Terdapat 7.453 Benda Koleksi di UPTD Museum Daerah NTT, 11 Hasil Kajian Sudah Dibukukan

Birokrasi Literasi Regional Seni Budaya

KUPANG, TOPNewsNTT||Demikian penjelasan kepala UPTD Aplinuksi M.A.Asamani,S.Sos, M.Si kepada media usai kegitan seminar Seminar Hasil Kajian Patung Perunggu yang digelar di Aula UPTD Museum Daerah Provinsi NTT (Kamis, 22/09), bahwa   Museum Daerah NTT saat ini punya  7.453 Benda Koleksi dari berbagai wilayah di Provinsi NTT.

Kajian terhadap benda-benda koleksi merupakan program rutin Museum Daerah NTT yang dilakukan setiap tahun 1 benda koleksi yang di uji.

Selama kurun waktu tahun 1997 hingga 2022 sudah ada 11 hasil kajian yang berhasil di buku dan ada sebanyak 7 hasil kajian yang masih berupa draft.

“Dalam beberapa kurun waktu 1997 hingga 2022  sudah dilakukan kajian terhadap 7 jenis  benda koleksi dari dan yang sudah dibukukan 11 dan 7 masih dalam bentuk draft.  Dan kajian ini  merupakan program rutin UPTD Museum Daerah NTT setiap tahun satu kajian.” Jelas putera Alor-Rote Ndao ini di ruang kerjanya.

Aplinuksi menyebutkan hasil kajian dari 11 benda koleksi yang sudah dibukukan antara lain benda koleksi Paledang dari etnis Halmahera, Lembata (1997),  Dese/Baju Tradisional dari kabupaten  Ngada, etnis Nagakeo dan Soa (2000),  Kain Tenun suku Dawan, TTS (2005),  Mamuli, Kabupaten Sumba (2005), Kain Tenun Kedang, Lamalera dan Ile Ape, Lembata (2008), Kain Tenun Rote Tengah dan Rote Barat Kabupaten Rote Ndao, Kain Tenun Todo dan Cibal, Manggarai (2013), Wuli (Hiasan Leher) Ngada (2017), Moko dari Kabupaten Alor (2020) dan Kain Tenun TTU (2021).

Sedangkan hasil kajian 7 benda koleksi yang masih dalam bentuk draft dan belum dibukukan yakni : Kain Tenun Biboki dan Insana, Kabupaten TTU (2012),  Kain Tenun Ende Lio, Kabupaten Ende (2014), Kain Tenun Sikka Krowe, Kabupaten Sikka (2015),  Kain Tenun Nggela, Ende (2019), Kain Tenun Sabu Raijua (2019), Patung Marapu, Sumba Barat (2019) dan Patung Perunggu Sumba Barat di tahun 2022 yang sudah dikaji dan menuju draf dan Tenun Ikat Malaka pada tahun 2022

Aplinuksi berharap lewat kajian patung parunggu Sumba Barat, nilai-nilai yang terkandung di kaji perlu pemahaman, benda-benda koleksi apa dari setiap daerah di NTT yang harus dikaji oleh museum.

“Benda tanpa kajian akan dangkal tanpa makna. Hasil kajian merupakan sebuah informasi yang memberi nyawa bagi benda koleksi dan jadi daya tarik tersendiri. Hasil kajian di Museum sebagian sudah berupa buku, dan sebagian masih berupa draft. Informasi dalam buku merupakan hasil kajian biasanya  berupa cerita masyarakat dan hubungan antara benda koleksi tersebut dengan dengan masyarakat daerah asal, makna benda tersebut bagi masyarakat dan kisah dibalik benda koleksi tersebut.” Pungkasnya.

Aplinuksi menambahkan bahwa buku yang dicetak terutama akan diletakkan di perpustakaan Museum, dan jika spot ruang publik seperti bandara dan hotel dan juga perpustakaan museum kabupaten kota dan kabupaten asal benda koleksi tersebut.

Ke depan, tambah Aplinuksi, Perpustakaan museum akan di benahi sehingga ketika orang datang berkunjung tinggal diarahkan ke benda koleksi dan bukunya.

“Untuk hasil kajian yang memberi nilai informasi terhadap benda koleksi, kami butuh nara sumber yang kompeten terkait benda koleksi dan dukungan dari wilayah asal benda koleksi. Dalam hal ini kami menggandeng Dinas pendidikan dan  museum daerah.” Ujarnya.

Kendala yang hadapi Museum  saat ini masih kurangnya anggaran pengkajian serta peningkatan SDM tenaga kurator.

“Seorang kurator melakukan kajian dan mendeskripsikan benda koleksi. Selain kurator, museum memiliki tenaga edukator, konservator, tata pamer dan kehumasan.” Jelasnya.

Dari seminar kajian benda koleksi Patung Perunggu, Aplinuksi berharap nilai dari patung perunggu bisa dideskripsikan dengan baik, benar dan menarik nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah benda koleksi.

Hasil kajian akan dicetak dan ditempatkan di Museum Daerah NTT agar pengunjung dapat memperoleh informasi yang lengkap terkait patung perunggu Sumba Barat.

Dengan adanya buku hasil kajian benda koleksi NTT di Museum ini, Aplinuksi berharap para kurator akan berperan menjelaskan ke pengunjung terkait setiap benda koleksi kepada pengunjung.

“Setiap tahun akan kami lakukan kajian terhadap satu benda koleksi dan ini program rutin kami. Sehingga kedepan makin banyak benda koleksi dari semua wilayah di NTT akan dikaji. Tujuannya, selain meliterasikan nilai yang terkandung dalam benda koleksi yang akan menjadi informasi penting yang memperkaya khasanah benda koleksi itu sendiri, juga dalam rangka melindungi benda koleksi kita agar tidak dicuri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Juga dapat menjadi media pembelajaran budaya NTT bagi peminat benda koleksi  dan juga menceritakan betapa kayanya budaya NTT.” Ujarnya.|| juli br