Kelompok Tani Betel Nitneo, Untuk Beri Bukti Bahwa Budi Daya Hortikultura Bisa Hapus Kemiskinan Petani NTT

Ceritera Inspiratif Pertanahan

Nitneo, KupangBarat, Kupangmedia.com., kelompok tani Betel GMIT Nitneo ditemui media ini di lokasi penanaman budi daya hortikultura di desa Nitneo, Kupang Barat. Dipimpin ketua majelis jemaatnya pdt.Melsy Telik-Mooy menjelaskan anggota kelompok  Tani yang terdiri dari mama-mama jemaat yang merupakan tuan tanah juga. Awalnya tertarik pada segi pertanian  hortikultura pada saat menyaksikan keberhasilan pendeta Marko sekretaris  Kompas Tani dan Pendeta Jemaat Noesinas yang mampu hasilkan uang sampai Rp.20 juta rupiah setiap kali panen Melon. Sehingga sempat meminta pendeta Marko memberi pelatihan awal kepada jemaatnya.

Ketertarikannya pada dunia pertanian khusus budi daya Hortikultura makin membara ketika dirinya diundang lagi ikut pelatihan pertanian ketiga kalinya di Malaka yang digelar oleh Kompas Tani.
Dan akuinya usai kegiatan itu dirinya makin terpacu untuk membentuk sebuah kelompok tani dikalangan jemaatnya GMIT Betel Nitneo.
Niat ini lebih kuat karena melihat  bahwa hampir semua jemaat GMIT Betel Nitneo adalah tuan tanah. Mereka memilik tanah namun selama ini hanya sekali setahun dimanfaatkan untuk menanam padi ladang dengan memanfaatkan curah hujan. Dan setelah panen tanah kosong dibiarkan ditumbuhi rumput saja. Ia berpikir juga bahwa hasil pertanian dari desa Nitneo hanyak Ketimun dan Kacang Tanah serta padi dan jagung. Namun hasilnya sangat minim untuk sekedar penuhi kebutuhan makan. Jika ada sisa jumlahnya tidak seberapa untuk dijual demi penuhi kebutuhan lain. Pola tanam yang masih konvensional dan belum adanya informasi tentang pola pertanian yang benar dengan melihat kondisi alam di desa Nitneo menjadi penyebab petani masih miskin walau menjadi tuan tanah. Inilah pikirkannya kunci kemiskinan di NTT. Bahwa banyak lahan tidur akibat kondisi cuaca dan pemerintah belum mampu memberi solusi bagaimana mengatasinya sehingga tanah memberi hidup yang layak bagi pemiliknya.

Dari hasil pelatihan dan kunjungan ke Noelsinas dan Malaka, pendeta muda ini melihat bahwa kunci kegagalan dunia pertanian NTT adalah karena kurangnya informasi yang cepat terkait teknologi pertanian tepat guna. Dan fakta bahwa miskinnya petani di NTT selain karena cuaca dan kurangnya air tanah, terutama adalah informasi berupa ilmu bercocok tanam dengan teknologi tepat guna bagi petani dalam mengolah tanah mereka. Bahwa pola yang dipakai oleh hampir sebagai petani NTT adalah pola pertanian konvensional turun temurun dan hanya andalkan apa yang ada. Sehingga berpengaruh buruk pada kualitas dan kuantitas hasil panen yang imbasnya berpengaruh pada hasil pemasaran. Jika ujung-ujungnya petani tetap miskin.

Kel tani Betel Nitneo, desa Nitneo, Kabupaten Kupang Barat, dipimpin ketua kelompok Ibu pendeta Melsy Telik-Mooy bersama.anggota kelompoknya lakukan pesemaian anakan pare, semangka dan tomat di kebun Contoh kelompok dengan dampingaj Engky Bria dari Panah Merah dan Roda Tani

Pendeta asal pulau Rote ini menjelaskan bahwa hampir semua petani selama ini  hanya menanam tanah mereka  dengan kacang tanah dan padi ladang dengan memanfaatkan curah hujan. Alias pertanian musiman setahun sekali. Dan sudah pasti  hasilnya hanya untuk makan saja dan  bibit saja. Belum bisa untuk dijadikan komoditi ekonomi yang memenuhi kebutuhan lain selain makan dan bibit.

Keinginan beralih dirinya mengajak jemaat melirik budi daya tanaman  hortikultura juga didorong oleh tugas utama pelayanannya yaitu bukan hanya berfirman saja, tapi dengan memberi solusi bagi kehidupan ekonomi jemaat. Selesai  menyaksikan keberhasilan pdt.Marko yang sudah terlebih dahulu tergabung dengan Kompas Tani, namun ia juga termotivasi dan tertantang memberi contoh dengan turun langsung menanam dengan pola yang benar dengan pendampingan Kompas Tani, Roda Tani, Panah Merah. Ia ingin memberi bukti kepada jemaat bahwa salah satu pelaksanaan firman Tuhan terkait ucapan syukur adalah dengan memanfaatkan semua apa yang ada yang sudah Tuhan beri. Yaitu Tanah, Air, Udara dan sinar matahari dengan menanaminya dengan tanaman  berguna seperti hortikultura contohnya.

Ia juga termotivasi saat  melihat juga di grup fb Roda Tani yang memberi informasi keberhasilan petani danpingan Roda Tani dan Panah Merah serta Nufarm.

Akhirnya ia  meminta pendeta Marko memberi pelatihan di jemaat GMIT Betel Nitneo. Dan pada April 2018 ia  diundang mengikuti pelatihan Kompas Tani ketiga di Malaka. Dan pulang dari pelatihan itu ia menghimpun mama-mama pemilik lahan untuk meminta ijin menggunakan lahan yang biasa ditanam padi untuk ditanam tanaman hortikultura. Dan mereka diberi ijin. Dan oleh pendeta Marko (sekretaris Kompas Tani dan pendeta di Jemaat Noelsinas) ia di beri nomor telepon pendamping Roda Tani Engky Bria untuk membantu mereka.

Walau dengan menggunakan air tangki,  mereka berusaha mengelola lahan ini dengan menanam pare, semangka, tomat dan cabe. Saat berkunjung ke lokasi kebun Contoh di desa Nitneo, kecamatan Kupang Barat, pada 15/11/2018 silam, keenam anggota kelompok ini sedang lakukan persemaian anakan semangka, tomat dan cabe dengan memanfaatkan bahan limbah gelas plastik bekas minuman mineral . “Inilah salah satu teknologi yang diajarkan oleh para pendamping Roda Tani, Panah Merah yaitu berusaha hemat dengan memanfaatkan bahkan sampah sekalipun sebagai alat kerja. “Jika berhasil maka akan dijadikan Kebun Contoh di Kecamatan Kupang.” Tandasnya bersemangat.

Dengan memuji, pendeta Melsy menyatakan bahwa pola pendampingan Roda Tani dan Panah Merah sangat bagus dan bisa memberi harapan baru bahwa bidang pertanian dapat menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan secara ekonomi. Karena dari dua pengalaman pelatihan yang diperolehnya dari Kompas Tani bermitra dengan Roda Tani, Panah Merah dan Nufarm, memberi ilmu baru tentang siatem pertanian hortikultura yang lebih sistematis dan tepat guna. Karena mampu memberi hasil yang sangat besar dan berkualitas.
“Dengan pendampingan intensif dari pendamping sejak dari awal pengolahan lahan, proses persemaian bibit, pemasangan plastik mulsa, penanaman anakan dilahan, perawatan lengkap terkait jadwal dan proses pemberian pupuk, pestisida dan mengenal penyakit tanaman. Dengan pola terjadwal dan tepat mulai dari waktu.dan takaran maka akan hasilkan panen yang berkualitas dan berkuantitas. Dari yang saya saksikan  di lahan baik di Noelsinas, dan Malaka sangat luar biasa hasilnya. Baik jumlah maupun kualitas hasil pertanian. Bahkan sampai dengan cara memanen hasil dan sistem penjualan semuanya dibantu dan diberi informasi detil. Semua pendamping dari Roda Tani dan Panah Merah serta Kompas Tani semuanya selalu ada untuk membimbing kami. Dan saya apresiasi kinerja mereka. Solid dan konsisten. Dan itulah nilai lebih yang mendorong saya ingin untuk mau mencoba dan mengajak jemaat untuk memulai usaha budi daya tanaman hortikultura. Dengan tujuan agar mampu merubah jemaat menjadi petani yang berhasil. Artinya hasil pertanian bisa untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Seperti pendidikan, perumahan dll. Bukan sekedar untuk makan. Karena jika hasil berkualitas dan jumlah panen melimpah otomatis akan memberi nilai tambah secara ekonomi bagi petani. Karena petani juga memiliki kebutuhan lain, bukan sekedar makan.” Jelasnya bersemangat.

Pendeta Melsy dengan jujur akui masyarakat sekitar melihat apa yang dilakukan mereka sebagai hal yang mustahil dan seperti orang kurang waras. “Karena  mau berpanas-panas dan kotor dilahan yang biasanya dibiarkan kosong setelah panen padi. Dan dengan kondisi air yang hanya harap air hujan, maka usaha ini adalah hal yang mustahil dalam anggalan mereka. Tapi saya dan pak Engky Bria terus memotivasi mereka. Dan saya  berharap agar dengan dimulainya Kebun Contoh Kelompok Tani GMIT Betel Nitneo, maka Desa Nitneo bisa menjadi Contoh Pertanian Modern dan penuh dengan tanaman pertanian yang memberi hasil merubah ekonomi petani secara profesional.” Ujarnya memberi kesaksian terkait sikap masyarakat dan jemaat lain. Namun justeru cemohan itulah yang menjadi cambuk bagi untuk makin bersemangat.

Pendeta Melsy berharap ilmu dan informasi yang diberi oleh Kompas Tani, Panah Merah dan Roda Tani, dapat diakses oleh siapa saja. Sehingga makin banyak orang yang mau dan berhasil jadi petani profesional untuk dijadikan sebuah usaha yang  bernilai ekonomi. Sehingga berkurang orang miskin di NTT.

“Karena sesuai dengan misi gereja agar pemberitaan Firman Tuhan tidak hanya dengan kata-kata dan dari mimbar pada hari minggu dan ibadat-ibadat rumah tangga di rayon. Mengajak jemaat bertani atau budi daya hortikultura adalah salah satu cara mengajar jemaat untuk pertama; mengusahakan harta berupa tanah, air dan matahari sebagai tempat hidup dengan bertani, belajar bersyukur atas berkat Tuhan dengan mengolah tanah dengan rajin agar tidak menjadi miskin dan menderita. Dan juga sebagai upaya mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Profesi petani adalah profesi seumur hidup tanpa kenal pensiun. Dan dari kerajinan, keuletan dan kesetiaan petanilah kita semua yang hiduo diberi makan. Jadi profesi petani adalah profesi mulia. Tanah, air, udara dan sinar matahari Tuhan sudah kasih, tinggal hikmat diperlukan dalam mengolahnya sehingga menghasilkan makanan dan uang untuk membiayai hidup. Itu cara saya berkotbah. Menunjukkan langsung lewat kegiatan budi daya hortikultura ini. ” jelasnya.

Salah seorang anggota kelompok tani yang saat itu hadir dilokasi kebun contoh ini mama Rika Menfinit mengungkapkan kepada media ini bahwa ia akui pola pendampingan budi daya hortikultura oleh Roda Tani, Panah Merah dan motivasi dari Kompas Tani sangat bagus dan lebih terperinci. Ia sangat senang saat lihat hasil dari petani lain yang berhasil dari Panah Merah dan Roda Tani di Noelsinas (pendeta Marko) yang hasil panen Melon bisa hasilkan sampai Rp.20 juta. Mama Rika nyatakan mau ikut kelompok tani dengan pola pendampingan ini agar bisa tahu informasi dan ilmu pertanian yang lebih baik. Dan berharap bisa membuka lahan budi daya  hortikultura sendiri agar bisa hasilkan uang yang banyak.

Engky Bria sebagai pendamping Roda Tani yang saat itu hadir menjelaskan bahwa sangat apresiasi semangat ibu pendeta dan mama-mama jemaat yang mau bergabung dengan kelompok tani ini dan mau belajar cara budi daya Hortikultura dari mereka. Dan  memang rencananya lahan ini akan dijadikan kebun contoh. **)) juli br