Agus Widjajati Paparkan Kinerja BI NTT Tahun 2023 dan Proyeksi Ekonomi Dan Program Kerja Tahun 2024

Birokrasi Ekonomi dan perbankkan Regional

NTT, TOPNewsNTT.Com|| Agus Sistyo Widjajati, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT yang baru dilantik memaparkan kondisi perekonomian dan inflasi serta program kerja 2023 dan proyeksi pertumbuhan eoonomi, proyeksi inflasi dan rencana program kerja tahun 2024 kepada awak media (Jumat, 12/01/2024).

Agus Widjajati menjelaskan bahwa ekonomi NTT tumbuh melambat diakhir 2023 dibandingkan triwulan yang sama 2022 lalu.

“Intinya tahun 2023 di bulan Januari pertumbuhan ekonomi NTT perlambatan dibandingkan tahun 2022, yang tercatat 4.17% dan tahun 2023 2,08%. Artinya ada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Demikian juga di month to month alami perlambatan dibandingkan angka nasional tumbuh 4,94% kita di 2,08% jadi gapnya cukup jauh dibandingkan nasional. Secara year to year maka penopang pertumbuhan ekonomi masih didominasi sektor pertanian untuk lapangan usaha dan untuk konsumsi masih disokong oelh swasta. Itulah pertumbuhan ekomomi di triwulan ketiga 2023.” Jelas Agus.

Perkembangan ekonomi secara struktur pengeluaran dari sehi investasi atau pemerintah masih cukup tinggi, lapangan usaha masih sektor pertanian dan perdagangan itu yang membuat pertumbuhan cukup bagus di tahun 2023 turun menjadi 2,08%.

Pertumbuhan itu dari konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta investasi serta dari lapangan usaha pertanian, konstruksi dan rumah tangga.

Proyeksi di tahun 2024 atau akhir 2024? Tadi di triwulan 3 sampai September 2023 pertumbuhannya melambat, maka di tahun 2024 diperkirakan akan ada kenaikan tapi masih melambat dibandingkan tahun 2022 tapi  pertumbuhan di tahun 2023 diperkirakan akan berada di ranch 2,58-3,38% walaupun pertumbuhan ekonomi tahun 2022 masih melambat pada triwulan sebelumnya masih berada di 4,17% walau diakhir tahun tidak bisa diharapkan seperti triwulan sebelumnya, tapi harapannya masih bisa menyamailah dengan apa yang tercapai di tahun 2022 yaitu sekitar 2,58-3,38%.

Demikian juga di tahun 2024 masih kisarannya masih di 2,74-3,54% perkiraan pertumbuhan ekonomi NTT diakhir tahun 2023 dan juga di sekitar tahun 2024 diperkirakan akan mencapai 2,7-3,5%.

Memang secara nasional pertumbuhan ekonomi NTT masih rendah oleh karena harus ada upaya-upaya yang harus kita lakukan untuk dengan tujuan untuk menjaga pertumbuhan itu masih bisa kita tahan, dan juga kalau bisa akan kita tingkatkan.

Hanya ada beberapa upaya yang akan kita lakukan harapannya itu di tahun 2022  menunjukkan optimisme, hanya di tahun 2023  dan 2024 hanya ada beberapa kendala yang mempengaruhi antara lain masalah cuaca, ada el nino merubah musim tanam maupun panen. Seharusnya sekarang sudah mulai musim tanam, tapi ternyata curah hujannya belum stabil sehingga ada pergeseran baik musim tanam maupun musim panen nanti.

Kedua, adanya potensi kenaikan harga BBM yang mungkin akan kondisi yang belum stabil dan ketiga kemungkinan akan ada kenaikan harga komoditi pangan akibat kurangnya pasokan karena El Nino yang merubah musim tanam dan panen yang mengurangi pasokan.

Mengapa? Karena ternyata NTT ini untuk kebutuhan produksi dalam negeri masih mengandalkan komoditas luar NTT sehingga sangat rentan dengan pasokan dari luar NTT.

Terkiat Inflasi yang ada di NTT masih memberikan ruang untuk pertumbuhan ekonomi dan masih mampu menjaga stabilitas harga, yaitu bisa turun di kwartal 2022 sebesar 6,65% jadi kenaikan cukup tinggi di 2022 tetapi di 2023 akan mampi menjaga stabilitas harga dengan tingkat inflasi sebesar 2,42%. Sumbangan terbesar dari Kota Kupang, Maumere dan Waingapu (tiga kota yang  digunakan untuk menilai tingkat inflasi di seluruh NTT).

Penyumbang inflasi di NTT pada tahun 2023 yaitu Angkutan Udara (sebanyak 7 kali setahun), beras dan tomat. Angkutan udara karena kita tahu belum banyak maskapai yang masuk ke NTT, produksi beras dan belum mencukupi kebutuhan di NTT.

Sementara penahan laju inflasi di NTT adalah ikan kembung, ikan tongkol, daging ayam ras dan kangkung adalah 4 komoditas yang memberikan sumbangan penahan laju inflasi di NTT tahun 2023.

Proyeksi inflasi 2024, maka jika kita perkirakan di tahun 2023 akan mencapai angka 2,42%, lebih rendah dari tahun 2022, dan di tahun 2024 kita proyeksikan akan mencapai angka 2,5±1%.

Akan terjadi tekanan harga beras akan melandai, meskipun tinggi di awal 2024 seriring pergeseran musim tanam dan panen diawal tahun 2024.

Sedangkan normalisasi sektor tangkapan laut semoga BMKG benar bahwa El Nino akan segera berakhir sehingga para nelayan dapat melaut dengan tenang sehingga menjaga pasokan ikan di NTT.

Sedangkan dari sektor adminiatrasi trust,  kebijakan pemerintah diharapkan adanya normalisasi tarif angkutan udara. Semoga tahun ini semakin banyak maskapai yang disediakan menuju Kupang sehingga mampu menekan harga tarif angkutan udara serta stabilitas harga aftur khususnya di pesawat dan meningkatkan kunjungan pariwisata seiring dengan pengembangan destinasi pariwisata melalui super prioritas Labuan Bajo.

Itulah beberapa hal yang mendasari inflasi kita di tahun 2023 dan perkiraan inflasi di tahun 2024. Asumsinya kondisi cuaca sepanjang tahun 2024 sudah kembali normal seiring dengan el nino, kinerja perekonomian dan ekonomi masyarakat menguat, kemudian adanya trend penurunan harga komoditas global.

Secara pertumbuhan ekonomi mungkin belum mencapai apa yang diharapkan ditahun 2023 namun inflasi masih bisa kita tahan sehingga diharapkan adanya keseimbangan.

Dari sisi isue terkait inflasi yang pertama adalah padi, cabe dan bawang adalah komoditas yang akan kita jaga pasokannya di tahun 2024 supaya target inflasi di 2024 bisa dicapai.

Rekomendasi BI NTT ke pemerintah yakni berusaha menjaga produktivitas beras terjaga melalui pembebasan lahan, kita akan membuat ekosistem yang saling mendukung antara pembibitan, pupuk, produksi hingga pemasaran agar harga tidak dipermainkan. Di sektor hulu akan dorong peran UMT untuk menyerap produksi yang dihasilkan masyarakat, serta mencoba pengembangan sistem kemitraan kelompok petani dengan offtaker untuk menjaga ketenangan petani dan nelayan, kita  akan berkoordinasi mencari pasar sehingga harga tidak dipermainkan oleh distributor besar.

Tentang transaksi tunai, Agus menyebut melambatnya pertumbuhan ekonomi di 2023 terkonfirmasi dengan jumlah uang tunai yang diedarkan oleh BI.

Jadi uang yang dikeluarkan BI sepanjang 2023 berjumlah Rp6,4 Triliun lebih rendah dari tahun 2022 yang mencapai Rp7,6 Triliun dan ini menjadi konfirmasi mengapa pertumbuhan ekonomi tidak lebih baik dibandingkan tahun 2023.

Uang tunai yang masuk ke BI Rp6,3 triliun dibandingkan tahun 2022 mencapai Rp6,9 Triliun. Secara nett uang yang masuk ke BI Rp199M, dibandingkan sebelumnya Rp680M.

Sebaliknya di transaksi digital alami peningkatan yaitu pertumbuhan penggunaan QRIS tahun 2023 sebesar 2,97 juta naik 375%, kemudian target di 2024 5,6 juta, secara nominal mencapai Rp505 M naik 237%, pengguna baru QRIS naik 278 ribu dan pedagang yang sudah gunakan QRIS naik menjadi 55,54% atau sebanyak 221 ribu berdasarkan data November 2023.

Agus berharap masyarakat akan semakin nyaman melalui penggunaan secara non tunai akan diperluas dan akan coba digitalisasi mensupport pertumbuhan di lapangan usaha pertanian dan perdagangan.

Penguatan-penguatan yang akan dilakukan BI NTT antara lain hilirisasi komoditas jadi unggulan dan diharapkan kita mampu mendukung program pemerintah di hilirisasi sda laut dan darat dan diharapkan dengan hilirisasi kita akan mampu mensejahterakan petani nelayan khususnya serta masyarakat NTT pada umumnya.

Komoditas yang jadi fokus hilirisasi pada 2024 adalah beras, bawang merah, cabe, perikanan dan rumput laut. Yang akan kita lakukan adalah penguatan baik dari sisi produksi, penampilan dan kelembagaan supaya petani dan nelayan semakin dilindungi dan akan perkuat kerjasama agar mendorong produksi meningkat dari tradisional menjafi digital harapannya akan semakin memberikan harapan yang lebih baik bagi nelayan dan petani.

Rekomemdasi BI NTT kepada pemerintah yaitu  akan membentuk perusahaan umum daerah untuk menjadi penyerap produksi yang dihasilkan masyarakat, dorong digitalisasi dan  dorong kerjasama antara daerah di dalam dan luar NTT,  produksi dan hilirisasi produk atau petani untuk menjual non material, tapi petani bisa optimalkan upaya untuk memberikan nilai tambah atas produknya.|| jbr