Pebruari-April 2024 Puncak Curah Hujan di NTT, Pemprov NTT Minta Warga Waspada Longsor dan Banjir

NTT, TOPNewsNTT.Com|| Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) beri warning kepada masyarakat NTT untuk waspadai bencana yang akan muncul akibat intensitas curah hujan di puncak musim hujan yang terjadi pada Pebruari 2025. Bencana yang bakal muncul antara lain banjir, angin kemcamg, tanah longsor dan siklon tropis.

Selain itu pemprov meminta Balai Wilayah Sungai, BPJN dan BPBD siap siaga memantau, memitigasi, dan mengidentivikasi bencana segera mungkin.

Hal ini dijelaskan oleh Pj.Gubernur NTT Andriko Noto Susanto saat jumpa pers terkait kondisi cuaca terkini di wilayah NTT. Turut hadir  Kepala BMKG Kupang, Margiono, S.Si, serta Kepala BPBD Provinsi NTT, Ir. Cornelis Wadu, M.Si. Dalam pertemuan ini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana akibat cuaca ekstrem.

Pj Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, menyoroti berbagai bencana yang terjadi akibat curah hujan tinggi, salah satunya adalah longsor di Jalan Batu Putih. Ia mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap kemungkinan longsor susulan dan bencana lainnya.

“Kami juga meminta agar lingkungan yang terdampak banjir segera diperbaiki. Pemerintah kabupaten dan kota harus meningkatkan koordinasi untuk mengatasi dampak bencana ini,” ujar Andriko.

Meskipun belum ada laporan mengenai kejadian besar, pemerintah tetap bersiaga menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Menurut Kepala BMKG Kupang, Margiono, S.Si, saat ini NTT sedang memasuki puncak musim hujan dengan curah hujan yang mencapai 55 mm. Fenomena La Niña yang terjadi memang lemah, tetapi ada penguatan fenomena atmosfer yang memperparah intensitas hujan.

“Kami perkirakan kondisi ini berlangsung hingga 3 Februari 2025, tetapi puncak musim hujan akan terus berlanjut sepanjang bulan Februari. Selain itu, wilayah NTT sering mengalami pembentukan siklon tropis, yang biasanya muncul sejak November. Angin kencang dan gelombang tinggi berpotensi terjadi hingga April,” jelas Margiono.

BMKG juga mencatat bahwa beberapa wilayah di NTT mengalami curah hujan tertinggi, yaitu Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Manggarai, dan Ende.

Kepala BPBD Provinsi NTT, Ir. Cornelis Wadu, M.Si, menegaskan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG untuk memantau perkembangan cuaca serta mengantisipasi bencana.

“Kami selalu berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten dalam menangani daerah terdampak, termasuk dalam penyaluran bantuan bagi korban. Saat ini, stok bahan pokok juga telah kami siapkan sebagai langkah antisipasi,” kata Cornelis.

Menghadapi cuaca ekstrem ini, masyarakat diminta untuk terus mengikuti informasi resmi dari BMKG dan instansi terkait guna menghindari risiko yang lebih besar. Dengan kondisi cuaca yang masih berpotensi buruk hingga beberapa bulan ke depan, kesiapsiagaan menjadi kunci utama dalam menghadapi bencana.

“Kita harus belajar dari pengalaman, seperti saat Siklon Tropis Seroja melanda NTT pada 2021 yang menyebabkan banjir bandang dan longsor. Oleh karena itu, mari kita tetap waspada dan menjaga keselamatan bersama,” pungkas Pj Gubernur Andriko Noto Susanto.|| jbr