Di Support Pemprov dan DPRD NTT, Jembatan Palmerah dan PLTAL Larantuka Bakal Dibangun Akhir 2024

NTT, TopNewsNTT.Com|| Tim Tidal Bridge diwakili CEO Tidal Bridge Indonesia Latif Gau menjelaskan bahwa dalam pertemuan dengan Pj.Gubernur NTT Andriko Noto Susanto, setelah mendengar penjelasan terkait rencana pembangunan Jembatan Palmerah plus PLTAL Larantuka menyebut tanpa harus banyak pertimbangan, seharusnya mega project  tersebut sudah harus dibangun. Tapi mengapa harus tertunda sekian lama? Karena itu PJ.Gubernur langsung saja menyetujui pembangunan Jembatan Palmerah dan PLTAL Larantuka, karena akan membawa manfaat domino bagi NTT yakni sebagai sarana transportasi yang akan menghubungkan Pulau Larantuka dan Adonara, menjadi item pariwisata, menumbuhkan ekonomi masyarakat (UMKM), dan dibawah jembatan akan dibangun turbin yang akan menghasilkan energi listrik terbarukan 45-100 Mega Watt, maka Andriko langsung mengatakan bahwa ini adalah sebuah project yang tidak harus dipertimbangkan terlalu lama, tapi harus segera dilaksanakan.

This is the first day for him and He said no brainer, artinya merem aja udah. Karena ini bagus sekali karena mereka (pemda.NTT) adalah beneffitsary (penerima manfaat), they need this. Kalau bahasa Belanda itu No Brainer. This is first day for him and he said no brainer to sign that MoU, kalau perlu saya datang ke Jakarta dan tanda tangan sama OPD yang lain. Karena menurut penjabat gubernur mereka (pemda.NTT) hanya penerima manfaat. Jadi tadi sudah paraf-paraf semua, PUPR disini, lingkungan and employe semua, malah beliau bilang kalau perlu I am Fligth to Jakarta.” Ujar Latif Gau menjelaskan respon pj.Gubernur.

Bahkan, lanjut Latif, “Beliau memberi instruksi agar paling lambat Rabu, 10 September sudah harus ditandatangani MoU antara PLN, PUPR, TIDAL dan Pemprov.NTT. We just waited, but PUPR is clear and okay, and we have to finish to sign together that MoU. Makanya penjabat nyatakan it’s no brainer, and very stupid if the goverment let it away. Becauses for NTT, for the peoples have many benefit. We have a project and the budget, so why not.” Ujar Latif menirukan pernyataan pj.gubernur.

“Karena itu kami sepakati tadi harus segera mulai membangun tahun ini. We have to star the pilot project this year, as long as we have to join development study agreement  with PLN, only with PLN, then we can study piloting, review and engeniring.” Tegas Latif terkait komitmem Tidal Bridge Indonesia.

Latif mengatakan bahwa hari ini ada progres yang menggembirakan dari dua pertemuan yakni dengan Legislatif dan pemerintah yang sama menyetujui,

“Kami sangat gembira dan sekarang dari penjabat gubernur di hari pertama ia bertugas, maka ia katakan segera laksanakan. Rabu besok ini kami masuk MoU antara PLN dan Tidal Bridge. Karena ini hari pertama beliau bertugas tadi ia meminta agar semua pihak memberi paraf dan Rabu nanti kami akan melakukan tandatangan MoU.” Ungkap Latif Gau (Direktur Utama PT. Tidal Bridge Indonesia) tersenyum senang didampingi oleh Mr. Erick van den Eijnden (CEO Tidal Bridge BV, Nederland), Andre Hogeveen (COO Tidal Bridge BV, Nederland) dan Andre Koreh (Kuasa Direktur PT. Tidal Bridge Indonesia – Larantuka dalam konferensi pers usai pertemuan dengan penjabat gubernur NTT (Senin, 9/9) di loby lantai 1 kantor gubernur NTT.

“Kita sangat berterima kasih kepada legislatif yang mendukung sebagai perwakilan rakyat NTT karena mendukung seratus persen, kami sangat berterima kasih kepada legislatif dan eksekutif yang sudah sangat mendukung. Kan pemerintah NTT tidak keluar uang, dapat jembatan, dapat pembangkit listrik, mengapa tidak? Dan aturannya kami tidak boleh merugikan satu pihakpun, ada AMDAL dua negara dan tidak ada yang akan dirugikan disini. Dan AMDAL Indonesia yang sudah lewat 3 tahun akan diperpanjang.” Tutup Latif.

Sementara Mr. Erick van den Eijnden (CEO Tidal Bridge BV, Nederland) menegaskan, karena dukungan legislatif dan ekskutif sudah diberikan, maka mereka menargetkan dalam dua tahun (2025-2027) project ini harus selesai.

We am very happy for positive respon from parlement and governor, so agreemen have to sign soon on Wednesday and we would start to build it this year. And maybe about 2 year (2024-2027) are finish. We thank for goverment and parlement for support us.” Kata Eric.

Sementara Ir.Andre Koreh sebagai Kuasa Direktur PT.TIDAL Bridge Indonesia-Larantuka mengatakan pada intinya pemerintah NTT sangat mendukung proyek ini karena pemda akan mendapatkan keuntungan yang besar.

“Kita butuh conectivity dan dijawab dengan jembatan, kita butuh energi dan dijawab oleh PLTAL. Dan ini menjadi menarik karena energi baru terbarukan di era ini sangat dibutuhkan dan NTT sangat membutuhkan jembatan. Tadi beliau (pj.gubernur) bertanya banyak sekali termasuk resiko-resiko, dan setelah mendengarkan penjelasan kami, menurut beliau dan menurut hasil kajian kami didalam tim, tidak ada resiko apapun kecuali bermanfaat bagi masyarakat. Dan karena ini bermanfaat beliau meminta agar segera tanda tangani MoU pembangunan jembatan ini. Beliau menanyakan apa urgensi MoU ini, karena dibutuhkan oleh FMO sebagai penyandang dana supaya mereka tahu bahwa pemda NTT wellcome sana proyek ini termasuk PUPR yang selama ini terkendala dengan berbagai hal teknis terkait adaministrasi, tetapi beliau meminta kadis PUPR dan saya sebagai mantan kadis, hubungi teman-teman PUPR pusat bahkan minta nama Dirjen Bina Marga dan kemungkinan beliau sendiri yang akan bicara, dan ia juga minta sesegera mungkin MoU ditandatangani. Karena jika MoU ditandatangani, maka proses selanjutnya dengan PLN kalau dana awal dari FMO bisa cair maka jembatan ini akan segera bisa dibangun dimulai dengan tes trubin. Jadi akan dikirim turbin dari sana, mereka tes turbinnya berputar, listriknya mengalir, mungkin akan dikirim satu atau dua turbin dulu, listriknya bisa dihasilkan selanjutnya jembatannya akan dibangun. Ada sedikit kendala di PUPR tentang aset jembatan ini nantinya akan diserahkan kemana? Pada saat diserahkan ke pemerintah NTT akan dicatat dimana? Di ESDM tidak mungkin, karena ESDM tidak punya tugas membangun jembatan, di PLN juga tidak mungkin karena PLN tidak mungkin membeli jembatan kecuali membeli listrik yang dihasilkan, maka yang paling layak adalah PUPR karena membangun tugasnya membangun jembatan.

Terbaik operasional dan pemeliharaannya, dalam MoU ini menyatakah semua menjadi tanggungjawab  investor selama 20 tahun. Hanya perlu dicatat karena lembaga yang paling  bertanggungjawab terhadap infrastruktur cuma PUPR, tapi bukan PUPR NTT tapi PUPR Pusat. Dan tanggungjawab operasional dan pemeliharaannya betul secara administrasi jadi tanggungjawab PUPR, tapi secara operasional  ada pada Investor.

“Sesuai instruksi penjabat gubernur tadi bahwa nandatanganan MoU akan disegerakan pada Rabu, 11/9 dan Kamis, 12/9 tim Tidal Bridge Indonesia akan pulang.  Selain itu, AMDAL Indonesia yang sudah dibuat 3 tahun lalu akan diperpanjang, sementara AMDAL luar negeri berlaku selamanya. Kami sungguh membutuhkan dukungan pemprov.NTT dan seluruh pihak, tapi legislatif dan pemprov.NTT sudah dan besok kami akan ke Larantuka meminta dukungan pemerintah Flotim. Pertanyaannya sama kapan akan dilaksanakan, maka jawabannya secepatnya jika MoU sudah ditandatangani dan akan dilakukan uji coba turbin, jika jalan dan dapat menghasilkan aliran listrik maka pencairan dana akan segera dilakukan dan itu artinya pembangunan akan segera dilaksanakan.” Tutu Andre Koreh.|| jbr