PT NRI Layak Dapat Paritrana Award 2024, Pasalnya 420 Karyawannya Terlindungi 5 Jenis Asuransi Sejak 2023

NTT, TopNewsNTT.Com|| PT Nataga Raihawu Industri perusahaan tambak garam Sabu Raijua layak mendapatkan Paritrana Award 2024 yang diselenggarakan BPJS Ketenagakerjaan lantaran 420 karyawannya terlindungi dengan 5 jenis perlindungan Jamsostek sejak 2023. Lima perlindungan jaminan sosaial ketenagakerjaan itu meliputi kecelakaan kerja, jaminan Kesehatan, perlindungan hari tua, tabungan pensiun dan perlindungan kematian (santunan duka) Penganugerahan dilakukan pada Senin, 21 Juli 2025 di Harper Hotel Kupang.
Marthen Dira Thome sebagai penasihat PT NRI menyebut Paritrana Award adalah sebuah ajang sangat bergengsi dan harus diapresiasi karena melibatkan banyak nominator mulai dari pemda hingga badan usaha.
Ia mengapresiasi BPJSK karena memberikan kesempatan kepada PT NRI (Nataga Raihawu Industri) berkompetisi dalam ajang yang sangat bergengsi ini.
“Puji Tuhan PT NRI masuk dalam kategori tiga besar Badan Usaha Makro sektor kelautan, perikanan, perkebunan. Walaupun tiga besar kami tidak kecil hati karena perusahaan ini baru tumbuh sejak tahun 2023. Lalu kemudian dinilai tahun 2024, faktanya kita ada dalam posisi itu. Dan ketika kita memperoleh penilaian itu, bukan karang-karang tapi memang penilaian kita berdasarkan fakta di lapangan.” Ungkap Marthen.
Fakta yang dimaksudnya yang membuat Perusahaan ini layak dapat award dibidang Perlindungan Sosial Ketenagakerjaan adalah karena sejak awal sudah perusahaan berdiri, sudah didesain perusahaan bukan sekedar mencari keuntungan- walaupun ini perusahaan yang provit orientate sebenarnya-, “Tapi karena ownernya orang Sabu dan tujuan pendirian perusahaan adalah mau berbagi, dan visi perusahaan “Bekerja dan Berbagi”, maka kami mendesain perlindungan penuh bagi tenaga kerja kami.” Tambahnya.
Marthen mengatakan ada banyak hal yang sudah dibuat oleh perusahaan sejak awal, “Yang pertama kita sudah merekrut tenaga kerja yang sangat banyak. Pekerjaan tambak garam itu tidak mudah. Jika orang sekarang melihat hasilnya saja maka kesannya sepertinya mudah. Namun jika mereka melihat prosesnya, dark apa yang kita lakukan sepanjang tahun, walau kita tidak bisa menghasilkan garam, tetapi perusahaan dalam tanggungjawabnya tetap memberikan jaminan kepada para pekerja baik itu bulanan yang walau selama itu tidak bekerja tapi diberi upah juga kemudian BPJS Ketenangakerjaan. Ini bukan hanya tentang masalah kecelakaan kerja, ini bukan hanya sekedar masalah jaminan hari tua, tapi pensiunnya kita tanggung.” Tegasnya.
Ada lima item yang seharusnya ditanggung bersama antara pekerja dan perusahaan namun diambil alih pembiayaannya oleh perusahaan.
Untuk memberi perlindungan dan jaminan sosial kepada tenaga kerjanya, setiap bulan PT NRI menyetor Rp119 ribu lebih per orang ke BPJS Ketenagakerjaan untuk lima perlindungan.
“Setiap ada karyawan meninggal dunia maka keluarga atau ahli waris akan memperoleh Rp42 juta. Jadi sebelum Gubernur NTT yang sekarang meluncurkan program ini, di PT NRI sudah melakukannya sejak 2023. Jadi ini bukan hal baru bagi kami. Dengan program ini tujuan kami hanya ingin membantu karyawan kami agar terlindungi dan tidak tumbuh keluarga miskin baru.”
Kedepan, sambungnya “kami berharap kegiatan ini dilaksanakan terus menerus dan lebih luas lagi dengan melibatkan banyak organisasi pekerja. Saya sarankan ke BPJS Ketenagakerjaan misalnya para pembantu rumah tangga, para penjaga toko, karena disana masih banyak pekerja menerima upah tidak sesuai standar. Hanya 200-500 memang seharusnya jika ingin menerima upah sesuai UMP harus memenuhi jam kerja standar. Tapi dari sisi kemanusiaan sebenarnya ini tidak layak. Kita bisa hitung dari jam kerjanya dibagi dengan upahnya. Jadi jangan orang kerja dari pagi sampai sore juga tetap dibayar 200-500 ribu, tidak layak itu. Ini semoga menjadi perhatian BPJS Ketenagakerjaan dan pemerintah.” Tandasnya.
Ia menyentil dengan sudah ditanda tangani MoU antara pemerintah dan BPJS Ketenagakerjaan maka program perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan akan disahkan dalam perda, maka harus diterapkan. “Siapapun yang mempekerjakan pekerja di sektor formal dan informal harus menerapkan perda tersebut sehingga semua pekerja benar-benar terlindungi.” Tegasnya.
Di PT NRI, tambah Marthen, “kami tidak hanya memikirkan pekerja yang terikat secara langsung dengan Perusahaan, tapi kami pun sedang memikirkan pekerja yang tidak terikat secara langsung dengan perusahaan seperti buruh pelabuhan, sopir dan konjak untuk memberi perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan bagi mereka. Pulang ke Sabu saya akan meminta para pengurus perusahaan untuk kita rapat untuk membahas pesan BPJSK dan gubernur NTT penganugerahan Paritrana Award kita tindaklajuti. Ini adalah pekerjaan kemanusiaan. Siapapun yang ingin baik kita harus saling membantu. Agama manapun mengajarkan tentang saling membantu.”
Pekerja buruh bongkar kuat misalnya mereka tidak bekerja dengan kita tapi pekerjaan mereka mendukung usaha kami. Demikian juga sopir dan konjak di pelabuhan. Mereka akan kami perhatikan dna beri jamsostek.
“Seperti saat ini di pelabuhan kami sedang melakukan bongkar dan muat garam hinggap 4 ribu ton, dan ada satu dengan tol laut sekitar 800 ton, kapal kargo sedang mengangkut 2000 hingga 3000 ton. Sabu sangat kecil hanya satu jalur dan jika mengangkut dengan truk maka dengan total garam sebanyak itu maka akan sambung menyambung. Nah walau para sopir dan konjak serta buruh pelabuhan tidak bekerja setiap hari dengan kita, tapi mereka berperan untuk memperlancar semua pekerjaan ini. Tanpa mereka garam tidak akan sampai ke Surabaya dan Jakarta. Jadi kita akan melihat mereka sebagai bagian dari kita, mereka adalah kita. Sopir dna konjak sebenarnya menjadi tanggungjawab pemilik kendaraan, tapi kita akan melakukan itu.” Ujarjya.
OT NRI akan lakukan perluasan lahan dan ekspansi dengan membuka lahan dan itu akan membuka lapangan kerja misalnya dengan sistem bagi hasil.
“Kita sedang lakukan sistem bagi hasil untuk meningkatkan produksi garam. Dulu awal perusahaan ini dirintis, kita harap dapat memproduksi 45 ton garam sebulan. Sekarang kita temukan metode bisa hasilkan hingga 60 ton. Dan kita bagi hasil. Mungkin sebelum sistem bagi hasil dan adanya BPJSK penghasilan mereka yang awalnya 1.250.000 ditambah dengan BPJSK mungkin penghasilan mereka akan meningkat himgga Rp3 juta per orang per bulan. Itu sistem yang sedamg kita pikirkan jalan terbaik, baik untuk perusahaan, enak juga untuk mereka. Tidak salah satu enak dan salah satu sengsara atau sama-sama enak.” Jelasnya.
Marthen merupakan bupati pertama yang menginisisasi pendirian tambak garam pada 2013. Namun diakuinya sempat mandek karena ditelantarkan dan rusak karena ada masalah pada orang-orang yang mengelola dari 2013 hingga 2016.
“Garam baru diuji coba produksi 2013 seluas 1 hektar produksi sejak Juni hingga panen Oktober 2013 dan baru satu kali panen dan sempat dikunjungi Wamen Perindustrian. Tapi memang ada kesalahan tata kelola dan kita dorong tata kelola yang benar saat ini. Lanjut 2014 tambah 2 hektar dan berlanjut hingga 2015 tapi 2016 produksi belum banyak. Akhir 2016 jumlah tambak garam yang produksi 58 hektar dari 121 hektar yang kita targetkan. Dari 58 hektar sebagian mulai produksi 2016. 2016 semua sudah ready dan 2017 harusnya 58 produksi sudah berproduksi. Jika setiap hektar mampu produksi 45 ton maka satu tahun garamnya karena hanya bisa berproduksi 7 bulan maka (58 hektar × 7 bulan) 18 ribu ton lebih. Pada 2017 garam Indonesia langka dan saya sedang di sel dan saya nonton bagaimana orang datang Sabu cari garam. Dan saya bangga garam sebagai karya besar dari Sabu mulai dibicarakan dan dicari orang. Hari ini baru kita mulai bicara gatam. Padahal sejak 2013 Sabu sudah produksi garam. Dan perlu dicatat kualitas produk garam dari Sabu Raijua beda dengan produksi dari kabupaten lain, garam diproses dengan sistem yang terbaik dan menghasilkan garam kristal putih bersih.
Ia menyebut NTT punya sumber daya yang cukup untuk memproduksi garam dengan kualitas terbaik agar sesuai dengan harapan Gubernur NTT bahwa NTT harus menjadi sentra produksi garam. Namun harus produksi garam bersih sesuai kebutuhan pasar.
Marthen yakin dengan dukungan potensi sda panas dan air laut yang melimpah dan bersih, dengan kandungan NaCl hingga 96% sampai 100%, maka garam diproduksi PT NRI mampu menembus pasar luar sebagai garam konsumsi maupun imdustri.
Ia mengajak pemerintah dan masyarakat jangan melihat panas matahari sebagai bencana tapi anugerah. “Di PT NRI garam kita diproses menggunakan teknologi berbeda yakni air kaut disedot langsung dari laut tanpa bersentuhan dengan tanah, dan disaring hingga bersih dan agar garam yang putih dan bersih sehingga mampu memnuhi standar garam ekspor. Dengannya maka harapan gubernur NTT bahwa PT.NRI harus jadi modeling tambak dan sentra industri garam akan terwujud.||jbr