Prinsip Kepemimpinan Brigjend.TNI Simon Petrus Kamlasi, Bawa NTT Keluar Dari Stigma 3T

NTT, TOPNewsNTT.Com|| Brigjend.TNI Simon Petrus Kamlasi dan Andre Garu resmi sudah menerima SK dukungan dari Partai Nasdem, PKB dan PKS sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi NTT untuk melaju ke pemilukada provinsi NTT 27 Nopember mendatang.

Koalisi Nasdem dan PKB  juga turun hingga ke Pilwakot Kupang yang menjodohkan mantan birokrasi pada pemprov.NTT George Hadjoh dan Politisi PKB (Ketua DPC PKB Kota Kupang dan Anggota DPRD Kota Kupang) Theodora Ewalde Taek.

SPK-AG dikemas dalam paket SIAGA sementara George-Walde dengan Paket BERSINAR.

Brigjend.SPK dalam wawancara bersama media mengatakan, dari program unggulan SIAGA yakni GeJaLa itu sebenarnya program yang mudah dilakukan dan murah.

“Sebelum naik ke tingkat lebih tinggi dari program lain, maka kita mulai dengan air bersih dulu. Karena berbicara tentang banyak hal yang berhubungan dengan mengatasi kemiskinan, setelah  kita melalui perjalanan yang panjang dan penilaian tentang pencapaian ini, tidak akan terlepas dari peran penting akses air bersih. Itulah yang membuat saya berkeinginan menyelesaikan akses air bersih ini nanti ke depan untuk seluruh rakyat NTT.” Jelas Putera TTS ini lugas.

Dalam wawancara singkat tersebut, tersirat dengan jelas ketenangan, kewibawaan yang komplit dengan pandangan tajam taktis tentang apa yang akan dilakukannya demi membawa NTT beranjak maju ke masa depan yang lebih baik lagi dilatarbelakangi jiwa patriot seorang TNI.

Sesuai data BPS, ungkap pria kelahiran 1974 yang akrab di sapa SPK ini, “Akses air bersih yang layak dengan indeks 60 liter per orang perhari di NTT, saat ini baru menjangkau hanya 20% warga NTT dan masih ada 80% warga yang pas-pasan airnya. Walaupun dari lahir kitanya begini-begini saja. Mungkin banyak yang berpikir dengan air seadanya juga bisa hidup, tapi kalau kita berbicara tentang bagaimana mengatasi stunting, maka kita harus pastikan akses air bersih terpenuhi dulu.” Ujarnya.

Ia menambahkan tata kelola airpun harus diubah,”Sumber daya air itu secara alamiah tidak siginifikan bertambah, ketersediaan air permulaan tidak signifikan bertambah tapi jumlah penduduk secara signifikan bertambah sehingga tata kelola ini harus dikerjakan lebih profesional dan itu akan kita lakukan. Mengapa itu saya lakukan karena tidak seharusnya orang bayar angin untuk PDAM. Kita akan pastikan di seluruh pipa instalasi selalu tersedia air dan kita akan gunakan metode tertentu. Dan ini akan kita kerjakan setelah Tuhan berkenan kita memimpin NTT.” Cetusnya bertekad.

SPK menambahkan bahwa bahwa tata kelola iir tidak akan berhenti hanya sampai situ saja tapi akan beralih dan secara pararel dirinya akan pastikan untuk kapasitas yang lebih besar menjaga air permukaan dan air hujan tidak sesegera mungkin ke laut tapi kita buat kanal dan tampungan  sehingga muncul mata air baru untuk sekian tahun kedepan,  dengan melakukan penghijauan yang  secara otomatis akan mensuport ketahanan pangan.

“Tidak ada pertanian yang bisa digandakan hasilnya jika tidak tanam dua kali, kalau tanam andalkan air hujan ya hasilnya hanya untuk makan. Makan tahan tunggu mati. Jika hasil pertanian juga untuk dijual (nilai ekonomi) maka minimal harus dua kali tanam. Dan kultur tanam harus kita support dengan industri olahan supaya jagung nilai jualnya menjadi tinggi,  agar produsen pakan merapat mendekat. Maka disitu akan terjadi ekosistem peluang lapangan kerja baru. Jadi ada banyak hal yang akan saya pertajam.” Sebutnya.

Perihal perjodohanya menuju Pilgub.NTT dengan Andre Garu, SPK akui mereka dipertemukan oleh beberapa tokoh yang punya pemikiran bahwa NTT harus dipimpin oleh orang-orang yang muda dan yang cocok. “Sehingga kami mencoba bangun komunikasi dan kerjasama sejak awal. Saya sosialisasi diri untuk orang NTT agar mengenal saya, kan tidak serta merta dalam waktu singkat bisa terjadi menyeluruh. Oleh karena itu saya butuh orang yang mampu dengan gencar bisa sosialisasi di NTT yang dari aspek jumlah penduduk banyak yaitu Mamggarai. Sehingga saya minta pak Andre Garu mensosialisasikan program dan diri saya, begitu sebaliknya. Di tengah jalan dengan visi misi yang kita renacanakan, saya cocok dengan beliau. Dan sudah terbangun sejak awal tidak saja di formal tapi juga informal keluarga sudah terbangun dengan baio bersama keluarga. Saya pikir kami dua sudah cukup fix dan kami menatap kedepan untuk bertarung.” Paparnya.

SPK akui sejak tahun 2013 menjalankan pengabidan saya di bidang air dengan pompa hidram, sumur bor maupun penyaluran air dengan pipanisasi dan juga didukung oleh program TNI/AD Manunggal Air, program ini yang diperkenalkannya ke AD dan mendapat respon positif dari pimpinan sehingga bisa berjalan dengan lumayan cepat.

Tidak disangka partisipasi banyak pihak datang ikut mengambil bagian karena ini sesuatu yang rasional yang bisa ekspos dengan baik sehingga akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan dan keyakinan untuk memantapkan dirinya maju dalam Pilgub.NTT.

“Dalam perjalanan untuk kontinuitas keberlangsungan yang memang dipandang diperlukan oleh masyarakat,  dilaporkan ke pimpinan TNI dan didorong ke saya. Saya ingat jelang Paskah, komitmen itu sudah sangat kuat dan akhirnya saya putuskan untuk maju dengan melapor ke pimpinan, lalu saya diperintah mensosialisasikan diri dan persiapkan pensiunan. Dan syukur saat ini saya sudah didukung oleh beberapa partai dan makin yakin siap maju.” Ungkap Brigdjen.SPK.

SPK mengatakan alasan ia ingin menjadi pemimpin di daerah ini dengan terjun ke dunia politik, sedikit banyak juga karena terinspirasi oleh beberapa tokoh militer yamg dulu pernah menjadi pimpinan di NTT,  seperti mantan Gubernur almarhum Bapak El Tari, Ben Mboi dan Herman Musakabe.

“Mereka menjadi tokoh inspiratif yang sangat mewarnai cita-cita hidup saya. Mereka menjadi inspirator hebat yang hingga sekarang program gebrakan mereka yang terkenal kala itu masih terngiang dipikiran saya hingga sekarang,  seperti program Penghijauan bapak  El Tari : “Tanam, Tanam dan Tanam”, Program Nusa Makmur bapak Ben Mboi dan program Bapak Herman Musakabe yang mendorong ASN, TNI Polri dan masyarakat harus menggunakan pakaian adat atau tradisonal NTT yang secara otomatis ikut mempromosikan tenun ikat,  sehingga penenun memperoleh peningkatan eoonomi dan kini tenun ikat NTT mendunia, itu jaman bapak Herman Musakabe. Dan saya akan menyempurnakannya, semua sudah ada dalam pikiran saya.” Tekadnya.

Mengeluarkan NTT dari stigma keterbelakangan (3T), SPK punya pemikiran menarik,

“NTT mendapatkan stigma 3T itu sebenarnya bukan karena kita tidak mampu, saya punya pengalaman sebagai seorang Kasrem di NTT yang terlibat selama empat tahun dengan Forkopimda, dan melihat bagaimana kultur pembangunan NTT itu bahwa kita hanya bertahan saja menghadapi krisis, tapi bangkitnya itu lama. Itu dikarenakan mesinnya yang kurang panas. Jadi mesin ekonomi, birokrasi dan stakeholder pendukung lainnya harus digencarkan. Selama ini dari pengalaman saya mengikuti, bahwa kita punya potensi sdm yang mampu sebenarnya, tapi eksekutornya yang mana yang bisa?. Dan saya ambil kesimpulan bahwa untuk menggerakkannya tidak ada jalan lain kecuali dengan menduduki, menguasai dan mengeksekusi. Seperti prinsip TNI yakni melihat, mendekati, merebut, menduduki dan eksekusi. Dan itu akan saya lakukan untuk mewarnai unsur birokrasi. Kuncinya cuma satu, saya akan membudayakan bagaimana pelayanan aktif. Misalnya baru dengar orang akan investasi disini kita yang kerja administrasinya. Saya yakin dengan pelayanan aktif kita, akan terjadi investasi berkelanjutan di NTT. Impactnya, otomatis lapangan kerja dan daya beli akan meningkat,  uang akan banyak beredar dan ototmatis-otomatis ini yang menggemaskan saya.  Praktiknya mudah karena orang NTT bukan orang bodoh, tapi hanya karena belum diberikan tanggungjawab. Dan ketika saya dipercaya memimpin nanti, maka saya akan mencari orang-orang hebat itu untuk diberi kepercayaan. Kita akan melakukannya dengan hati.” Ungkap Brigjen.SPK tegas.

Dengan basic TNI yang bermigrasi ke politik, Brigjend.SPK memiliki prinsip dan komitmen kepemimpinan bahwa dalam diplomatis dan interaksi untuk menuju suatu keputusan bersama boleh berdiplomasi dengan menerapkan prinsip make a wise dan soft power, tapi dalam eksekusi harus tegas menegakkan aturan, disiplin dengan mempercepat tugas dan memperbesar hasil yang diperoleh.

“Sekali lagi semua struktur harus bergerak secara aktif sesuai dengan kompensasi yang diterima. PNS itu kan gaji tidak pernah terlambat, mengapa kerja terlambat? Itu mental kerja yang harus diubah. Contoh disiplin, tapi ingat disiplin dalam konteks saya adalah disiplin yang tidak mematikan kreatifitas. Bagi yang bisa berkreatifitas dan terukur produktivitas output dan outcome-nya silahkan berinovasi, tapi bagi yang tidak tahu mau berbuat apa maka akan kita gerakkan dengan disiplin. Maka saya akan padukan antara disiplin dan kreativitas, reward dan punishment.” Tutup Brigjend.SPK.|| jbr