Randi Kandi, Mahasiswa Bidik Misi Sospol Undana Semester 1 2020, Lulusan Terbaik SMA Swasta Nesi Neomnat Kupang

0
**Saya tiga tahun putus sekolah dibangku 
SMA di Sumba Barat karena tidak ada biaya, 2019 masuk ke SMA Swasta Nesi Neomnat Kupang diurus oleh Bapak Simon seperti anak sendiri, sekarang saya kuliah semester 1 lewat jalur bidik misi di Undana. Makasih Bapa Simon Nesi.” Ujar Randi dengan mata berkaca-kaca karena terharu.**
Randi Kandi diapit oleh Simon Nesi,Amd (Kasek SMP dan SMA Swasta Nesi Neomnat bersama guru.

Kupang, Top News NTT|| Adalah Randi Kandi (21 tahun), pemuda asal Sumba Barat, yang saat ini sedang menimba ilmu Sosial Politik di Universitas Undana Kupang semester pertama.

Randi (sapaannya) kepada topnewsntt.com menceritakan seperti apa dukungan moril dan materiil Simon Nesi,Amd sebagai Ketua Yayasan sekaligus Kepala SMP dan SMA Swasta Nesi Neomnat terhadapnya dan terhadap teman-teman tidak beruntung lainnya yang saat ini menimba ilmu di Sekolah swasta yang sudah tahun menempati bekas gedung bupati Kupang ini.

Saya tiga tahun putus sekolah dibangku SMA di Sumba Barat karena tidak ada biaya, 2019 masuk ke SMA Swasta Nesi Neomnat Kupang diurus oleh Bapak Simon seperti anak sendiri, sekarang saya kuliah semester 1 lewat jalur bidik misi di Undana. Makasih Bapa Simon Nesi.” Ujar Randi dengan mata berkaca-kaca karena terharu.

Ditemani Simon Nesi, guru dan teman-teman senasib, Randy menyatakan isi hatinya bahwa ia bisa tamat sma dan bahkan kuliah tidak terlepas dari dukungan dan bantuan pihak sekolah terutama terhadapnya.
“Lebih dari keluarga sendiri. Saya masuk ke sekolah ini tahun 2019. Dibawa sama im saya yang tinggal di Tarus dan sempat menjadi pengampu saya. Saya datang Kupang pada 2019, sudah putus sekolah di bangku SMA kelas 1 di Sumba. Dan saat datang tinggal di om di Tarus saya mau merantau saja cari kerja, tanpa uang sepeserpun.” Kisahnya awali wawancara kami di sekolah SMA Nesi Neomnat Kupang.

“Saat saya tinggal di om,  melihat saya om bilang kamu mau sekolah lanjut tamatkan SMA om bapa kamu ke satu sekolah di Kupang. Kepala sekolahnya bisa kasi jalan keluar untuk masalah seperti kamu ini. Saya ikut saja dan dibawa ke sekolah ini dan bertemu dengan Bapa Simon. Waktu itu saya bingung mau masuk sekolah tapi tidak ada uang sepeserpun. Dan akhirnya saya diterima.” Lanjutnya mengenang.

“Awalnya saya pikir dengan usia yang sudah 20 tahun, hanya rapor kelas 1 SMA dan tanpa biaya. Keluarga saya mau cerita panjang kisahnya, intinya tidak ada orangtua yang bisa bantu saya teruskan pendidikan. Apalagi kuliah, tidak mungkin. Tapi karena saya lihat ketulusan bapa Simon, guru dan staf di sekolah ini yang benar-benar menerima saya sebagai bagian dari keluarga besar mereka, maka saya bersemangat selesaikan sekolah saya. Saya masuk ke kelas 3 SMA Swasra Nesi Neomnat dan tamat Juli 2020 tahun ini. Lalu dengan dukungan dari Bapa Simon, bapa mama guru dan staf, saya malah ikut daftar lewat jalur beasiswa  bidik misi  di Undana Kupang. Saya sekarang kuliah semester 1 jurusan Ilmu Sosial Politik.” Jelasnya bersemangat.

Kendala saat masuk ke SMA ini adalah jarak tempat tinggal yang jauh di Tarus sana, dan tidak punya ongkos transport.

Namun karena semangat luar biasa untuk bersekolah, membuat Randi meminta ijin tinggal di sekolah walay tidur di lantai agar bisa tetap sekolah.

Dukungan pihak sekolah, ungkap Randi tidak hanya disitu.
“Bapa Simon dan Staf Guru serta Pegawai bahkan sampai memberi kami makanan dan kebutuhan alat tulis. Bahkan sampai mengantar, menemani untuk mengurus surat-surat seperti KK, KTP dan keterangan lain sebagai syarat untul daftar ke Undana. Sebegitu besar dukungan dan bantuan pihak sekolah ini terhadap saya dan 3 orang teman lainnya yang ikut tinggal bersama sama di satu ruangan dan tidur di lantai, makan seadanya demi pendidikan kamk.”kisahnya terharu dengan rasa terima kasih luar biasa.

“Jujur ibu, dengan latar belakang kondisi kami, mungkin SMA ini satu-sarrunya di NTT yang memberi dukungan sebegitu penuh tanpa pamrih hanya untuk masa depan kami yang bukan siapa-siapa mereka. Luar biasa bapa Simon dan bapa ibu guru dan staf di sini. Harusnya mereka ini yang patut disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Mereka tidak menerima gaji penuh dari pemerintah, sedikit insentif, honor mereka dari dana komite dan dana BOS kecil. Saya dengan sekitar 300-400 ribu. Tapi mereka sungguh loyal dan berkomitmen menciptakan tiang negara lewat lembaga yang tidak beri keuntungan materiil bagi mereka. Bahkan bapa Simon selalu ajak guru dan staf kunjungi dan jemput siswa yang tidak masuk. Mencari solusi demi siswa bsa sekolah kembali dan lulus.” Ungkap Randi lagi.

Terhadap sikap wakil Bupati Kupang Jery Manafe yang lakukan sidak dan beri ultimatum pindah, Randi menyatakan bahwa bukan sikap yang pantas sebagai kepala daerah.
“Harusnya ia panggil bapa kasek ke kantor dan bicara baik-baik. Bersama cari solusi terbaik, bukan kasi ultimatum waktu sampai Juli 2021, untuk cari lokasi lain. Ini kan gedung pemerintah dan sekolah, pendidikan kan jadi tanggung jawab pemerintah. Beri solusi yang baik, tempuh jalan dialog. Karna ini lembaga pendidikan swasta, tidak ada penghasilan selain spp dan dana BOS untuk operasional KBM.” Tandasnya.

Simon Nesi juga mengungkapkan bahwa dukungan yang ia berikan kepada Randi dan teman-teman dengan nasib sama  dan kondisu ekonomi minus hanyalah bagian dari pengabdian total sebagai seorang pendidikan yang menaati panggilan Tuham untuk memberi masa depan bagi anak NTT lewat pendidikan di sekolah ini.
“Untuk makan minum siswa selama tinggal sementara di ruangan kosong di gedung ini adalah berapa spp yang masuk dan bisa beli apa kita pakai dulu. Urusan lain kita pikir besok. Setiap kebutuhan yang bisa diselesaikan, selesaikan dulu. Intinya siswa mau bersusah dulu makan daun pepaya dan kelor jadilah, intinya tetap lanjutkan pendidikan.” Ujarnya tertawa.

Saat ini dari keempat siswa yang tinggal Randi seorang, karena belum menemukan tempat tinggal lain. Sedang tiga orang lainnya sudah keluar karena sudah tamat.
“Sekolah ini merupakan tempat daur ulang anak-anak yang disebut “sampah” lantdan putus sekolah karena berbagai alasan terutama karena ekonomi. Dan saya menerima mereka sebagai bagian dari pelayanan dan panggilan Tuhan untuk berbuat yang terbaik yang bisa saya lakukan. Prihatin sudah jelas, kita semua prihatin demi rujuan yayasan pendidikan ini berjalan dengan baik.” Imbuhnya.|| juli br

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *