Kupang, TopNewsNTT||SMAN 10 Kota Kupang sebagai salah satu Sekolah Penggerak di NTT dibawah kepemimpinan Kepala Sekolah Drs.Daniel Bolle menyelenggarakan kegiatan “Festival Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila” dengan tema “Bhineka Tunggal Ika” semester genap T.P 2021/2022 di Tingkat SMA Negeri 10 Kupang Tahun 2022 pada Sabtu, 17/6.

Bertempat di lapangan olah raga SMAN 10 di kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Festival yang diikuti oleh seluruh siswa kelas 10 dan 11 jurusan IPA dan IPS ini berlangsung meriah dan penuh suasana kekeluargaan serta dihiasi keceriaan dan keakraban dari warga sekolah. Hal ini terekam media saat penampilan seni dan kreatifitas para siswa baik pemain band yang terdiri dari siswa dan guru pembimbing, tarian, dance, nyanyi duet dan solo, peragaan busana san pidato. Riuh rendah suara tawa san tepukan tangan memberikan kesan bahwa jiwa dari Profil Sekolah Penggerak dengan tujuan mencipatakan Profil Pelajar Pancasila sudah mulai tercapai di sekolah yang terletak di atas bukit ini.
Wakasek Kurikulum Rosalina Yewang,S.Pd dan juga ketua panitia kegiatan dalam laporannya mengatakan bahwa sebagai salah satu sekolah penggerak di Kota Kupang, SMA Negeri 10 Kupang menggunakan Kurikulum Merdeka dimana dalam satu Tahun Ajaran wajib menyelenggarakan pembelajaran Intrakurikuler, Ko Kurikuler dan ekstra kurikuler.
“Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan pembelajaran kokurikuler yang bertujuan untuk membentuk profil pelajar yang berkarakter Pancasilais.” Ujarnya.
Dalam satu tahun pelajaran, sambungnya, SMA Negeri 10 Kupang melaksanakan 3 tema Projek yang dilaksanakan selama 1 tahun Ajaran, 2 tema sudah dilaksanakan pada semester ganjil yaitu bagunlah jiwa dan raganya dan suara demokrasi serta 1 tema dilaksanakan pada semester genap dengan tema Bhineka tunggal ika.
“Festival Projek merupakan salah satu wadah yang digunakan oleh satuan Pendidikan sebagai sarana untuk memamerkan hasil panen karya peserta didik di dalam satu semester. ” Pungkasnya.

Tema bhineka tunggal ika, lanjutnya Ros, “mewajibkan peserta didik memiliki keterbukaan mindset terhadap konsep baru khususnya terkait toleransi, pluralisme, dan keragaman indonesia, serta memiliki pengetahuan tentang perkembangan toleransi di Indonesia Banyaknya masalah sosial terkait yang terjadi saat ini karena kebanyakan masyarakat tidak mengidentifikasi keragaman sebagai identitasnya. Hanya menghadirkan keragaman tanpa membicarakannya secara kritis tidak akan sampai pada penerimaan tentang keragaman, apalagi memanfaatkannya untuk sama-sama membangun bangsa. Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu adanya kemampuan berpikir kritis atau critical thinking dan pemahaman tentang inklusi sosial bagi anak muda, untuk membentuk masyarakat yang siap menerima perbedaan hingga pada level pola pikir, memiliki kemampuan berdialog, dan memiliki kemampuan bertukar pikiran secara terbuka. Menyadari bahwa semua orang tanpa terkecuali dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, serta dapat memahami sudut pandang yang berbeda-beda, secara aktif berpartisipasi untuk menyuarakan keragaman dan demokrasi, serta menerima keragaman sebagai identitas Indonesia.” Paparnya.
Proyek ini, sambungnya, dimulai dengan tahap pengenalan, murid diajak mengenali dan menggali lebih dalam tentang berbagai keragaman individu dan budaya. Serta mengenal berbagai peran individu dalam demokrasi, serta mengenal konsep inklusi sosial. Setelah tahap pengenalan, murid masuk dalam tahap kontekstualisasi dengan melakukan riset terpadu dan mandiri, serta melihat konteks lingkungan sekitar yang berkaitan dengan keragaman dan inklusi sosial. Selama proses projek ini berjalan, murid tidak hanya membentuk pengetahuan, namun juga membangun kesadaran dan melakukan penyelidikan secara kritis sehingga pada akhirnya dapat merencanakan solusi aksi dari situasi yang telah mereka ketahui dan pahami.”
Di tahap ini, murid menuangkan aksi nyata mereka dengan membuat rancangan fasilitas publik yang inklusif bagi komunitas sekolah maupun untuk komunitas diluar sekolah, sebagai aksi nyata dalam membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Sementara kepala SMAN 10 Kota Kupang, Drs.Daniel Bolle dalam sambutannya dan wawancara khusus mengatakan bahwa pada Festival projek semester genap ini bukan saja memamerkan hasil pekerjaan peserta didik melalui pameran karya, tetapi pameran karya juga berupa pementasan drama dengan tema bhineka tunggal ika, pentas seni, fasion show dan bazar yang dilengkapi juga dengan games berhadiah.
“Sementara tujuan kegiatan Festival Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini agar peserta didik mampu untuk memahami Pofil Pelajar Pancasila pada dimensi: Kebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan Kreatif pada sub Elemen Profil Pelajar Pancasila.” Jelasnya.
Lalu tujuan berikut agar siswa mengenal dan menghargai budaya, berkeadilan Sosial, Menganalisis dan mengevaluasi Penalaran dan prosedurnya serta Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan dengan rasa percaya diri.
Agar Peserta didik dapat memamerkan produk atau hasil karya yang dihasilkan selama kurang lebih selama semester genap.
Dalam Festival ini siswa memperkenalkan program sekolah penggerak melalui pembelajaran projek penguatan profil pelajar Pancasila kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar
Guru yang terlibat sebanyak 35 orang 4, Pegawai sebanyak 7 Orang 5, Pengurus Komite SMAN 10 Kupang 6, pemerintah Kota Kupang kelurahan Fatukoa 7. SMPN 17 dan 18 Kupang 8. Simpatisan.
Daniel berharap dari kegiatan ini peserta didik mampu lebih memahami Pofil Pelajar Pancasila pada dimensi: Kebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan Kreatif pada sub Elemen Profil Pelajar Pancasila: Mengenal dan menghargai budaya, Berkeadilan Sosial, Menganalisis dan mengevaluasi Penalaran dan prosedurnya serta Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.
“Pada penampilan mereka berupa project ini, maka mereka akan peroleh nilai mata pelajaran masing-masing.” Ujar Daniel lagi.
Dan mampu memperkenalkan Program sekolah penggerak dengan pembelajaran projek penguatan profil pelajar Pancasila kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar.
Akan banyak peserta didik di tahun ajaran baru yang memilih SMA Negeri 10 Kupang sebagai tempat bersekolah.
“Pada semester depan kita akan menggelar festival Kewirausahaan. Sedangkan pada tahun ini Bhineka Tunggal Ika dan Launching logo SMAN 10 sebagai Profil Pelajar Pancasila.
Ia juga berharap pemerintah provinsi NTT lewat APBD 1 dapat mendukung terwujudnya tujuan profil pelajar Pancasila di sekolah ini dengan kontribusi anggaran APBD 1 provinsi.|| juli br