Dialog Pembangunan Peternakan Babi Di NTT, PRISMA dan Dinas Peternakan Gelar Lokakarya

KUPANG, TOPNewsNTT|| PRISMA berkolaborasi dengan Pemprov.NTT, program kemitraan Pemerintah Indonesia menggelar Lokakarya Mendiskusikan Pembangunan sektor Babi NTT dengan thema “Menumbuhkan Pasar, Mengakarkan Pengetahuan” (Senin, 27/11).
Lokakarya bertujuan membahas pencapaia dalam pembangunan sektor ini serta berbagai upaya ke depan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan bagi peternak babi rumahan.
Dr.drh.I Ketut Wiraya,M.Si, Kepala Balai Veteriner Denpasar Kementerin Pertanian RI menyampaikan fakta bahwa provinsi NTT sebagai provinsi dengan sumber daya peternakan yang sangat besar.
Ada beberapa penyakit hewan menular yang menyebar di daerah perternakan tinggi salah satunya yang cukup menghawatirkan yakni ASF.
“Tapi hari ini saya mau kabarkan bahwa peternakan di provinsi NTT sampai pagi masih terkonfirmasi bebas PMK. Tidak banyak provinsi demgan populasi ternak terbesar terutama babi yang terkonfirmasi bebas dari penyakit menular seperti ASF. Wilayah dengan polulasi hewan ternak terbesar seperti sebagian Papua, Papua Barat, Papua pegunungan dan Maluku masih dideteksi terdapat penyakit ASF, tapi NTT sebagai wilayah dengan populasi ternak paling banyk, masih bebas ASF.” Ujar Ketut Wiraya.
Selain itu peran dari provinsi NTT dalam mensuplai daging nasional menurut data tidak kurang 75 rb ekor yang setara daging 2.500 ton daging yang disiapkan nasional. Dan ini potensi peternakan luar biasa untuk NTT. Namun kita masih harus berusuan dengan salah satu penyaiit hewan lainnya penyakit demam afrika (ASF). Dan sejak 3 tahun terakhir cukup berpengaruh dengan sendirinya kehidapan perternakan NTT dimana perternakan babi lebih didomoniasi oleh peternakan skala rakyat.
I Ketut Wiryana Untuk penyakit hewan ASF belum ditemukan vaksin yang cukup baik yNg mampu mencegah penularan ASF.
“Kemetan sudah berusaha untuk lakukan beberapa hal termasuk juga budaya bisa ciptakan suatu temukan vaksin ASF, namun seperti juga negara lain ilmuwan lain sampai saat ini belum mmpu untuk menemukan vaksin yang cukup efektif. Kementan sudah mampu hasilkan serum yang efektif untuk menanggulangi ataupun mencegah dampak lebih buruk lagi dari wabah ASF yang terjadi.
Selain peternakan babi yang merupakan perternakan rakyat kita sudah berupaya terus untuk lakukan langkah-langkah pengendalian penyakit ASF melakui peran pemerintah sebagai fungsi regulator pengaturan lintasan, pelayanan kesehatan hewan untuk menanggulangi dan meminimalisir penyakit ASF. Pemerintah menyadari pengendalian suatu penyakit tidak akan mampu dilakukan sendiri saja tapi peran masyarakat dan semua pihak juga penting untuk ikut menanggulangi.
Kita beruntung di NTT ada lembaga PRISMA yang konsern terhadap rakyat dan perekonomian masyarakat, yang melalui program-programnya PRISMA sudah lakukan beberapa langkah yang terbukti efektif untuk pembelajaran kepada masyarakat.
PRISMA juga konsern terhadap perekonomian masyarakat karena tidak ada manfaat secara ekonomi jika tidak ada pengaturan secara lintasan ternak terutama babi dari satu wilayah ke wilayah lain dari NTT dan PRISMA membantu memastikan ternak NTT bebas ASF. Untuk mendukung hal itu, PRISMA sudah menghibahkan peralatan uji atau deteksi dini portable penyakit hewan yang mudah-mudahan bisa dimanaaftkan untuk deteksi dini terhadap ternak-ternak yang akan dilalulintaskan antar provinsi diluar NTt sehingga pengendalian penyakit ASF bisa dilakukan. Sehigga suatu saat NTT dengan ternak babi cukup tinggi bisa terbebas dari ASF.
Harapan pemda dan masyarakat apa yang sudah diinisiasi oleh pemda dan PRISMA dapat menjadi sebuah program berkelanjutan.
Tahun 2024 PRISMA akan selesai dan kita tidak mau begitu ditiggalkan kita akan kembali ke masa kegelapan. Semoga apa yang sudah dilakukan pemda.NTT dan PRISMA mampu tingkatkan pemahaman dan pengetahuan dari masyarakat peternak sehingga harapannya pembanguna peternakan di NTT bisa berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraann masyarakat NTT.
Sophie Roden dari Kedubes Australia di Jakarta mengatakan bahwa PRISMA sudah menggandeng berbagai pemangku kepentingan untuk bersama mengatasi berbagai kendala di sektor peternakan terutama untuk pengembangbiakan ternak babi dan pendekteksian kesehatan ternak babi.
Pemerintah Australia telah menjalin berbagai kemitraan jangka panjang dan kerja sama yang erat dengan berbagai pihak di kawasan timur Indonesia, tidak terkecuali NTT.
Kami telah menjalankan serangkaian program yang bekerja sama dengan pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta pada sejumlah area, di antaranya melalui program SKALA, INOVASI, SIAP SIAGA, AIHSP, dan tentu saja PRISMA.
.
Loka karya ini merupakan sebuah pencapaian
kulminasi satu dekade kemitraan Australia pada sektor peternakan babi di NTT melalui
PRISMA.
Kemitraan ini telah menggandeng berbagai pemangku kepentingan baik di pemerintahan maupun sektor swasta untuk bersama-sama mencapai pertumbuhan, ketangguhan, dan keberlanjutan pada sektor peternakan babi.
Kami percaya, melalui kemitraan ini kita dapat mencapai lebih banyak hal dibandingkan jika melakukannya sendiri, dan melalui kemitraan pula kita dapat mempertahankan kesuksesan
untuk jangka waktu yang panjang.
Dialog untuk merefleksikan sejauh mana kemajuan kemitraan yang kita bangun bersama ini, serta secara kolaboratif mendiskusikan tantangan hari ini dan peluang dimasa mendatang.
Di NTT Peternakan babi adalah sektor yang
krusial baik untuk peternak, pebisnis, dan untuk perekonomian karena pendapatan dari usaha ternak babi merupakan jaring pengaman penting bagi peternak dan petani skala kecil, dimana sekitar 900.000 rumah tangga bergantung dari usaha peternakan babi.
PRISMA memulai mengembangkan pasar pada tahun 2013 untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dan peternak skala kecil. Sejak saat itu, lebih dari 125.000 (126.610) rumah tangga petani dan peternak skala kecil
mengalami peningkatan pendapatan sebesar 304 persen, menunjukkan dampak nyata dari
program ini.
Masa kerja PRISMA di NTT adalah selama 10 tahun bekerja pada sektor peternakan di NTT dan fokus pada peningkatan kualitas pengembangbiakan babi, pakan ternak, dan kesehatan ternak karena berkaitan secara langsung dengan pertumbuhan dan ketahanan keseluruhan sektor ini.
“Program PRISMA akan selesai di penghujung 2024, dan saya bangga bisa berada di sini
menjadi bagian dari penyerahan pekerjaan penting yang telah kita lakukan hingga saat ini
dan menjadi bagian dari diskusi masa depan untuk pengembangan pasar. Meskipun menghadapi kendala wabah kolera babi dan Demam Babi Afrika (African Swine Fever! ASF), kemajuan tetap dapat dicapai di sektor ini. Para peternak, setelah merasakan manfaat dari bibit dan pakan berkualitas, menunjukkan ketahanan selama masa-masa sulit.” Ujarnya.
Pada tahun 2022, PRISMA secara strategis beralih ke upaya-upaya pemulihan, berkolaborasi dengan pemerintah NTT untuk meluncurkan kampanye kesadaran ASF, yang
kemudian berkembang menjadi inisiatif biosekuriti yang komperhensif.
Pada tahun 2023, bukti pemulihan sektor babi mulai terlihat, dimana kandang-kandang babi
mulai terisi dan para peternak telah mengadopsi langkah-langkah biosekuriti.
Menyadari tantangan besar dari perubahan iklim, PRISMA juga bekerja untuk membangun ketahanan melalui peningkatan langkah-langkah biosekuriti dan mendukung mitra untuk mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan, seperti pembangunan fasilitas pengolahan limbah di peternakan.
Menyadari peran signifikan perempuan dalam pemeliharaan babi, intervensi PRISMA juga telah meringankan beban kerja bagi perempuan, menciptakan peluang untuk kegiatan tambahan penghasilan
Komitmen PRISMA terhadap ekonomi yang inklusif terlihat dalam strateginya bagi peternak dengan disabilitas. Inisiatif melibatkan penambahan sulih teks atau subtitle di materi-materi promosi dan penyediaan konten dalam bahasa daerah setempat (Tetun, Kupang, dan Dawan).
Terima kasih sekali lagi atas sambutan hari ini dan atas kemitraan serta upaya anda untuk membangun sektor yang sangat penting di NTT.
Australia berkomitmen untuk terus mendukung upaya strategis dalam pemulihan dan pengembangan sektor peternakan babi di NTT.
Kami berharap bahwa melalui lokakarya ini, kita dapat saling berbagi pengetahuan,
mengembangkan solusi-solusi baru, dan memperkuat tekad kita untuk menghadapi
tantangan masa depan.
Kadis Peternakan Provinsi NTT Yohana E.Lisapaly mewakili Pj.Gubernur NTT sampaikan sambutan dan membuka lokakarya mengatakan sejak adanya ASF sudah menulari 500 rb ekor babi yang mati.
Ia berterima kasih kepada PRISMA yang sudah berkolaborasi dengan pemda NTT dalam hal pembangunan ternak babi di NTT dan pemberantasan penyakit ASF.
Kampanye kesadaran ASF oleh PRISMA sangat membantu sektor peternakan babi di NTT seperti kegaiatan siar ASF, radio show lokakarya dan kampanye dan edukasi melalui banner stiker, flayer, video dan media sosial tentang penyakit ASF yang melibatkan komedian dan influencer asal NTT KABOAX . Terima kasih juga atas pemberian 3 unit alat portable untuk deteksi ASF yang ditempatkan di Sumba, Sikka dan di Kupang di Lab veteriner.
Yohana menjelaskan bahwa hewan babi yang mati setelah intervensi PRISMA makin berkurang setiap tahunnya.
Sementara Jarot Indarto, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas.RI) dalam sambutannya sampaikan bahwa NTT merupakab provinsi dengan populasi ternak babi tertinggi di Indonesia, sehingga industri bbai di NTT memilik peran strategis dalam mendukung strategi ketahanan pangan, perekonomian masyarakat kecil, dan pembangunan nasional. Tantangannnya adalah serangan penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika sejak 2019 sebabkan kematian ratusan ribu ekor ternak babi dan diperparah dengan ancaman PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang butuh inovasi para aktor dibidang ternak babi mencari solusi mengatasinya.
“Salah satu prioritas dalam transformasi sistem pangan di Indonesia adalah dengan kemitraan bisnis inklusi melalui penguatan kerjasama pemerintah dengan badan usaha atau public-private partnership. Maka kehadiran semua pihak dalam lokakarya ini akan menciptakan kolaborasi dan sinergi di industri ini. Saya berharap lokakarya ini menjadi media dialog yang intensif dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan, gagasan dan pengalaman demi Bappenas akan terus mendukung upaya strategis dalam pemulihan dan pengembangan industeri ternak babi di NTT.” Ujar Jarot menutup sambutan.
Kegiatan ditutup dengan workshop oleh pakar-pakar di bidang peternakan babi baik dari pemerintah, produsen pakan ternak, akademisi dan testimoni 2 peternak babi sukses dari Sumba dan Kupang.|| jbr