Mitigasi Risiko Bencana Di NTT, Yayasan Cita Masyarakat Madani dan Child Fund Gelar Lokakarya Dan Pelatihan Bagi Aparat Desa dan Orang Muda

Bencana Alam Edukasi nonformal Organisasi Regional

KUPANG, TOPNewsNTT|| Yayasan Cita Madani menggandeng Child Fund Internasional Dan BPBD NTT menggelar Lolakarya Dan Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana bagi kades, lurah dan camat serta kelompok pemuda dari desa dan kelurahan tangguh bencana dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS yang menjadi wilayah kerja Yayasan Cita Madani dan Child Fund Imternasional. (Rabu, 13/12).

Kepala BPBD provinsi NTT,  Ambrosius Kodo,S.Sos,M.Si membuka kegiatan Lokakarya sekaligus menyampaikan materinya menyatakan pada dasarnya pemprov.NTT mendukung setiap kegiatan yang berhubungan dengan upaya-upaya pengurangan resiko bencana yang digagas oleh lembaga mitra pembangunan seperti Yayasan Cita Masyarakat Madani dan Child Fund Internasional di Indonesia.

“Ini adalah kegiatan yang sangat baik dalam rangka membangun upaya-upaya pengurangan resiko bencana. Apalagi NTT adalah provinsi yang rawan bencana karena kita diapit oleh dua penyebab gempa besar. Di Flores bagian utara ada cesar Flores potensi 7,5Magnitudo bisa memicu tsunami, dan di Sekatan NTT di Sumba ada Mega Transula potensi 8,5 Magnitudo bisa memicu bencana. Ada juga 8 potensi bencana lainnya dan kita terletak di equator, yang sangat rawan terhadap bencana, belum lagi musim kering dan lain sebagainya. Kita ada di cincin api dan gunung api sehingga perlu membangun ketangguhan bencana berbasis komunitas dengan desa dan kelurahan.” Ujarnya.

Alasan komunitas dilibatkan, menurut Ambrosius lantaran faktanya secara kedekatan, komunitas ada diantara dan dekat dengan masyarakat sehingga lebih tahu kondisi di lapangan, lebih tahu apa yang dibutuhkan, pada saat evakuasi kemana dan lain sebagainya.

“Pemerintah mengarahkan dan mendukung, apa yang dikerjakan oleh Yayasan Masyarakat Cita Madani ini merupakan kegiatan yang luar biasa, berdampak pada desa kelurahan untuk membangun upaya-upaya ketangguhan bencama lewat mitigasi ketangguhan bencana.” Jelasnya.

Wacana penangguhan bencana itu adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah dengan stakeholder seperti NGO, Komunitas dan masyarakat.

“Semua pihak yang bisa melakukan upaya bersama mitigasi penangguhan bencana, semua mitra pembangunan dengan perannya masing-masing, pemprov mendukung disamping BPBD Provinsi dan kabupaten Kota juga mendukung dan mendorong dengan program kerjanya sendiri dalam upaya yang sama.” Tutupnya.

Terkait pembentukan desa dan kelurahan Tangguh Bencana, Ambrosius menyatakan butuh segera harus dibentuk oleh setiap jenjang pemerintahan.

Ambrose menyebut Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 21 kabupaten, 1 kotamadya, 309 kecamatan, 327 kelurahan, dan 3.026 desa.

Saat ini  sudah ada 342 desa dan kelurahan tangguh bencana hingga 2023 ini setelah 20 kelurahan di Kota Kupang menjadi kelurahan tangguh bencana.

“Mari sinergi untuk menciptakan desa dan kelurahan tangguh bencana menuju Indonesia emas 2045. Penanganan bencana harus berbasis komunitas meliputi mitigasi sosial (edukasi fgd, lokakarya dan pelatihan) dan mitigasi struktur (pembangunan tanggul atau tembok penahan, tembok pemecah ombak dan infrastruktur tahan bencana lainnya seperti rumah, sekolah dan sarana umum yang tahan bencana di wilayah rawan dan berpotensi bencana). 94,99% Data dari Komunitas dan NGO yang diadopsi oleh pemerintah mampu selamatkan NTT dari bencana.” Ujarnya.

Desa dan kelurahan tangguh bencana perlu dibentuk  untuk mengatasi dampak negatif dari pembangunan yang memberikan resiko kerusakan pada lingkungan sehingga menjadi penyebab bencana.

Pembangunan menyebabkan : resiko (misalnya alur banjir terhambat karena pembangunan yang tidak memperhitungkan alur banjir), misalnya sungai dipersempit, pohon di tebang dan tidak ditanami ulang sebabkan tanah tidak mampu menyimpan air hujan dan dirus hujan menjadi banjir badang.

Prinsip desa dan kelurahan tangguh bencana harus dilakukan karena, bencana jadi urusan bersama, pengurangan resiko dan pelibatan masyarakat menjadi pelaku utama untuk pengurangan resiko bencana.

Ia juga menganjurkan setiap keluarga menyiapkan titik kumpul saat terjadi bencana dan jalur evakuasi untuk memudahkan tim sar menemukan dan menyelamatkan korban bencana dan mencegah besarnya resiko, disertai edukasi dan latihan cara menggunakan titik kumpul dan jalur evakuasi saat terjadi bencana. Pembentukan desa dan kelurahan tangguh bencana di desa bisa menggunakan dana desa.

“Setiap keluarga harus punya titik kumpul, nomor-nomor penting BPBD, Tim SAR, Kepolisian, Forum Tangguh Bencana, tas tangguh bencana berisi dokumen-dokumen penting keluarga, obat-obatan dll untuk kondisi darurat. Mitigasi resiko bencana dilaksanakan harus dengan asaz kemanusiaan, kesetaraan gender, kelompok rentan dan tarnsparansi. Segera bentu Forum Pengurangan Resiko Bencana, Dorong Pemanfaatan kelurahan dan desa Tangguh Bencana. Bapa desa jangan takut untuk bentuk kelurahan dan desa tangguh bencana dengan gunakan dana desa dan buat Lokakarya, FGD, pelatihan-pelatihan), bentuk Forum Siaga Bemcana. Jika semua bergerak bersama maka resiko bencana akan makin minim.” Uajr Ambrosius.

Project Coordinator Yayasan Cita Masyarakat Madan Silvester Seno kepada media menjelaskan kegiatan Lokakarya dan Pelatihan Resiko Bencana dengan thema “Mewujudkan Desa dan Kelurahan Tangguh Bencana” yang berlangsung 3 hari (13-15 Desember 2023).

“Yayasan Cita Masyarakat Madani punya program adaptasi resiko bencana. Sasaran mendukung penguatan kapasitas orang muda dalam upaya pengurangan resiko bencana dalam konteks dan perspektif dari Yayasan Cita Masyarakat Madani dan mitranya Child Fund adalah adalah agen perubahan.” Jelas Sil.

Ia  berharap dalam konteks penanggulangan bencana ornag muda menjadi orang terdepan dan peduli terhadap isue bencana. Bahkan dalam kondiai emergensi bencana mereka musti menjadi orang terdepan bersama masyarakat dalam penanganan bencana.

“Dalam kegiatan ini, peserta adalah dari 20 desa dan kelurahan dampingan yayasan Cita Masyarakat Madani yang berisi kepala desa dan perwakilan pemuda/i.” Ujarnya.

Nara sumber kepala BPBD NTT dan tenaga ahli pendamping desa dari kabupaten Kupang, dan Ivan Tagor ( spesialis program Childfund Internasional di Indonesia) dan pegiat pengurangan reaiko bencana dari BNPB. Kegiatan akan berupa lokakarya pada hari pertama dan 2 harinya adalah kegiatan pelatihan penangangan resiko bencana.

“Yayasan Masyarakat Cita Madani sudah 10 tahun lebih melaksanakan program pengurangan resiko bencana. Ada dua thema yang disupport yakni Sekolah Aman Bencana (SAB) dan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.

“Sekolah Aman Bencana jadi fokus program  Yayasan Cita Masyarakat Madani karena mengingat di sekolah ada banyak anak-anak. Yang dalam pelayanan dan pendampingan anak-anak mesti kita pastikan aman dalam kondisi bencana.” Ujarnya.

Pada tahun 2017 melalui Project Ropnoni Education Support, Yayasan Cita Masyarakat Madani pernah mendukung pengembangan Sekolah Aman Bencana di SDI Ropnoni Desa Oenoni I Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang dengan membangun 5 unit ruang kelas lengkap dengan meubeler (kursi meja lemari) untuk 5 kelas. Dan 4 unit WC Sehat.

Kemitraan Yayasan Cita Masyarakat Madani dengan BBPD Kota Kupang yakni mendukung penyusunan Rencana Kontijensi Pengurangan Resiko Bencana yang dibuat oleh Pemkot.Kupang melalui BPBD Kota Kupang melalui simulasi/Gladi Ruang dan Gladi Posko ketika terjadi bencana dengan melibatkan semua elemen di Kota Kupang sehingga ketika terjadi bencana semua pihak tahu peran mereka.” Tambah Sil.

Peserta hari ini berasal dari 7 kecamatan di wilayah kerja Yayasan Cita Masyarakat Madani yaitu dari Kabupaten Kupang ( Kecamatan Taebenu, Kupang Tengah dan  Amarasi), TTS (Kecamatan Amanuban Selatan) dan kota Kupang adalah Kecamatan Oebobo dan Liliba.

“Karena potensi bencana banyak, seperti  banjir, longsor, angin puting beliung dll, kita berharap lewat lokakarya dan pelatihan ini akan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian aparat pemerintah desa dan kelurahan serta orang muda dalam ikut mengurangi dan menangangi resiko bencana di masing-masing wilayahnya. Jadi ini kegiatan edukasi untuk pencegahan resiko bencana.” Tutup Sil.

Sementara Ivan Tagor, Spesialis Program Childfund kepada media ini menjelaskan,

“Desa adalah satuan di tingkat pemerintahan yang terbawah,  namun memiliki peran yang sangat penting dalam penanggulangan bencana. Perlu diupayakan kesiapsiagaan setiap struktur di masyarakat terutama dalam perlindungan bagi anak disituasi tanggap darurat.” Jelas Ivan yang hadir membawakan materi secara online lewat zoom meeting.

Ia menambahkan, bahwa kejadian bencana bisa memberikan dampak positif dan negatif bagi perkembangan anak.

“Dalam situasi darurat dan pasca bencana, anak-anak membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk bisa kuat, berkembang, tetap bisa belajar dan menunjukan daya tahan. Oleh sebab itu ChildFund Internasional bekerjasama dengan mitra di setiap wilayah selalu mengupayakan penguatan kapasitas pemerintah desa karena desa memiliki potensi yang sangat besar dalam membangun ketahanan desanya.” Tutupnya.

Senada Ivan, Reny Haning menegaskan bahwa Childfund akan selalu memberikan edukasi kepada setiap elemen pemerintah dan komunitas dari pemerintahan terbawah (desa dan kelurahan) lewat pembentukan Desa san Kelurahan Tangguh bencana di wilayah kerja Child Fund untuk meminimalisir terjadinya resiko terhadap anak saat bencana dan kekerasan terhadap anak (seksual dan lainnya).

“Hal ini penting dilakukan karena saat bencanapun bahkan menjadi ajang terjadinya kekerasan dan kejahatan terhadap anak yang rentan karena kondisi kacau balau akibat bencana, semua orang korban bencana harus terpisah dan dikumlulkan di suatu kamp pengungsian. Kita bersama Yayasan Cita Masyarakat Madani ingin memastikan anak-anak korban bencana aman dari misalnya serabgan penyakit, ketersediaan kebutuhan air, tempat tidur, MCK, pangan dan sandang, tempat bermain yang aman bencana dan aman kekerasan dan kejahatan terhadap anak. Apalagi di era digital yang memungkinkan makin mudahnya jaringan pelaku kejahatan dan kekerasan melancarjan aksinya.” Ujar Reny.||jb