DPRD NTT Siap Dukung Pembangunan Jembatan Palmerah Dan PLTAL-Larantuka

Kupang, TopNewsNTT.Com|| Senin, 9 September 2024 Tim Tidal Bridge Indonesia bersama mitra kerja dari Belanda sebagai investor melakukan pertemuan dengan anggota DPRD NTT terpilih periode 2024-2029 di ruang komisi IV sebagai bagian dari agenda kunjungan ke NTT selama 3 hari (9 -11 September 2024)

Selain dengan DPRD NTT, Tim Tidal Bridge rencananya juga akan melakukan audiensi dengan Pemda NTT yang dijadwalkan Senin, 9/9.

Dari Tim Tidal Bridge Indonesia yakni Mr. Erick van den Eijnden (CEO Tidal Bridge BV, Nederland), Andre Hogeveen (COO Tidal Bridge BV, Nederland), Latif Gau ( Direktur Utama PT. Tidal Bridge Indonesia dan Andre Koreh ( Kuasa Direktur PT. Tidal Bridge Indonesia-Laranruka).

Kunjungan dan audiens ini dilakukan dalam hubungannya dengan akan ditandatanganinya MOU Empat Pihak antara Pemda NTT, Kementrian PUPR, PT Tidal Bridge Indonesia, PT PLN Persero (Tbk) dalam rangka merealisasikan Pembangunan PLTAL (Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut) Larantuka-Flotim NTT pada tgl 5 September 2024 dalam acara Indonesia International Sustainability Forum di Jakarta Convension Centre ( JCC).

Agenda audiens yakni Tindak lanjut MOU Empat Pihak dan mendengarkan saran dan masukan Pemda NTT untuk kelancaran pelaksaan PLTAL – Larantuka.

Tim Tidal Bridge Indonesia diterima oleh anggota DPRD NTT Terpilih periode 2024-2029 yakni ketua komisi 4 Nelson Matara, ketua sementara DPRD provinsi NTT Fernando Soares dan dihadiri oleh anggota DPRD terpilih lainnya dari Partai PKB, PSI, Golkar, Nasdem, PDIP dan Gerindra.

Dalam pertemuan ini Ir.Andre Koreh yang merupakan mantan Kadis PUPR NTT dan sebagai penanggungjawab pembangunan dua mega project ini menjelaskan bahwa jembatan PALMERAH akan tetap diperjuangkan. Dan salut kepada PT TIDAL Bridge yang sudah mengucurkan anggaran $USD7M dan Pemda.NTT bahkan sejak awal sudah mengucurkan Rp1,5M dan lewat pertemuan ini berharap DPRD NTT dapat mendukung pembangunan Jembatan Palmerah yang ada PLTAL. Karena pembiayaan project ini berasal dari Belanda senilai USD $10M dan pengembaliannya adalah PLN akan membeli listrik yang dihasilkan.

Seluruh anggota DPRD NTT pada intinya setelah mendengarkan penjelasan tentang jembatan Palmerah dan PLTAL yang akan dibangun, konsepnya yang ramah lingkungan bahkan memberi efek domino bagi masyarakat sekitar, pembiayaan dari bank FMO Belanda dan sistem pinjaman dan pengembaliannya (jembatan membiayai diri sendiri dari listrik energi terbarukan yang dihasilkan dan bisa dibeli oleh PLN dengan harga sekitar USD$11cen) dan bisa dijual oleh PLN ke masyarakat dan industri, yang saat ini pasar global menuntut produk yang masuk kesana harus diproduksi menggunakan energi terbarukan, akhirnya sesuara menyetujui mendukung penuh pembangunan Jembatan Palmerah Larantuka.

Bahkan Nelson Matara meminta Fernando Soares sebagai pimpinan sementara Ketua DPRD NTT agar menkomunikasikan ke Presiden Terpilih Prabowo Subianto agar project ini harus segera dilaksanakan.

Tim Tidal Brigde Indonesia dan Tim dari Belanda menjelaskan bahwa pemprov NTT sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp1,5M untuk studi awal pembangunan jembatan, namun total biaya yang dibutuhkan memcapai Rp5 triliun, dan menjadi kendala utama pembangunan proyek ini sehingga butuh investor untuk melanjutkan pembangunan.

Jembatan Palmerah yang dilengkapi turbin pembangkit listrik tenaga air laut akan menghasilkan aliran listrik energi terbarukan dengan kapasitas awal 45 sampai 100 Mega Watt.

Mr.Erick van den Eijnden (CEO Tidal Bridge BV, Nederland) menjelaskan bahwa pada dasarnya kita juga sangat ingin dan sudah sering ke suni sejak 2015 dan bagaimabaoun gifihnya kita usahakan ini dan jika tidak ada dukungan penuh dari masyarakat, pemerintah, legisltaif dan semua pihak terkait, walaupun project ini punya manfaat lebih selain jembatan yang akan menghubungkan dua wilayah, Larantuka-Adonara, akan ada manfaat bagi pariwisata dan ekonomi, ada turbin pembangkit listrik, ada duit, potensinya luar biasa, tapi mengapa tidak jalan? Maka dibutuhkan dukungan dari semua pihak. Dan ini menuju tahap krusial, tahap akhir menuju MoU pembangunan dengan ketua DPRD yang baru san penjabat gubernur yang baru, maka akan bisa lebih cepat.

Sementara Andre Hogeveen (COO Tidal Bridge BV, Nederland) menjelaskan bahwa ia juga sudah ikut dari awal dan sebagai bagian teknis operasionalnya pembangunan jembatan, dan banyak sekali potensi dan ada misi kemanusiaan karena ada energi terbarukan untuk kebutuhan publik.

“Kita bicara tentang energi arus laut di Larantuka potensi sangat besar dan konsiten untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan aliran listrik sebagai energi terbarukan. Ini bukan teknologi baru sebenarnya hanya tinggal dibuat dengan memanfaatkan arus laut yang besar dan konsisten seperti kincir angin misalnya. Di Belanda sudah dibuat inovasi ini dan kami ingin kembangkan di Indonesia. Turbin berbentuk surp sehingga akan bergerak bolak balik mengikuti arus laut yang konsisten dengan menggunakan turbin dibawah jembatan yang menghubungkan Larantuka dna Adonara. Semua proses sudah kami lalui dan AMDAL baik dari Belanda dan Indonesia sudah dilakukan. Hanya karena tertunda  maka AMDAL Indonesia 3 tahun saja sudah kadaluarsa jika tidak ditindaklanjuti pembangunannya. Project ini sudah di setujui dan ditandatangani oleh mantan gubernur Frans Lebu Raya. Turbin dibawah jembatan ini akan menghasilkan listrik sampai 45 MW hingga 100 MW. Dari jembatan ini akan membiayai diri sendiri dari penjualan listrik dan biaya tidak sampai Rp5M yakni jembatan Palmerah dengan turbin PLTAL Larantuka.” Jelas Mr.Eric yang diterjemahkan oleh Latif Gau.

Diakhir pertemuan Tim Tidal Bridge meminta komitmen DPRD NTT untuk mendukung agar pelaksanaan pembangunan jembatan Palmerah sesegera mungkin dilaksanakan dalam waktu singkat. Usai pertemuan dengan DPRD NTT Tim Tidal Bridge Indonesia dan Nederland melakukan audiens dengan Penjabat Gubernur NTT Dr.Andriko Noto Susanto,S.P.M.||jbr