Allosius Rachmat Geong : “Target Bank NTT 30 ribu lebih Merchan di Seluruh NTT”
NTT, TOPNewsNTT|| Allosius Rachmat Geong Kadiv Dana BPD Bank NTT menjelaskan dalam talkshow sebagai rangkaian acara Launching TP2DD BI Kpa NTT untuk 1 kota dan 5 kabupaten di NTT, terkait implementasi digitalisasi transaksi daerah dari Bank NTT, bahwa BPD sebagai kas daerah, sudah efektif merepakan dalam transaski perbankkannsejak 2018.
“Jadi kita sesuikan dengan pemda NTT yang sudah masuk dalam tahap digitalisasi, setelah sebelumnya elektronifikasi transasksi. seperti yang diamanatkan juga oleh Kemendagri, kemudian melalui Dirjen Bina Keuangan Daerah, yang melakukan pengukuran indikator pencapaian elektronifikasi dari setiap transaksi keuangan daerah.”jelas Alo.
Alo menyebutkan, untuk implementasi digitalisasi transaksi keuangan daerah ada 10 indikator yang ditetapkan dan harus dipenuhi, yaitu mulai dari penggunaan SIPD, SP2D Online yang terintegrasi dengan SIPD, kemudian penggunaan Cash Managemen Sistem, penggunaan perol gaji untuk seluruh ASN, kemudian mereka juga minta penerimaan payment dana-dana ke kantor kas daerah, kemudian penerimaan payment online, penerimaan online atas pemerintah daerah, seperti BPHTB ada pengembangan dengan QRIS juga. Jadi itu yang sekarang menjadi program BI juga.
“Jadi kita buka semua kanal-kanal, memang tujuannya untuk mengakomodir penerimaan-penerimaan daerah nantinya dengan QRIS.” Jelasnya.
Dari 10 indikator itu, lanjut Alo,
“Memang sejak 3 tahun lalu semuanya sudah diimplementasikan oleh Bank NTT. Sudah keluar, sudah persiapan dan hari ini memang kita sudah mulai penerpanan Qore Banking hampir diseluruh transaksi dan semua sudah real disemua program-program kita sudah siapkan dan sudah diimplementasikan dari dua tahun lalu. Dan pada 2021 ini hanya optimalisasi saja untuk realisasi pencapaiannya. ” ungkapnya.
“Kanal sudah kita siapkan, tinggal bagaiman kita optimalkan saja pemanfaatannya dalam setiap transaksi. Misalnya seperti SP2 Online itu sudah beberapa Pemda gunakan, kemudian CMS semua Pemda sudah gunakan.” Sebutnya.
“Tapi ya, kendalanya adalah, memang namanya ini proses yang baru, mereka kebetulan ada implementasi SIPD yang baru. Jadi itu memang ada proses adaptasi di situ. Jadi kita selama ini kami sudah koordinasi dengan Pemda yang masing-masing kita dampingi untuk penggunaan aplikasi-apilkasi. Lalu perol untuk gaji ASN, CMS, Teller Payment ke Samsat sudah 100%. Tinggal sekarang bagaimana kita gali seluruh potensi penerimaan tinggal kita duplikasi sistem dan dipasang saja.” Jelasnya.
Dengan acara launching hari ini, menurutnya agar semua mulai kalangan mulai memakai disemua link.
“Memang karena kondisi geografis NTT yah masih saja beberapa daerah terkendala dengan blank spot. Tapi kita harapkan kolaborasi antara semua pihak dengan pemerintah agar dimana ada titik blank spot di berikan sarpras pendukung.” Imbuhnya.
Selama ini, sebutnha, “Pemerintah Daerah NTT sudah jalankan digitalisasi dengan program internet kecamatan yang jika diefektifkan dititik-titik yang yang blank spot itu maka mereka juga sudah bisa nikmati layanan tersebut. Aplikasi sudah ada, tinggal sekarang aksesnya untuk menggunakan layanan ini.”
Di semester I 2021 ini, sebut Alo, Nagakeo merupakan wilayah tertinggi realisasi transaksi digital yaitu sebesar Rp120 M. Kabupaten kota lain juga sudah jalan transaksi digitalnya. Dan diharapkan pemda lain yang belum bentuk TP2DD, harus segera membentuknya.
“Standar normatif realisasi digitalisasi keuangan daerah misalnya aktifitas belanja seperti CMS yang merupakan belanja pemerintah, setiap bulan 1 T. Kita harapkan dalam 1 tahun alur transaksi harus mencapai Rp13 T tapi saat ini baru Rp1.2 T. Karena masih ada adaptasi.” Ungkap Alo serius.
Tantanganya yang dihadapi dalam pencapaian inplementasi digitalisasi transaksi di daerah, disebutkan pertama adalah karena SIPD baru diterapkan di setiap pemda tahun ini. Jadi setiap pemda harus lakukan pengisian SIPDnya, lalu kemudahan CMS dalam transaksi. Ini hanya masalah prime user dari yang menggunakan aplikasi ini.
“Kedua masalah adaptasi, pengenalan menu memang perlu tahapan. Karena ini agak beda karena lebih kompleks, jika hanya untuk aktifitas tunggal saja mudah dikuasai. Memang kondisi Covid disatu sisi bawa dampak negatif, namun disisi lain kita harus adaptasi dengan tuntutan gaya hidup new normal yang mengedepankan kurangi kontak fisik, jaga jarak dan meminimalisir penggunaaj materi yang menjadi media penularan virus seperti logam dan kertas pada uang tunai ke transaksi non tunai atau digital transaksi.” Sebutnya.
“Pasti setelah ini kita yakin 2021 ini semuanya mau tidak mau suka tidak suka akan gunakan. Dan memang respon pemerintah daerah baik. ” ujarnya optimis.
Saat ini, ungkap Alo.menjamin, bahwa seluruh sistem dan perangkat ITE sudah disiapkan oleh Bank NTT menuju digitalisasi transaksi keuangan daerah. Daerah yang belum ada TP2DD dan belum laksanakan tinggal diduplikasi sistemnya oleh Bank NTT dan dipasang saja.
“Kota Kupang sudah jalan lama. Bahkan Perol pembayaran gaji sebelum gerakan digitalisasi transaksi keuangan daerah belum dimulai, kota Kupang sudah jalankan sejak 2012. Bahkan kota Kupang sudah masuk ke dalam Perol Generasi kedua. Dan sarpras dan sdm sangat mendukung sebagai ibukota provinsi. Jadi sarpras harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas sdm.” Jelasnya.
“Merchan QRIS bank NTT hingga saat ini ada 3 ribu di 22 kabupaten kota. Tapi kami sadar masih kurang, karena target kita adalah 30 ribu lebih merchan dari seluruh perbankkan dan kita akan penuhi semuanya. Jika kita sudaj siapkan sarpras maka jaringan internet harus bagus. Nah faktor yang haru dipenuhi pihak pemetintah daerah dengan kolaborasi lintas sektor. Kalau tidak akan jadi seperti kita punya mobil tapi tidak ada jalan, maka sama saja tidak berfungsi.” Ujarnya lagi.
“Jadi seluruh sarpras sudah siap, tinggal kita sosialisasikan dan edukasi agar seluruh pelaku UKM masuk semua. Kemarin pak dirut sudah turun ke Manggarai dengan tim dan nanti seluruh Pelaku UMKM kita pasang QRIS semua. Seluruh transaksi disana sudah gunakan sarana seperti itu. Arahnya seluruh pelaku UMKM kita pasang QRIS sehingga seluruh transaksi menggunakan non tunai menggunakan QRIS.” Jelasnya bangga.
Ke depannya, sebut Alo, “untuk kejar target digitalisasi transaksi, Bank NTT akan masuk ke semua link transaksi keuangan masyarakat, termasuk seperti gereja juga akan gunakan aplikasi QRIS non tunai untuk persembahan kolektem” jelas Alo.
“Harapannya adalah jika BI sebagai Bank Sentral sudah gencar lakukan sosialisasi dan edukasi, maka kami harapkan juga aksi nyata pemda untuk sudah gunakan, maka seluruh elemen akan gunakan juga. Intinya seluruh sarpras pendukung sudah siap.” Tandasnya. || juli br