Kiat Keluarkan NTT Dari Stigma Provinsi 3 T Dalam Pandangan Y.Jacki Uly,S.I.K.,M.H Caleg DPR RI Dapil NTT 2 2024-2029

NTT, TOPNewsNTT|| Sosok bernama lengkap Yakobus Jacki Uly,S.I.K.,M.H pasti sudah bukan orang baru bagi masyarakat NTT dan Indonesia.

Anggota DPR RI Dapil NTT 2 yang duduk di Komisi 3 Fraksi Partai Nasdem dua periode ini saat ini sedang mencalonkan diri lagi untuk periode 2024-2029.

Jacki yang pernah menjabat Kapolda NTT, Wakapolda Sumatera Utara dan pensiun sebagai Kapolda Sulawesi Utara ini ternyata terlahir bukan hanya dari keluarga polisi (ayahnya merupakan seorang polisi), tapi ternyata juga  merupakan cucu dan anak politisi.

Dalam perbincangan santai dengan media ini (Minggu, 25/12), Jacki mengungkapkan fakta dirinya anak seorang polisi, dan cucu serta anak seorang pimpinan Partai. Bahkan ibunya adalah ketua Ikatan Wanita Karya Indonesia.

Selain itu Jakci ungkapkan buah pikiran dan padanganannya tentang kiat membangun NTT bagi pemimpin di daerah yang terkenal sebagai provinsi 3 T ini. Berikut cuplikan percakapan dengan media

“Motivasi saya menjadi polisi karena bapak saya seorang polisi, saya hidup di lingkungan polisi, jadi pengaruhnya besar sekali. Sehingga saya mendaftar menjadi polisi dan orangtua saya punya anak sembilan. Dan kita berpikir kalau ada pendidikan yang tidak memerlukan biaya banyak, ya polisi. Kan gratis. Itu kira-kira yang memotivasi. Simple.” Tandas Jacki.

Sementara untuk bidang politik, bukan hal yang baru baginya,

“Kakek saya pendiri Partai Nasional Indonesia, pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Bung Karno menunjukkan kakek saya menjadi ketua Partai Nasional Indonesia di Sabu pada saat masa pembuangan Bung Karno di Ende. Sementara ayah saya ketua Partai Golkar NTT dan anggota MPR RI dan ibu saya Ketua Himpunan Wanita Karya NTT dan anggota DPRD NTT. Makanya politik bukan hal yang aneh. Sehingga ketika saya pensiun dan pak Veky Laiskodat mendekati saya dan kita berkawan dan menarik saya ke Partai Nasdem ya saya masuk. Hanya beda partai saja dengan kakek dan orangtua saya. Kakek saya PNI, ayah Golkar dan saya Nasdem.” Jelasnya tersenyum.

Untuk membangun sebuah bangsa, ia mengungkapkan padangannya bahwa peran partai dalam negara demokrasi, merupakan keniscayaan harus ada. Karena rakyat menuju legislatif dan pemerintahpun harus melalui partai pintunya. Partai adalah pimtu masuk.

Jadi soal partai itu bekerja untuk kepentingan rakyat ya harus ada. Karena partai adalah suatu simbol untuk demokratis,  karena rakyat berjuang untuk itu.

Kedua mengapa ia milihan partai Nasdem karena dasar nasionalisnya.

“Saya tidak ingin partai yang misalnya jalur keagamaan kan ada, dan sebagainya tapi saya lebih memilih yang nasionalis, Nasdem.”

Sebagai wakil rakyat  NTT yang sudah 10 tahun (2 periode), Jacki melihat banyak hal yang harus diperjuangkan.

“Kemiskinan NTT masih tinggi, pendidikan, kesehatan, masih banyaklah hampir semua bidang harus diperjuangkan. Karena diantara 37 provinsi, NTT masih termasuk provinsi 3T. Termiskin, terisolasi dan terluar, masih banyak yang harus diperjuangkan. Perjuangan utama kita adalah mengeluarkan NTT dari kemiskinan. Walau sudah mulai banyak kemajuan saat ini setelah 76 tahun, NTT sudah mulai berubah banyak. Namun kemiskinan NTT dalam banyak hal masih tinghgi, bukan hanya secara ekonomi.” Tegasnya.

Untuk membawa NTT keluar dari stigma 3 T, ada beberapa hal penting menurut Jacki yang harus dilakukan pemerintah dan semua stakeholder,

Pertama Pemerintah harus ada kesungguhan hati bekerja membangun NTT, jangan untuk memperkaya diri dengan keadaan NTT saat ini.

Kedua harus sungguh-sungguh membangun dua sektor penting yaitu pendidikan dan kesehatan. Bagaimana orang mau maju kalau bodoh, tapi bagaimana orang mau pintar dan memajukan sebuah daerah jika masyarakatnya tidak sehat. Jadi.dua sektor.itu aangat penting.

Miskin di mata Jacki tidak melulu soal ekonomi, tapi miskin keadilan, miskin akses, miskin pendidikan, miskin kesejahteraan. Ia punya pemahaman dan melihat miskin dalam berbagai aspek. Dan itu yang harus diperjuangkan. Di bidang kesehatan, misalnya stunting masih sangat tinggi.

NTT sudah 65 tahun, Jacki melihat bahwa yang perlu dilakukan adakan kesungguuan hati dan kejujuran.

“Jika pemimpin masih korup, apa yang bisa diharapkan dari sebuah proses pembangunan?  Itu bohong sama sekali. Bagi seorang pemimpin kesungguhan hati dan kejujuran adalah dua hal utama dan penting yang harus dimiliki untuk memajukan NTT. Memang sudah ada kemajuan saat ini walau ada beberapa pemimpin lakukan korupsi, indeksnya kecil saja. Itu artinya makin tinggi kesadaran pemimpin di NTT untuk bekerja bersih dan jujur.  Semoga pemimpin yang akan datang lebih jujur dan sungguh hati membangun NTT.” Katanya.

Ia juga mengapresiasi pemerintah pusat yang sudah banyak membangun NTT dan masyarakat NTT harus menggunakan semua infrastruktur itu dengan baik.

Selama dua periode di Komisi I Jacki sudah memperjuangkan banyak hal untuk NTT, misalnya pembangunan tower. Dan pada periode kedua saat duduk di Komisi 3 Hukum dan HAM dan ia mempelopori pendirian Polres Sabu Raijua.

Dirinya juga selama menjadi Kapolda berbicara keras soal Traficking saat melihat banyaknya mayat TKI pulang ke NTT.

Mengenal Sosok Yakobus Jacki Uly,S.I.K,M.H

70 Tahun usianya kini dan 37 tahun berkarir di Kepolisian.

Yakhobus Jacki Uly adalah Putra kelima dari
pasangan Alm.Kombes.Pol (Purn) Drs.Titus Uly
dan almh.Leonie Victoria Tanya, dia dilahirkan
di Kupang pada tanggal 29 Desember 1952
ketika ayahnya bertugas sebagai Kepala
Kepolisian Daerah Timor dan Kepulauannya
(1950-1952). Jacki tidak lama kemudian dia
harus pindah mengikuti orang tuanya ke
Jakarta karena ayahnya mendapat kesempatan
untuk mengikuti pendidikan di Perguruan
Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) selama 5 (lima)
tahun disana.

Jacki sempat menjalani kecil di Jakarta sampai dengan tahun 1959, menyelesaikan pendidikan SD di Balikpapan lantaran ayahnya dipindahtugaskan ke Balikpapan, Kalimantan Timur. Kemudian pada tahun 1964 kembali ayahnya pindah dan mendapat penugasan di Sekolah Polisi Negara (SPN)/AAK/AKABRI Kepolisian di Sukabumi sampai tahun 1969. Jackipun menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Mardy Yuana Putra dan setelah itu Jacki melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Mardy Yuana sampai kelas satu SMA, ketika naik kelas dua SMA, ayahnya mendapat SKEP pindah ke Komdak XVII di NTT, dan sekeluarga pindah ke Kupang, NTT. Jacki pun melanjutkan kelas dua SMAnya di SMA Giovanny-Kupang dan menyelesaikan Pendidikan kelas Tiga SMA nya di SMA Negeri 173 Kupang (Sekarang SMA Negeri I Kupang) pada tahun 1971.

Setamat SMA, tahun 1972 Jacki mendaftar dan ikut testing masuk menjadi Calon Taruna Akabri Kepolisian di Komdak XVII NTT dan  berhasil lulus dan pada Januari tahun 1972 berangkat ke Magelang guna mengikuti pendidikan dasar Taruna Akabri empat matra angkatan disana.

Pada tahun 1973 taruna Jacki bersama teman teman seangkatannya dari Bataliyon Kerta Karma pindah dan melanjutkan Pendidikan Lanjutan Taruna Kepolisiannya di Kota Sukabumi (1973 sampai 1975). Setamatnya dari Pendidikan Akabri bagian Kepolisian, Jacki “memilih” melanjutkan karier Perwira Mudanya ke Kesatuan Brigade Mobil (BRIMOB), sementara teman-temannya yang lain memilih untuk berkarier di Kesatuan Teritorial lainnya.

Tahun 1976-1982, Jacki menjadi Perwira Pertama di Satuan Brimob Jawa Timur

Letnan Dua (Pol) Jacki Uly memulai karier awalnya di Brimob-Kepolisian yakni di Satuan Brimob Bataliyon G pada Komdak X Jawa Timur, jabatan pertama Jacki adalah sebagai Danton 1 Kompie 1 Bataliyon G Jawa Timur ( 1976-1978), disaat inilah Letda (Pol) Jacki Uly ditugaskan ke Timor Portugal (April 1976) mengikuti Pertempuran di Timor Portugal dalam Operasi Seroja yang terkenal itu (1976-1977).

(1977-1978), Jacki dtugaskan bersama pasukannya ke Propinsi Irian Jaya melaksanakan Operasi Waspada dalam operasi Waspada tersebut, sekali waktu dalam rangka mengikuti Rapat Koordinasi dengan Komob jam 10 pagi, Jacki berangkat dengan dikawal oleh salah seorang anak buahnya Bharada Soeyono , tiba-tiba mereka berdua mendapat penyergapan dari Pemberontak OPM yang menyerang dengan Panah dan Tombak, tidak lama kemudian Jacki mendengar teriakan dari anak buahnya (Bharada Soeyono) : “saya kena” , rupanya anak buahnya yang berada 10 meter dibelakang Jacki tersebut sudah terkena panah bergerigi oleh OPM, segera Jacki kembali untuk menyelamatkan anak buahnya tersebut dengan memberondong pasukan OPM yang mengepung mereka, sambil Jacki melakukan penyelamatan terhadap anak buahnya yang terkena panah di perutnya. Setelah bertahan beberapa waktu pemberontak OPM tersebutpun mundur dan Jackipun menyelamatkan Bharada Soeyono dengan menggotong dipundaknya serta sama-sama kembali ke Kota Tembagapura, dia kemudian segera mengevakuasi anak buahnya tersebut ke Rumah Sakit PT. Freeport di Tembagapura, dari Rumah Sakit ini Bharada Soeyono dikirim ke Australia untuk dilakukan operasi disana.

Di Rumah Sakit Freeport tersebut Jacki “berkenalan” seorang Perawat yang berasal dari batak bernama Ratna Simandjuntak (perawat inilah yang pertama menangani anak buah Jacki yang terkena panah). Cinta bersemi di Rumah Sakit Freeport, kemudian Ratna ini menjadi istri tercinta dari Jacki dan menikah pada tanggal 29 Desember 1979 di Solo.

Sekembalinya Jacki dari Operasi Waspada di Irian Jaya, dia mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Letnan Satu Polisi dan ditunjuk sebagai Wadankie Kompie Satu Bataliyon G Satuan Brimob Jawa Timur.

Pada tahun 1979-1982 kembali Jacki mendapat Promosi menjadi Komandan Kompie 01 Satuan Demo Pusdik Brimob-Porong. Di tahun 1980-1981 Jacki bersama pasukannya kembali mengikuti Operasi Seroja Appol 7 di Propinsi Timor-Timur dan sekembalinya dari Timor Timur dia mendapat kenaikan Pangkat menjadi Kapten (Pol) di tahun 1982.

Pendidikan PTIK (1983-1984) dan Bertugas di Polda Sumut (1984-1987)

Pada tahun 1983-1984, Jacki lulus test masuk mengikuti Pendidikan di PTIK di Jakarta. Dan setamatnya dari PTIK, Jacki mendapat Penempatan baru sebagai Wakapolres Tanah Karo Polda Sumatera Utara (1984-1986) serta Jackipun telah mendapat kenaikkan Pangkat menjadi Mayor (Pol) pada tahun 1984.

Pada tahun 1986-1987 Jacki kembali dipromosikan menjadi Kasat Lantas Poltabes Medan, ketika sebagai Kasat Lantas Medan, dia bekerja keras untuk mengatur lalu lintas yang macet akibat adanya Pembangunan Medan Urban Development Project Kota Medan yang menyebabkan terjadinya kemacetan yang luar biasa didalam Kota Medan.

Dansat Brimob Polda Sulutteng (1987-1989) dan Pasukan PBB di Namibia (1989-1990)

Setelah itu Jacki mendapat penawaran untuk melanjutkan Pendidikan Lalu Lintas angkatan I di Negara Belanda atau menjadi Komandan Satuan Brimob di Sulawesi Utara dan Tengah (Sulutteng), dan Jacki lebih memilih menjadi Dansat Brimob di Sulutteng, sehingga pada tahun 1987-1989 Mayor (pol) Drs. Jacki Uly pun menjabat sebagai Komandan Satuan Brimob Sulawesi Utara dan Tengah. Pada tahun 1989-1990 Mayor (Pol) Jacki Uly mengikuti test dan lulus sebagai Anggota Pasukan Perdamaian PBB dari Kepolisian RI (Satuan Tugas Kontingen Garuda/Konga Polri) di Namibia – Afrika Barat Daya, dimana saat itu bertindak sebagai Komandan Kontingen Garuda (KONGA) X untuk Polri adalah Letnan Kolonel Drs. Noegroho Djayusman.

Operasi Nila dan GAM di Aceh (1990-1991)

Pada tahun 1990-1991 Jacki ditarik dan ditempatkan di Pusat Brimob serta menjabat sebagai Kabag. Bin. Ops. Pus. Brimob di Kelapa Dua. Dari Pus. Brimob kemudian Jacki pada tahun 1990 melaksanakan Tugas Operasi ” NILA” di Aceh, yakni sebuah operasi Pemberantasan Ganja Aceh secara besar-besaran, Operasi ini dipimpin langsung oleh Dir. Samapta Polri Brigadir Jenderal dr. Hadiman.

Sepulangnya dari Operasi Nila, masih dalam tahun 1990 (Desember 1990), Jacki kembali diberangkatkan kembali ke Aceh, kali ini Jacki memimpin operasi GAM dengan kekuatan kurang lebih Satu Bataliyon Brimob yang diambil dari Pus. Brimob, Satmob. Jakarta, Satmob. Sulawesi Selatan dll, Operasi GAM ini berlangsung di Aceh selama satu tahun (1990-1991).

Dansat Brimob Polda Nusra dan Ops. Satannetik serta Pasukan PBB di Kamboja (1991-1995)
Sekembali dari Aceh, Jacki mendapat penempatan baru sebagai Komandan Satuan Brimob di Polda Nusra berkedudukan di Denpasar Bali (1991-1995). Saat sebagai Dansat Brimob Polda Nusra, Jacki kembali memimpin Operasi Brimob Polda Nusr ” SATANNETIK 1992 ” yakni Operasi dalam rangka mengantisipasi Keamanan dan Ketertiban jelang masuknya Kapal Lusitania Expresso yang membawa ratusan Wartawan dan Pengamat HAM dari Eropa yang akan berdemo di Dilli dalam rangka memperingati 1 (satu) tahun tragedi Santa Cruz di Propinsi Timor Timur. Sepulangnya Jacki dari Operasi Satannetik, Jackipun mendapat kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel (Pol).

Pada bulan April 1992, sekali lagi Jacki dipercayakan mengikuti Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja (1992-1993). Jacki dipercayakan sebagai Wakil Komandan Pasukan Polisi PBB-Indonesia. Di Kamboja inilah Jacki dipercayakan sebagai KAPOLDA PBB di Propinsi Takeo.

Sespimpol (1994-1995), Danden Gegana (1995-1997) dan Pasukan PBB di Bosnia Herzegovina (1996-1997)

Sepulangnya dari Kamboja, Jacki mengikuti Pendidikan Sespimpol Dikreg. 30 di Lembang (1994-1995). Setamat dari Sespimpol, Jacki ditempatkan menjadi Komandan Detasemen Gegana Pus. Brimob (1995-1997). Pada tanggal 21 Desember 1995 untuk ketiga kalinya Jacki ditugaskan dalam Pasukan Polisi Perdamaian-PBB (IFOR) di Bosnia-Herzegovina (1996-1997). Letkol Pol. Jacki Uly ditunjuk sebagai Komandan Pasukan. Di Bosnia-Herzegovina inilah Jacki menjabat 2 (dua) kali sebagai Kapolda PBB, masing-masing di Distrik Sarayevo dan Distrik Vares.

Danmen Pelopor (1997) dan Danmen Gegana (1997-1998)

Sepulangnya dari Bosnia Jacki mendapat kepercayaan menjadi Komandan Resimen 1 Pelopor Korps Brimob di Kedung Halang-Bogor (1997) dan Jacki pun mendapat kenaikan Pangkat menjadi Kolonel (Pol), pada Periode 1997-1998 Jacki kembali dipercayakan menjabat sebagai Komandan Resimen Gegana Korps Brimob di Kelapa Dua-Depok. Pada tahun 1998 inilah mulai sejak Kerusuhan di Ende-Flores (Februari 1998), kemudian Kerusuhan di Medan (awal Mei 1998) sampai dengan Kerusuhan di Jakarta (Mei 1998), Jacki memimpin sendiri Pasukan Resimen Gegana untuk meredam dan menyelesaikan Kerusuhan-Kerusuhan tersebut diatas.

Lemhanas KRA 32 (1999) dan Wakapolda Sumut (2000) serta Kapolda NTT (2001-2003)

Pada tahun 1999, Jacki mengikuti Pendidikan Lemhanas KRA 32 dan kemudian Jacki mendapat Jabatan sebagai KAKORSIS Sespimpol (1999-2000) disaat yang bersamaan Jacki mendapat tugas sebagai Komandan Satuan Tugas Pelucutan Senjata Api dari Pengungsi ex. Timor-Timur di Timor yang diakibatkan karena meninggalnya Staf UNHCR di Atambua, baru 3 (tiga) bulan Jacki melaksanakan tugas tersebut datang TR Kapolri yang menunjuk Kolonel (Pol) Jacki Uly menjadi Wakil Kepala Polda (Wakapolda) Sumatera Utara ( Oktober tahun 2000) berdasarkan Jabatan yang diembannya Jacki pun mendapat Kenaikan Pangkat menjadi Brigadir Jenderal (Pol). Jabatan Wakapolda Sumut ini hanya dijabat selama 3 (tiga) bulan namun Jacki masih sempat mengamankan serta menangani kasus Bom Natal di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan.

Setelah pensiun dari Polri, Jacki mulai terjun ke Politik, berawal dari dia bergabung dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), oleh Ketua Umum Bpk. Surya Paloh, dia dipercayakan untuk menjadi Ketua DPW Partai Nasdem Nusa Tenggara Timur periode 2011-2014. Ketika perhelatan Pemilu tahun 2014, Jackipun ikut mencalonkan diri menjadi Anggota DPR-RI dari Daerah Pemilihan NTT II

Anggota DPR/MPR-RI 2014-2019 (PAW) dan Anggota DPR/MPR-RI 2019-2024 (PAW)“

Pada tanggal 7 Desember 2020 Jacki dilantik oleh Ketua DPR RI Puan Maharani sebagai Anggota DPR RI Pergantian Antar Waktu (PAW) 2019-2024 dari fraksi Partai NasDem Dapil NTT II menggantikan Kristiana Muti yang maju dalam Pemilihan Bupati di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Sebelumnya ia juga Anggota DPR RI (PAW) periode 2014-2019 menggantikan Viktor Bungtilu Laiskodat yang terpilih sebagai Gubernur NTT.

Jacki menikah dengan Ratna Simanjuntak di Solo pada tanggal 29 Desember 1979, dianugerahi seorang Putra bernama Titus Yudho Uly, dia mengikuti jejak Opa dan ayahnya menjadi anggota Polri tamatan dari Pendidikan Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 2005, serta menyelesaikan pendidikan S1 nya di PTIK dan Pendidikan S2 di Universitas Indonesia, dia juga telah menyelesaikan jenjang pendidikan kedinasannya di SESKOAD (2022)
Titus Yudho Uly juga berkualifikasi Brimob, dan sekarang dia berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) serta menjabat sebagai Kasubdit. Resmob pada Ditkrimum Polda Metro Jaya.

AKBP. Titus Yudho Uly SIK, MSi menikah dengan Aloysia Desna Christanti boru Meliala serta memiliki 3 orang anak.
Bintang dan Tanda Jasa Jacki

Piagam Veteran Pembela Kemerdekaan, Gol. E NPV: 24.011.8562.

2. Bintang Bhayangkara Pratama
3. Bintang Bhayangkara Nararya.
4 .Satya Lencana Seroja.
5 .Satya Lencana GOM-VII Aceh.
6. Satya Lencana GOM-IX Papua.
7. Satya Lencana Canti Dharma.
8. Satya Lencana Dwidya Sistha.
9. Satya Lencana PBB Namibia.
10. Satya Lencana PBB Kamboja.
11. Satya Lencana PBB Bosnia – Herzegovina.
12. Satya Lencana Ksatrya Tamtama.
13. Satya Lencana Karya Bhakti.
14. Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun.
15. Satya Lencana Kesetiaan 16 tahun.
16.Satya Lencana Kesetiaan 24 tahun

Sumber Data : Buku Polisi diwilayah Konflik (Penulis Y. Jacki Uly dan Editor Peter A. Rohi)
Sumber Foto : Foto Keluarga Jacki Uly**