya sebuah kebebasan berkarya dengan prinsip lepas dan jangan lupa pegang ekornya untuk bekerja dan untuk dipertanggungjawabkan. Dalam sebuah rumah tangga harus selalu ada sebuah sumber panas yang mampu mencairkan sebuah besi. Jika tidak maka tidak akan jalan. Selama 30 tahun ikut membangun Kopdit Swastisari saya sering berkelahi dengan para pengurus dan pengawas,  agar Kopdit Swastisri harus selalu maju ke depan dengan kerja keras yang jujur bersih dan pegang kepercayaan.

Acara bedah buku yang dipandu Ivan Rahas dengan panitia peluncuran Frans Krowin dan dihadiri berbagai undangan itu menghadirkan pembicara Tokoh Koperasi Indonesia yang juga Wakil Bupati Sikka, Romanus Woga; Ekonom NTT, Fritz Fanggidae dan Penulis, Kanisius Teobaldus Deki. Dan dalam masa promosi, buku itu dijual Rp. 120.000/buku.|| jbr

  • Bagikan