Nyamuk Wolbachia Tekan Penyebaran DBD Di NTT, Ruth Laiskodat Minta Masyarakat Jangan Panik

Birokrasi Kesehatan Regional

NTT, TOPNewsNTT|| “Kementerian Kesehatan RI membuat Pola Baru untuk menekan jumlah penderita Demam Berdarah dengan mengawinkan Nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia dengan Nyamuk Aedes Aegypti lokal di setiap wilayah endemis DBD agar virus Dengue pada nyamuk Aedes Aegypti pada nyamuk lokal tidak bisa menularkan virus Dengue penyebab DBD. Jadi itu tujuan penyebaran nyamuk Wolbachia, masyarakat jangan panik ” Jelas Ibu Ruth Laiskodat, Kepala Dinas Kesehatan dan Pencacatan Sipil Provinsi NTT kepada media ini (Selasa, 28/11).

Penjelasan ini diberikan oleh Ibu Ruth untuk menjadi informasi valid, resmi dan dapat dipercaya kepada masyarakat untuk memberikan rasa tenang ditengah informasi yang kurang tepat lewat platform media sosial yang membingungkan dan dapat menimbulkan kepanikan dan ketakutan massal.

“Bakteri Wolbachia adalah hasil penelitian pakar di UGM sana dan sudah diterapkan di Jogya selama lima tahun dan hasilnya ada penurunan penderita DBD yamg signifikan. Dan uji coba kedua adalah di 5 kota endemi DBD yakni Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang. Di Kota Kupang kami uji coba di Kecamatan Oebobo bulan Oktober lalu.” Tambah Ibu Kadis lagi.

Ibu Ruth menambahkan bahwa pola yang dilakukan dalam pembibitan nyamuk Wolbacia ini adalah dari pihak Puskesmas menugaskan kader untuk mengawasi wadah (ember kecil) yang diletakkan di rumah warga di beberapa kelurahan yang dijadikan tempat uji coba di kecamatan Oebobo yamg didalamnya sudah ditaruh telur nyamuk Wolbachia.

“Setiap ember ada 200 telur yang dilepas dalam air dan diberi pakan khusus berupa pelet. Tutupan ember dilubangi kecil-kecil seukuran nyamuk dewasa agar bisa keluar setelah dua minggu dibiakkan dalam ember dan kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti lokal yang mengandung virus dengue penular DBD. Siklusnya setiap 2 minggu di ganti airnya dan ditaruh telur baru dan pakan. Dan sejak launching sudah berjalan 4 minggu atau sebulan dan itu artinya nyamuk Wolbachia sudah terbang keluar. Kita akan lihat seefektif apa bakteri Wolbachia tersebut menekan laju penderita DBD dari data penderita di faskes-faskes di Kecamatan Oebobo sebagai kecamatan uji coba. Apakah ada penimgkatan atau penurunan. Uji coba di Kecamatan Oebobo akan berlangsung selama 6 bulan (Oktober 2023-Pebruari 2024) atau pada awal hingga akhir musim hujan tahun ini.” Tambah Ibu Kadis.

Ibu Ruth mengingatkan masyarakat agar jangan kaget jika di sekitar rumah akan makin banyak nyamuk karena itu tandanya nyamuk Wolbacia sudah berkembangbiak dan terbang keluar ember pengembangbiakan.

“Nah untuk membantu program ini maka saya minta masyarakat jangan menggunakan obat nyamuk semprot karena akan membunuh nyamuk Wolbachia. Karena nyamuk Wolbacia akan kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti dan menghasilkan nyamuk Wolbachia yang akan mematikan virus dengue. Sehingga jika nyamuk Wolbacia menggigit manusia tidak akan sebabkan DBD. Ini dilakukan pemerintah mengingat Indonesia masih sangat tinggi DBD. Di NTT masih tinggi pasien DBD. Dan cara alami ini dilakukan sebagai tindakan preventif, karena tindakan setelah terinfeksi akan lebih mahal dan membahayakan manusia. Kita masih tinggi kematian karena DBD.” Jelasnya.

Namun ia menegaskan agar pola menekan pertambahan nyamuk Aedes Aegypti tetap dilakukan dengan yakni gerakan 3M (Menutup dan Menguras tempat penampugan air serta Mendaur Ulang sampah-sampah plastik) agar jangan menjadi sarang pengembangbiakan nyamuk penyebab DBD.

Ibu Kadis menghimbau masyarakat agar jangan takut dan jangan panik, baca dan dengarlah informasi resmi dari pemerintah yang bertanggungjawab terhadap hayat hidup banyak rakyatnya.

“Ya kalau tergigit palingan akan terjadi bentol kemerahan dan gatal saja. Tapi tidak akan menbulkan penyakit tertentu. Jadi jangan resah. Tidurlah menggunakan kelambu dari pada menggunakan obat nyamuk.” Himbaunya.

Dilansir dari CNN Indonesia, Nyamuk Wolbachia memang bisa menurunkan tingkat penularan demam berdarah pada manusia. Tapi, ada efek lain juga yang bisa dialami manusia saat digigit nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia ini.

Wolbachia sebenarnya bukanlah jenis nyamuk. Wolbachia adalah bakteri yang sengaja disuntikkan ke nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah.

Wolbachia sendiri merupakan jenis bakteri yang bisa hidup di sel-sel serangga. Tapi, bakteri ini tidak bisa menular ke manusia.

Efek gigitan nyamuk Wolbachia dijelaskan oleh para Peneliti utama riset nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta Profesor Adi Utarini menyebut, nyamuk ini memang bisa menurunkan gejala demam berdarah hingga menurunkan risiko terpapar.

Tapi di luar itu, ada juga efek lain yang bisa dialami manusia karena gigitan nyamuk Wolbachia yakni munculnya rasa gatal, bentol dan bintik kemerahan di area bekas gigitan, tapi reaksi ini tidak sama pada setiap orang. Namun semua efek itu tidak perlu dikhawatirkan karena nyamuk Wolbacia tidak akan membahayakan dan menularkan penyakit.

Sementara dilansir dari CNBC Indonesia, yang menjelaskan bahwa nyamuk Wolbachia adalah myamuk hasil rekayasa untuk mencegah penyebaran demam berdarah yang diuji coba di lima wilayah yang masuk dalam pilot project adalah Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Penelitian Wolbachia dilakukan sejak 2011 di Yogyakarta. Yakni oleh World Mosquito Program (WMP) dan didukung yayasan Tahija.

Penelitian tersebut melalui dua fase. Mulai dari persiapan dan pelepasan nyamuk dalam skala terbatas mulai 2011 hingga 2015.

Yogyakarta bersama Bantul juga menjadi lokasi uji coba pada tahun 2022. Di lokasi penyebaran dapat menekan kasus demam berdarah hingga 77% dan menurunkan perawatan di rumah sakit sebesar 86%.

“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015 – 2022) berada di bawah garis minimum,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, dikutip Selasa (21/11/2023).

Selain Indonesia, negara lain ikut dalam uji coba Wolbachia yaitu Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Sebagai informasi, Wolbachia mampu melumpuhkan virus dengue yang ada dalam nyamuk aedes aegypti. Dengan begitu diharapkan tidak menularkan penyakit lagi ke dalam tubuh manusia.

Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.

Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia.

Yogyakarta bersama Bantul juga menjadi lokasi uji coba pada tahun 2022. Di lokasi penyebaran dapat menekan kasus demam berdarah hingga 77% dan menurunkan perawatan di rumah sakit sebesar 86%.

“Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015 – 2022) berada di bawah garis minimum,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, dikutip Selasa (21/11/2023).

Selain Indonesia, negara lain ikut dalam uji coba Wolbachia yaitu Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Sebagai informasi, Wolbachia mampu melumpuhkan virus dengue yang ada dalam nyamuk aedes aegypti. Dengan begitu diharapkan tidak menularkan penyakit lagi ke dalam tubuh manusia.

Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.

Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia.|| jbr