1 Pasien Positif Covid 19 Klaster Kapal Ikan Bahtera Makmur Meninggal, Sarai Pecah Telor ke Zona Merah

0

Seba-Sabu Raijua, Top News NTT|| Kabupaten Sabu Raijua yang selama 4 bulan (Agustus- November) berhasil ada pada level Zona Hijau penyebaran Virus Corona, akhirnya “pecah telur” dengan munculnya pasien terkonfirmasi positif Covid 19 meninggal pada Jumat, 4/12 malam.
“Benar ada 1 pasien terkonfirmasi Covid 19 di RSUD Menia, Sabu Raijua meninggal hari Jumat, (4/12) malam. Pria ini berdarah Jawa ini merupakan klaster kapal penangkap iklan Bahtera Makmur berinisial S  berusia (22 tahun). Ia merupakan abk kapal Bahtera Makmur sebuah kapal penangkap  ikan  yang pelabuhan awalnya di Bali. Kapal ini memiliki  awak berasal dari Jawa  berjumlah 34 orang.” Jelas Fredy S.Kapitan Pjs.Bupati Sabu Raijua dan juga ketua gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Sabu Raijua ketika dikonfirmasi lewat telepon seluler pada (Sabtu, 5/12) malam.

Staf Ahli Gubernur yang juga mantan Kadis Kehutanan Provinsi NTT ini menjelaskan dari Seba, kronologi kejadian pasien positif Covid-19 ini sampai meninggal di RSUD Menia.
“Jadi kapal ini ketika tengah lakukan penangkapan ikan di laut Sawu, korban sudah  sakit dan mereka putuskan melakukan perawatan ke pulau terdekat dan saat itu Sabu Timur adalah pilihan mereka. Korban dirawat di puskesmas Bolou, Sabu Timur pada 29 November 2020,  dan dirawat selama 3  hari, namun  karena sakitnya makin tambah parah, sehingga pihak dokter di Puskesmas sarankan untuk  dirujuk ke TSUD  Menia, Sabu Timur.  Hanya 1 hari saja dirawat, malam dia meninggal.” Jelas Fredy yang Senin akan kembali  ke jabatan Staf Ahli Gubernur setelah serah terima jabatan pagi tadi ke Bupati definitif Nikodemus Rihi Heke.

“Kesimpulan  korban meninggal karena positif Covid 19  karena waktu ia masuk ke RSUD Menia sudah  diterapkan protokol kesehatan dengan melalui tes PCR dan Swab dan dikirm langsung ke lab RSUD Yohanes yang hasilnya sudah diketahui sebelum ia meninggal sebagai Positif Covid 19 karena reaktif. Jadi kesimpulannya  yang bersangkutan adalah  kluster luar bukan transmisi lokal.” Tegas Fredy menekankan.

Namun lantaran di Sabu Raijua saat ini sudah ada satu ASN di Sabu Raijua yang poistif dan ia merupakan pegawai RSUD Menia,  maka pemerintah dan gugus tugas tetap waspada menghadapi situasi ini dan tetap awasi dan perketat penerapan protokol kesehatan di Sabu Raijua.
“Walau MP, ibu berusia 33 tahun ini merupakan kluster kota Kupang yang sakit begitu selesaikan  masa  cuti selama  3 bulan di Kupang  karena melahirkan sehingga dipastikan ia kluster kota Kupang, namun kami sebagai pemerintah dan gugus tugas tidak mau masyarakat lengah karena ia transmisi kota Kupang  bukan transmisi lokal. Gugus tugas berkoordinasi dengan rumah sakit sudah anjurkan  ibu tersebut untuk jalani perawatan dan saat ini sudah diisolasi. Dan sementara menunggu hasil lab. Kami berharap ia non-reaktif atau negatif. Karena ia baru melahirkan.” Jelasnya lebih lanjut.

Bahkan untuk pasien positif covid 19 yang meninggal  tersebut, pihak RSUD dan Gugus Tugas sedang lakukan tracing kontaknya, untuk  diambil sampel dan dikirim ke Kupang untuk dilakukan serangkaian tes sesuai protokol kesehatan. Begitu juga tenaga media di puskesmas Bolou dan RSUD  Menia sudah diambil sampel  dan ditracing.
“Untuk ASN (MP) yang baru melahirkan  sedang dilakukan tracing kepada 100 orang yang diperkirakan sempat kontak fisik dengannya. Hasil lab kemungkinan hari ini atau besok akan keluar dan kita berharap dia negatif, karena ia memiliki bayi. Kasian. Kita juga berharap yabg bersangkutan,  kalaupun poaitif benar-benar kluster kota Kupang bukan transmisi lokal. Karena dengan begitu masyarakat Sarai dapat segera  waspada. Karena pada saat zona hijau masyarakat  lengah tapi sekarang mereka jadi waspada dan mulai taat protokol kesehatan.” Jelasnya sambil berharap.

Terkait penanganan dampak kesehatan dan ekonomi di Sabu Raijua, Fredy yang juga  sebagai Ketua Satgas  Gugus Tugas Sabu Raijua jelaskan :
“Bahwa penanganan dampak secara ekonomi yakni hasil recofusing anggaran yang cukup banyak  alokasikan untuk penanganan dampak covid melalui program bantuan BLT, BST, PKH,  bansos tunai sudah terbagi di seluruh wilayah kecamatan  dan desa dalam  sudah dua tahap. Tahapan pertama  pada  April sampai dengan Juni, dan  tahap sudah selesai, sisa tahap kedua yaitu Juli sampai November akan segera dilaksanakan minggu depan.” Pungkasnya.

Penyaluran dana BLT sudah  berjalan bagus, tambahnya,
“Bahkan kemarin  ada bantuan dari TP PKK provinsi NTT yaitu berupa  bantuan konsumsi makan ayam dan  ikan yang juga terbagi bagus di lapangan  yang ditujukan bagi ibu hamil dan menyusui,  anak stunting dan gizi buruk. Semua terbagi dengan bagus.” Jelasnya bangga.

Sabu Raijua dengan  6 kecamatan , 58 desa dan 5 kelurahan PADnya  kecil sehingga  Dana covid menyebar di PMD, di Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta di Dinas Sosial.
“Recofusing kemarin di anggaran murni sudah di recofusing bahkan sampai 70 persen, ya sekitar Rp.600 juta saja,  Rp.260 juta  untuk  gaji, dan sisanya habis di PU dan Dinas Pendidikan.” Jelasnya.

Fredy sangat konsisten menjalankan tugasnya sebagai pjs.bupati Sarai sehingga turun langsung sampaikan bantuan ke orang-orang tua dan disabilitas serta orang sakit.

Pjs.Bupati Sarai Fredy Kapitan saat serahkan langsung bansos dampak covid kepada nenek berusia 108 tahun

Menghadapi situasi dari zona hijau ke zona merah, Fredy Kapitan yang sudah menyatu dengan warga Sabu walau baru saja bertugas 3 bulan ini ia mengingatkan masyarakat Sabu Raijua dan semua pihak agar tetap waspada.  “Dengan kondisi adanya pasien terkonfirmasi positif walaupun kluster transmisi luar tapi saya harap masyarakat harus tetap waspada dan taati protokol kesehatan.” Tandasnya mengingatkan.

“Apalagi menghadapi perhelatan politik, pilkada serentak ini, kita  bisa jaga agar jangan timbulkan kluster pilkada. Harapan saya kita bisa jaga agar tetap zona hijau, maka manfaatkan curah hujan untuk  persiapkan lahan untuk  bertanam. Kondisi  alam dan Sabu Raijua yang sudah kering jadi manfaatkan air hujan sehingga tidak hanya konsen khawatir dengan covid lebih baik manfaatkan air hujan   bercocok tanam dari pada sibukkan kuatir dengan covid. Menjaga diri, keluarga  dan orang lain dari terpapar dengan taat prototokol kesehatan.” Ujarnya menyarankan.

Pjs.Bupati Sarai Ir.Fredy Kapitan langsung kunjungi dan mengantar langsung bansos bagi pasien di rumah sakit

“Peran satgas  kita lihat sangat lumayan. Kita selalu  bersama para aparatur polisi dan TNI yang juga adalah  anggota satgas selalu lakukan  operasi di wilayah kecamatan,   terutama di dua pintu masuk yaitu bandara dan pelabuhan. Kita mengacu pada instruksi presiden dan Kemenkes, dan juga  kan ada peraturan bupati tentang pelaksanaan prokes. Dan kami berikan sanksi berupa denda atau kerja bakti. Tapi kemarin saya rubah bagi anak muda saya suruh push-up. Jadi  mereka push-up  dulu  setelah itu kami  berikann masker dan vitamin. Tapi ada juga yang punya masker hanya untuk dapatkan  masker baru pura-pura  tidak ada masker, tapi saya suruh push-up baru kami berikan masker.” Ujarnya tertawa.

Selain itu Satgas juga terus lakukan sosialisasi lewat mimbar gereja dan sekolah dan juga  di kapela lewat komitmen bersama untuk laksanakan sosialisasi lewat mimbar gereja,  kapela dan  sekolah.
“Sejak Maret 2020 di Sabu Raijua sekolah tatap muka tapi karena muncul kluster baru dan sampai meninggal saya perintahkan guru kerja dari rumah dan siswa diliburkan sementara, karena mereka juga sudah habus ujian. Malam ini saya tanda tangani surat keputusan.” Ungkapnya.

Bagi ASN Fredy berharap  harus tunjukkan keteladanan dan contoh dalam penerapan prokes.
“Sudah ada edaran yang saya keluarkan bahwa ASN  wajib laksanakan protokol kesehatan.  Kalau tidak akan dikenakan sanksi. Di setiap pintu masuk kantor kami siapkan petugas  dengan thermogun. Di gereja, pertokoan, kantor ruang publik lainnya disipakan tempat  cuici tangan dan sabun. Tapi soalnya, malah tidak ada yang cuci tangan, saya pernah melihat air di tandon tetap penuh artinya tidak ada yang cuci tangan. Maka kepala kita tegur.” Tandasnya.

Hal senada disampaikan oleh Sekda Sabu Raijua Septe Bule Logo lewat sambungan telepon dari Seba bahwa satgas berperan aktif dalam percepatan penanganan dampak Covid dan juga pengawasan dan penindakan tegas pelanggar prokes.

Ia membenarkan ada satu pasien terkonfirmasi positif Covid -19 kluster Kapal Ikan Bahtera Makmur yang meninggal Jumat, 4/13 di RSUD Menia dan satu pasien klaster Kupang yang masih menunggu hasil lab dari Kupang untuk memastikan statusnya.

Jumlah Anggaran  Covid 19 di Sabu Raijua TA 2020 ssbesar Rp.112.181.584.537 dengan tingkat penyerapan sebesar Rp.13.537.754.613.

“Ini dana BTT hasil recofusing  dan  realokasi  anggaran yang  dapat digunakan  untuk penanganan  COVID 19.” Jelasnya lewat pesan wa.

Upaya pencegahan penyebaran virus serius dilakukan oleh satgas yaitu  lewat sosialisasi dan pelarangan pesta apapun dan ketentuan wajib jika meninggal bukan karena corona maka dalam waktu 48 harus dikuburkan. Sedangkan meninggal karena positif corona 4 jam setelah kematian oleh satgas gugus tugas.

Ketaatan masyarakat Sarai pada ketentuan Prokes puji Septe cukup tinggi sekitr 95%.
“Karena walau tinggal di kampung, masyarakat Sarai taat pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan serta hindari kontak fisik. Sejak sebelum ada meninggal pun mereka sudah berhenti cium hidung dan tidak lakukan cara yang menghadirkan  banyak orang.” Ujarnya bangga.

Penyaluran Bansos, BLT, BST dan bansos lain, ujarnya sudah berjalan sesuai ketentuan. Minggu depan bahkan siap bagikan tahapan akhir pada minggu depan.
“Semua masyrakat yang berhak sudah kami bagikan sesuai data Kemenkes. Dn sesusi kuota.” Ungkapnya.|| juli br

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *