Trinity Academia Solusi Smart Ekonomi di Tengah Pamdemi
“Trinity Academia, inkubator wirausaha dan ecosystem builder pertama di Nusa Tenggara Timur berbasis socio-enterprise”
NTT, TOPNewsNTT|| Mendengar nama Trinity Academia, mungkin sebagian dari masyarakat NTT sudah familiar, sebagian masih asing.
Namun ada konsep program yang benar-benar match dan mampu beri solusi tumbuhkan ekonomi di era tidak pasti akibat Pandemi Covid saat ini.
Solusi ekonomi lewat pengembangan usaha dengan platform digital yang walau sudah bukan hal baru, namun harus diakui masih banyak orang yang belum bersentuhan karena berbagai alasan, atau bahkan belum tahu tentang platform bisnis online dan digital marketing yang cocok dalam masa gelap pandemi ini.
Untuk gambaran jelasnya apa itu Trinity Academia, apa konsep yang mereka coba aplikasikan sebagai inkubator wirausaha dan ecosystem builder pertama di Nusa Tenggara Timur berbasis socio-enterprise, media ini menemui Founder (Pendiri) Jacobus J A Loloin dan Tim yaitu Co-Founder Trinity Academia : Peniel Sibero & Ni Ketut Alit Astuti di Kafe One Stop Shopping Dekranasda NTT (Rabu, 7/7).
Kepada media Jacobus menjelaskan,
“Trinity Academia berdiri tahun 2020, sebagai sebuah lembaga yang merupakan inkubator wirausaha dan ecosystem builder pertama di Nusa Tenggara Timur berbasis socio-enterprise yang melakukan pembinaan bagi para calon maupun pelaku usaha UMKM dan perusahaan rintisan di Nusa Tenggara Timur.” Jelas Jacobus.
Trinity Academia, lanjut Jacob, berperan dalam melakukan berbagai program pelatihan dan penguatan untuk para calon maupun pelaku usaha di Nusa Tenggara Timur baik pada sisi entrepreneur dan skill pendukung lainnya demi menunjang peningkatan kapasitas kemampuan “Founders” untuk mengentaskan masalah kemiskinan, tenaga kerja, dan sosial ekonomi di Nusa Tenggara Timur.
- Program utama Trinity Academia adalah
Online mentoring class dan Winner (Women for innovation & entrepreneurship). - Program partnership & collaboration :
Bank Indonesia Young Entrepreneurschool
Gerakan Nasional 1000 StartUp Digital
Dukung UMKM Indonesia Timur oleh Google & Kemendag Founders live.
Jacobus menjelaskan bahwa Trinty Academia awal didirikan atas dasar rasa prihatin melihat dampak negatif pandemi terhadap online bisnis milik driver Grab, sehingga muncul ide menolong mereka dengan pelatihan digital Marketing Online agar dapat lanjutkan usaha mereka.
Namun dalam perkembangannya, setelah pelatihan pola mentoring bisnis online dijalankan di kalangan terbatas, malah menarik banyak peminta, ujar Pria lajang asal Rote Ndao ini.
Perkembangan dan animo masyarakat NTT inlah membuat alumni SMKN 1 Kupang jurusan pariwisata (2016) dan 9 orang temannya serius menyusun program mentoring dengan konsep lebih serius dan wadah yang lebih luas agar memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan bagi pelaku bisnis online agar mampu survive di tengah lesunya ekonomi akibat dampak negatif pandemi.
Jacob yang lulusan FKIP Undana Jurusan Bahasa Inggris, mengatakan bahwa dirinya juga pertama kali terpapar dengan bisnis online melihat ada peluang besar di jalur ini yang justeru makin terbuka luas dan mudah dan jadi pilihan akibat pandemi yang karena PPKM harus taat WFH.
Berbekal pengalaman menjalankan usaha online, sambil menjadi guru kursus bahasa Inggris, Tour Guide, dan bahkan semoat menjadi Sales Area Manager Kupang Grab, Jacob makin mantap menyusun program mentoring di Trinity Academia. Karena pengalamannya dan teman-teman di Trinity menjadi basic.
Trinity Academia berdiri pada 2020, sebagai inkubator wirausaha untuk membangun ekosisten wirausaha digital di NTT dengan melatih para pelaku UMKM dan pelaku startup digital untuk di kota Kupang dan NTT secara luas.
“Jadi setelah kuliah saya masih ngajar bahasa Inggris di suatu tempat les Bahasa Inggris selama dua tahun, sempat juga kerja di sebuah Lembaga Misi dari Amerika dan satu tahun di Firma Hukum dari Australia. Triniry pernah jadi mitra untuk handle masalah tumpahan minyak di Celah Timor. Waktu kami memperjuangkan kepentingan 20 ribu pelaku usaha rumput laut yang terdampak tumpahan minyak. Jadi kita yang turun lapangan untuk ambil sampel dan lain sebagainya. Setahun belakangan ini saya menjadi finance agent di salah satu perusahaan Asuransi di Kupang.” Jelasnya.
“2018 sampai 2019 akhir saat bekerja sebagai sales Area Manager Grab kota Kupang, yang menjadi awal munculnya ide dan visi untuk pengembangan wirausaha digital di NTT. Karena waktu di Grab kita banyak ketemu dan diskusi dengan pelaku UMKM lokal. Kebetulan saya waktu itu pegang GrabKios aplikasi PPOBnya Grab. Selain kita akuisisi driver, kita juga handle semua pembelian pulsa, token pulsa listrik, transfer antar rekening via aplikasi. Jadi kami segmennya lebih banyak di UMKM, dipelaku usaha kios, toko kelontong. Jadi tiap hari kita turun lapangan dan diskusi. Sampai di masa pandemi kemarin, awal 2020 saya resign karena masih kontakan sama driver dan merchan, dan dengar keluhan banyak yang terdampak dan terpapar Covid banyak yang omset menurun bahkan kehilangan pekerjaan. Dan pas ketemu kita ngobrol dan mampir di merchan mereka dan dengar banyak keluhan terhadap usaha akibat pandemi, akhirnya mereka tanya bagaimana caranya menjalankan usaha online, karena mereka belum terbiasa dan masih gaptek, lalu belum ikut pelatihan digital marketing. Kebetulan waktu itu ada teman yang minta daftar semua teman-teman Grab untuk Kartu Pra Kerja dan saya share linknya, sebagai solusi untuk keluhan mereka. Dan saya diskusi dengan teman-teman di Trinity untuk bagaimana bantu teman-teman tadi, dan kami sepakat membuat sebuah konsep pelatihan digital marketing secara online. Jadi dari networking satu persatu kita ajak beberapa teman dari Pelaku UMKM sebuah program mentoring selama 3 bulan untuk masyarakat NTT. Kita awalnya mau buat program mentoring, tapi ujung-ujungnya malah seperti membuat sebuah perusahaan, dan baru awal saja 3 bulan pesertanya 100 mentoring. Kita ajar mereka semua hal mulai dari munculkan ide bisnis, cara validasinya, tes pasar, foto produk kita ajar, dan ujungnya kita kasih bisnis matching atau kita pertemukan mereka untuk kolaborasi usaha mereka selama 3 bulan full online pakai zoom.” Urai Jacob.
“Dan berjalannya waktu BI NTT yang sudah ada inisiasi tapi belum sempat tereksekusi, jadi kita diajak handle dengan buat kurikulumnya, dan BI yang punya enterpreneur school, wirausahanya BI NTT kita yang mentor dan kita juga yang organise, kurikulumnya dari kita.”jelas Jacob.
Pada September 2020, Trinity Academia dipercaya menghandle sebuah gerakan nasional 1000 startup digital di Kupang.
“Jadi kalau selama ini orang tahu bisnis online, social media, kita pengen bantu mereka untuk selangkah lebih maju lagi. Jadi mereka bisa buat platform dan aplikasi mereka sendiri. Tahun lalu kita bantu programnya dari Kem.Kominfo yang sampai tahun ini kita masih running (jalankan). Dan karena kepercayaan yang sudah dibangun, akhirnya dipercaya beberapa program yang kita jalankan, tapi ada yang kita buat sendiri. Jadi sampai tahun ini ada program yang kita buat sendiri baru kemarin dengan Dekranasda NTT, namanya Winner atau pemberdayaan perempuan. Jadi kita bantu para founder wanita. Jadi mereka yang punya usaha atau mau punya usaha kita bantu 20 atau 30 pelaku. Kita kerja sama dengan Googgle Indonesia dan Kemen.Dag RI program untuk pelaku UMKM di Indonesia Timur sementara berjalan. Dan minggu depan berakhir karena sudah dimulai dari Mei. Ada beberapa program BI NTT StartUp, dan kita beri kesempatan bagi Founders lokal bisa dapat ekpose nasional dan global. Jadi kalau mau buat StartUp sekarang tidak susah untuk dapat spotlight di nasional. Kita juga sudah ada satu program namanya Founder Life dari Seatle US sudah masuk di Kupang. Kita kemarin kompetisikan 5 startup digital dari Kupang, ada yang berbentuk aplikasi digital, ada yang berbentuk website, dan juaranya perempuan yang membuat startup pertanian. Yang lolos masuk ke kualifikasi untuk masuk di level Asia Pasifc untuk adu ide disana. Kita berharap dengan kehadiran kita dapat mengekspos Founder-founder lokal yang tidak dapat spotligth. Jadi peluang pelatihan yang selama ini lewat saja karena tidak ada orang lokal yang mampu menjembatani program pelatiahan. Jadi kita selama ini terlibat dalam pengembangan pengetahuan di bidang UMKM start up dan sdm.” Jelasnya antusias.
Beberapa alasan mengapa Trinity Academia melahirkan program pelatihan bisnis online karena pertama kendala diatas, banyak bisnis online colaps akibat kurangnya pengetahuan menjalankan bisnis online termasuk menggunakan aplikasi digital marketing, kedua adalah justeru karena pengalaman beberapa merchan bisnis online yang kelihatannya sederhana, namun jika ditekuni dengan benar dan platform digital yang digunakan untuk promote tepat, justeru menghasilkan omset luar biasa besar.
“Seperti contoh ada teman driver yang punya usaha jual pulsa telepon, pulsa listrik dan lain-lain, ternyata jika dimanagemen dengan tepat dengan platform bisnis online yang tepat, dapat menghasilkan omset puluhan juta rupiah. Asal tahu caranya. Nah untuk menyebarkan rahasian keberhasilan ilmu managemen bisnis online ini maka kami buat program mentoring. Dan sejauh ini peminatnya lumayan banyak, dan yang berhasil menjalankan bisnis mereka hingga kini baik UKM dan IKM ataupun pemula sudah banyak.” Ungkap Jacob bangga.
Jacob ingin kisah sukses beberapa orang menjalankan online bisnis ingin ditularkan ke orang lain di NTT dan menjadi dasar penyusuna program mentoring.
“Kita berangkat dari sebuah keresahan akibat adanya problem yang harus dicari solusinya. Dan dari sharing masalah, visi dan spirit yang sama maka lahirlah program Mentoring Trinity Academia. Kami ingin feedbacknya positif secara ekonomi dari program kami.” Ungkapnya optimis.
Program ini juga lahir karena kondisi miris gambaran bussinesse future NTT di luar sana bagi investor bahwa Kupang, NTT kurang menggairahkan untuk bisnis. Jika diajak ke Kupang investor di luar NTT enggan dan lebih memilih Ambon atau Manado untuk wilayah Indonesia Timur.
“Fakta ini jujur menyesakkan, menyebalkan, tapi jujur kita akui bahwa benar kondisi itu. Saat itu ekosistem belum terbentuk, inkubatornya berjalan sendiri, aktif tidak aktif. Di Kupang orang hanya bisa mulai men-starup bisnis online hanya berbasis kerennya saja tanpa pendampingan lanjutan. Sehingga saat ingin akses mentoring, mau bayar mentor mahal, mau cari ekspose jangankan global, nasional saja sulit. Makanya kita dari Trinity Academia ingin membangun ekosistem besar usaha digital yang betul-betul bisa melibatkan banyak orang. Untuk orang yang mau buat usaha dan masih blank bisa kita tuntut usaha apa dan platform digitalnya apa.”ungkat Jacob lagi.
“Rencana kami ke depan ada banyak rencana untuk melakukan beberapa kegiatan, namun karena kondisi Covid maka belum bisa dilaksanakan.” Ujarnya penuh harap.
“Visi besar kami ingin buat sebuah ekosistem yang inklusif yang benar-benar bisa libatkan banyak orang dan sebuah tempat dimana kami bukan hanya materi dan class mentoring, tapi tempat dimana akses ke program, investor, produk dll sampai ke networking dan promotion.” Ungkapnya lagi.
“Jadi kita ajar mereka kerangka berpikir dan mereka buat produk, yang mereka uji sendiri produknya, dan jika mereka butuh coaching one on one kita sediakan coaching disitu, dan kalau misalnya bisnis mereka bisa scale up, maka kita hubungkan langsung dengan investor. Intinya kita mau buat sebuah ekosistem lengkap yang beri ide, solusi dan solve problem.” Tandas Jacob.
Jujur diakui Jacob bahwa apa yang mereka lakukan saat ini seperti membuat sesuatu menjadi riil dari yang abstrak.
Tapi dimasa pandemi yang mengharusnya semua serba online karena prokes, malah jadi peluang untuk Trinity Academia dengan konsep mentoring startup online bisnis mereka.
“Kendala di NTT sehingga enterprenuer belum maju dan jadi pilihan masa depan yang mampu memberi asa ada pada mindset berpikir yang masih berpatokan pada pekerjaan dengan digaji, seperti ASN, TNI, POLRI. GURU dll.
“Masyarakat, terutama orang muda calon enterpeeneur NTT masih belum mau mencoba bisnis online karena role modelnya masih jarang di NTT. Orang NTT terbiasa dengan pola pikir ASN, TNI, POLRI jadi impian masa depan. Oramg NTT masih nyaman di zona ini dan itu menurun ke generasi mudanya. Nah cara berpikir di zona nyaman seperti inilah yang sedang berusaha dieliminasi oleh Trinity Academia sehingga orang muda mulai melirik bisnis online dengan memanfaatkan startup platform digital.” Tandasnya.
“Dengan komitmen ini, bukan melarang orang menjadi ASN, tapi kita mau membuka wawasan berpikir semua orang muda NTT bahwa merchan-merchan bisnis online di sekarang jaman digital ini adalah solusi tepat dan smart untuk memulai sebuah usaha. Dan ini bisa dijalankan sambil menjadi ASN atau karyawan lainnya, asal tahu rahasia menjalankannya.” Katanya.
Cara berpikir bahwa memulai usaha harus melek ilmu komputer, programer dan harus punya perangkat pendukung dengan fitur lengkap dan memory lengkal, juga merupakan anggapan yang malah memberatkan langkah orang untuk memulai bisnis online.
“Padahal saat ini untuk hasilkan sebuah usaha digital tidak harus melek ITE. kita di tim tidak ada yang spesifik di ITE. Yang perlu kita pumya sebagai pijakan dasar usaha apa yang mau kita jalankan, sedangkan ITE hanya sebagai akselerator saja atau tambahan. Yamg penting adalah masalah apa yang kita hadapi dan solusi apa yang bisa ditawatkan. Jadi bisa berbasis digital atau tidak. Bahkan saat ini bisa hanya dengan website gratis bisa jadi layanan. Bahkan saat ini oeang bisa. startup tidak harus bisa programming, ada yang exbuilder dan builder saja, dan tinggal di drive and drop saja san buat layanan kita jadi jawaban, solusi tanpa masalah. Prinsipnya adalah buat layanan dari sebuah masalah yang ada untuk cari solusi.” Buka Jacob.
“Kita punya dua kelas traning di Trinity, yaitu untuk pemula (addvans) dan Running on bisnis (pelaku usaha). Waktunya yaitu selama tiga bulan yang dilakukan secara online (zoom), dan gratis, baik untuk peseeta yang ikut dalam program pelatihan yang diadakan pemerintah maupun mandiri punya Trinity. Di Trinity program mentoring kami namanya winner. Dan setiap Informasi tentang Trinity Academia bisa diakses di FB, Instagram dan LinkInn.” Jelas Alit menambahkan.
Dari semua yang sudah dan akan dijalan terus dinTrinitu, Jacob ungkapkan.bahwa jujur bukan secara financial yang mereka dapatkan (ingat program pelatihan gratis), tapi reward yang membuat mereka puas adalah jika orang yang didukung dibina mampu mencapai keberhasilan.
“Ada peserta mentoring startup Trinity yang sampai dapat juara Startup 2 M. Nah ini yang kita mau, kita latih dan bina, kita coach, dampingi matching sama networking, dan mereka sendiri susun, kerja dan nikmati. Kami hanya memberi yang bisa kami beri, selebihnya keberhasilan ada pada usaha mereka dan saat mereka nikmati hasilnya itu karya riil mereka. Kita ingin makin banyak yang gabung, kita bimbing dan berhasil menjadi enterpreneur baru NTT yamg sukses, Kita ingin makin banyak program yang bisa dihasilkan dan tempat sendiri.” Ujar Jacob idealis.
“Kita sedang persiapkan Sunbox yang ibarat sebuah rumah ada semua perusahaan disitu baik UMKM, usaha rintisan, ada mentornya, coach, orang ITE, investor. Semua lengkap dan kita akan matchingkan satu pebisnis dengan imvestor. Tempat dengan dengan satu pintu dengan berbagai fasilitas. Orang NTT spesial dan bisa memang funding Rp2M, dan itu yang buat dasar kita mau lakukan program ini.” Timpal Peniel Sibero.
“Kita ingin ekosistem yang kita bangun akam melibatkan semua pelaku UMKM di NTT 22 kabupaten kota Kupang. Kita sudah kerja sama dengan Pelaku Usaha di Labuan Bajo dan kita ingin semua NTT bisa join.” Jelas Jacob.|| juli br