Gali dan Perkenalkan Makna Historis dan Budaya Dalam Kain Tenun Songket Manggarai, UPTD Gelar Sosialisasi

  • Bagikan

KOTA KUPANG, TOPNewsNTT|| UPTD Museum NTT kembali menggelar Sosialisasi Kain Tenun Songket Manggarai dengan thema “Kain Tenun Literasi Peradaban Masyarakat Manggarai” di Kupang (Kamis, 24/11).

Kepala UTPD Museum NTT Aplinuksi Asamani,S.H.,M.Si dalam sambutannya menjelaskan tujuan umum adalah demi memperkenalkan makna historis dan budaya yang terkandung dalam Kain tenun songket Manggarai bagi masyarakat Manggarai kepada masyarakat luas.

UPTD Museum NTT juga ingin menegaskan kepada masyarakat NTT bahwa kain Songket Manggarai adalah salah satu benda kolelsi Museum NTT yang mengandung multi makna bagi masyarakat Manggarai.

Dengan mengenal makna historis dan budaya dalam Kain Tenun Songket Manggarai, diharapkan ada kesadaran semua pihak terutama masyarakat Manggarai untuk bangga, mencintai, menghargai, merawat, melestarikan  dan memelihara kain Tenun Songket sebagai kekayaan budaya dan benda koleksi masyarakat Manggarai dan NTT pada umumnya.

Aplinuksi mengungkapkan bahwa masyarakat NTT harus bangga akan kekayaan benda koleksi yang dimilik provinsi ini.

“NTT memiliki keragaman budaya yang tersebar di bumi Flobamorata, Sabu, Rote. Keragaman budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur tercermin dari berbagai budaya baik rumah adat, sistem kesenian, sistem organisasi tradisional, corak ragam kain tenun, sistem mata pencaharian, atraksi budaya, atraksi seni, benda-benda hasil karya budaya dan lain-lain. Hal ini, mau menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang menjadi potensi besar dalam pembangunan manusia yang berkarakter dan berbudaya.” Ujarnya.

Seluruh tatanan budaya ini, tambah Aplinuksi,  hendaknya menjadikan museum sebagai pusat informasi dan pusat publikasi yang menjadi daya tarik bagi generasi dan masyarakat luas untuk menjadikan budaya sebagai landasan pijak dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Keberagaman ini, lanjutnya, mengingatkan dan tentu memberikan pesan bagi kita atau pesan bagi generasi muda sebagai penerus kehidupan untuk memahami tentang kain tenun Manggarai merupakan salah satu benda koleksi Museum yang perlu digali informasi terkait dengan nilai historis dan nilai peradaban bagi masyarakat di Kabupaten Manggarai.

Hal ini menjadi penting untuk pengetahuan dan proses pembelajaran tentang nilai historis dan nilai budaya yang terkandung dalam kain tenun Manggarai. Bagi pemerhati yang memiliki kepedulian dan kepekaan terhadap benda-benda koleksi Museum, maka kajian terhadap suatu benda bersejarah menjadi penting dalam kehidupan masyarakat dan bermanfaat bagi generasi penerus bangsa.

“Oleh karena itu, museum berupaya untuk selalu melakukan kajian terhadap seluruh benda koleksi Museum untuk dapat meningkatkan pemahaman publik tentang nilai yang terkandung dalam kain songket Manggarai.” Tutup Asamani.

Pemateri dalam sosialisasi ini adalah Dra.Rosalia Idam,Drs.Zacarias Angkasa,M.Si dan Dr.Wenseslaus Gampur,S.Pd,M.Si.

Peserta dari Disparker NTT, Disperindag NTT, Dekranasda NTT, AMIDA NTT, Para Pemerhati Budaya, Himpunan Mahasiswa Program Studi.

Sementara ketua Panitia pelaksana, Andre da Silva menyebutkan tujuan khusus kegiatan adalah menyebarkan informasi, tingkatkan pengetahuan publik tentang nilai historis dan budaya dalam kain Tenun Songket Manggarai,  perkenalkan tentang benda-benda koleksi dan artikulasi dibalik benda koleksi Kain Tenun Songket Manggarai, tingkatkan kesafaran masyarakat dalam merawat benda-benda peninggalan leluhur, sebagai bukti peradaban masa lampau, serta sadarkan masyarakat untuk pelihara budaya masyarakat.

Dra.Ros Idam menjelaskan bahwa kain Songket Manggarai bukan langsung di tenun saja tapi diikat baru ditenun. Dan proses pewarnaan dengan bahan alami sehingga memakan waktu cukup lama yang membuat mahal harganya.

Ros menyebut kain tenun Manggarai di kenal dalam dua je is yakni Lipa Todo dan Songket.

Lipa Todo didominasi warna hitam, putih dan merah.

Songket Manggarai juga terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsi dan dipakai oleh strata masyarakay ynag berbeda.

Bahan dasar benang kain songket Manggarai awalnya dibuat dari tanaman bakau lalu beralih ke kapas karena perkembangan jaman. Tapi saat ini karena kapas mulai langka maka penggunaan benang berlaih ke bennag sintetis. Namun saat ini penenun mulai kembali ke bahan benang kapas walau bahan tenunan menjadi berat tapi tenunan Songket Manggarai akan lebih bertahan lama sampai puluhan tahun.

Karena kebutuhan maka sekarang dimix antara bahan kapas dan benang sintetis.

Seperti kain tenun ikat  Masyarakat NTT pada umimnya, Ragam Hias kain tenun songket Manggarai terdiri dari beberapa jenis.

Corak-corak songket ada yang ditenun rapat memenuhi bidang kain, adapula yang mengisi sebagian bidang lain, dan ada yang berserakan menyebar dengan jarang memnuhi seluruh bidang kain seperti terdalat pada songket daerah Donggala, Sulawesi Tengah, Songke Rembong di wilayah Manggarai Timur.

Fungsi kain Songket Manggarai dipakai dalam keperluan berbeda sesuai fungsi kain songket tersebut seperti untuk keperluan sehari-hari dan situasi khusus, misalnya pernikahan, kematian, upacara religi dan untuk moment negara.

Penggunaannya juga berbeda bagi tingkatan strata masyarakat, yakni untuk golongan masyarakat biasa, menengah dan atas atau keluarga bangsawan.

Drs.Zacarias Angkasa menambahkan bahwa kain tenun ini di Manggarai disebut Songke, bukan Songket.

“Jadi penyebutan kain tenun Manggarai adalah Songke dan bagi masyarakat Manggarai dan mengandung makna magis dan religius.” Ujar Zacarias.

Secara fungsi kain tenun Songke di kalangan masyarakat  Manggarai  adalah untuk penggunaan sehari-hari, sebagai balasan atas mas kawin (Lipa Widang) yang dibawa oleh calon mempelai pria pada peminganan, upacara kematian, kain tenun dipakai sebagai pembungkus jenasah (Lipa Rokot) dan disimpan untuk keluarga duka, berbagai upacara adat, penari, upacara keagamaan dna souveni

Makna kebesaran strata golongan masyarakat juga ada dalam pembuatan ragam dan cara penggunaan kain songket Manggarai.

Kain Songke Manggarai di dominasi warna hitam, orange, biru, kuning dan putih dengan dominasi bunga kecil. Namun secara umum kain tenun  Manggarai didominasi warna hitam, merah dan putih.

Dalam masyarakat Manggarai, Kain Songke dipakai ke moment penting seperti ke gereja sedangkan bagi kaum pria menggunakan kain tenun mangko jika akan ke masjid.

Kain Songke Jok yang berarti lebar dipakai oleh para bangsawan (kraeng), sedangkan bagi golongan rakyat biasa di sebut “Leke atau ata lengge“. Namun saat ini tidak ada lagi perbedaan penggunaan jenis kain untuk bangsawan dan rakyat, semua yang punya uang dna bisa membeli maka ia bisa menggunakannnya. Dan semua orang bisa menggunakan kain songket Manggarai dengan bebas.

Kata Songket berasal dari istilah Sungkit (Melayu) yang artinya mengait atau mencungkil yang berkaitan erta dengan teknik pembuatannya yang mengambil sejumput benang pakan, lalu menyelipkan benang warna merah pada bisang horisontal (lungsi) dalam rangka membentuk ragam hias tenunan.

Literasi peradaban kain Songke pada masyarakat Manggarai yakni adat budaya, religi, histori tergambar dari jenis ragam corak, warna, ukuran kain.

Motif dalam kain Manggarai adalah motif ronggong, matang puni, matang bengkar, wela timung, matang manuk (mata ayam), Su’i (garis batas), lolo cumbi/jok (tumpal/pucuk rebung), motif wela kaweng, wela runu (s), wela bintang, matang ntewar (ulat sutera) dan warna hitam.|||juli br

 

  • Bagikan