Gelar KopDar, Ini Perjuangan Serena Francis Lewat Yayasan Timor Belajar Bagi Pendidikan Di NTT

Figur Legislatif Pendidikan Warta Kota

KUPANG, TOPNewsNTT|| Caleg Anggota DPR RI Dapil 2 NTT Partai Gerindra dan selaku Founder Timor Belajar bersama tim, difasilitasi Caleg anggota DPRD Kota Kupang Partai Gerindra, Dapil Oebobo Isidorus Lilijawa menggelar KopDar bersama para kasek beberapa SMP, SMK, dan SMA Negeri dan Swasta dan orangtua siswa penerima beasiswa PIP dan KIP yang sudah diperjuangkan oleh Yayasan Timor Belajar selama ini.

Kegiatan KopDar (Kopi Darat) bertajuk “Ba’omong Akses Beasiswa” di gelar di Resto Neka Mese, Kelurahan Penfui (Sabtu, 14/10).

Hadir juga Ketua Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa Merciana Pelokila yang juga caleg DPRD NTT Partai Gerindra.

Para kepala sekolah yang hadir antara lain SMAS Arnoldus, SMPK Asumpta, SMPN 11 Kupang, SMPK Rosa Mystika, Yayasan Harapan Bangsa, SMK Wira Karya, SMPK St.Familia Sikumana.

Isidorus Lilijawa dalam pendahuluannya memberikan gambaran tentang Serena Cosgrova Francis yang merupakan puteri kedua mantan Anggota DPR RI dapil NTT 2 Komisi 5 Fary Francis yang setelah menyelesaikan S1 dan S2 memilih kembali ke NTT bersama Paguyuban NTT (Para Intelektual lulusan UI) di Jakarta yang memilih mengabdikan diri untuk membangun pendidikan di NTT dan mendirikan Yayasan Timor Belajar di Kupang.

Lewat Yayasan ini, ungkap Serena dalam perkenalannya sudah memperjuangkan 3 ribu kuota beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa miskin dan berprestasi di NTT.

Dan karena lewat perjuangan Yayasan Timor Belajar ini, Serena dan tim berpikir bahwa ia ingin lebih lagi berjuang untuk masyarakat NTT khususnya bidang pendidikan dan olahraga jika ia masuk ke sistem yakni lewat kursi DPR RI.

“Saya anak kedua dari Bapak Fary Francis dan menyelesaikan S1 di UI pada 2020 terbaik dan Cumlaude, dan lulua S2 di Universitas di Brimingham. Saya kelahiran Kupang dan lulusan SMAN 3 Kupang. Saya masuk Paguyuban bersama lulusan UI lainnya anak NTT. Saya juga pernah bekerja di PT Pindat, sebuah BUMN. Saya pulang ke Kupang setelah berpikir ilmu dan pengalaman yang saya dapat di Jakarta akan sia-sia jika masih menetap di Jakarta. Kami dari Paguyuban NTT akhirnya putuskan mendiirikan Yayasan Timor Belajar yang merupakan Yayasan yang didirikan anak-anak NTT lulusan UI.” Ulas Serena.

Yayasan Timor Belajar, lanjut Serena, sejak 2021 sudah aktif memperjuangkan beasiswa bagi 30 ribu anak SD, SMP, SMA/SMK dan mahasiswa di NTT bekerja sama dengan Pemda di NTT.

“Jadi visi dan misi Yayasan Belajar Timor tidak ingin seperti sinter klaus. Yayasan ini  memperjuangkan biaya pendidikan karena akan lebih memberikan kontribusi jangka panjang bagi masa depan anak NTT, daripada memberikam sumbangan-sumbangan sosial yang hanya bersifat sekali pakai insidentil. Karena hubungannya akan selesai setelah memberikan bantuan. Kami ingin mempunyai program kerja dan bantuan yang memiliki sebuah hubungan jangka panjang. Kami juga lebih kepada memberikan sebuah rekomendasi kebijakan bagi pemda dalam rangka mendukung pendidikan anak-anak NTT yang kurang bahkam tidak mampu secara ekonomi. Dan di NTT sudah ada dua kabupaten yang menerima rekomendasi kebijakan kami. Dan pada tahun 2021 salah satu rekomendasi kebijakan kepada Bupati Kupang yakni tentang pemerataan fasilitas sekolah dan kebijakan mensejahterakan para guru di Kabupaten Kupang dan sementara berjalan.” Jelas Serena.

Yayasan Timor Belajar, terang Serena mengikuti perkembangan penetapan kebijakan tersebut di tingkat pemda dan penerapannya di sekolah-sekolah.

“Yayasan Timor Belajar juga fokus pada pendidikan karakter sejak dini, salah satunya lewat jalur olahraga dengan mendirikan akademi Sepak Bola Bintang Timur dan ia juga melanjutkan Pendidikan S2 Pembangunan Internasional di Universitas Of Brimingham, Imggris.” Jelas Serena, Kelahiran 20 Nopember 1999 ini.

Ia mengambil S3 jurusan Pembangunan Internasional  karena pertimbangan di NTT banyak potensi dan butuh orang muda untuk membangkitkan potensi tersebut.

“Selama tiga tahun di Brimingham kami sudah banyak memperjuangkan banyak rekomendasi kebijakan diusulkan. Lewat Yayasan Timor Belajar kami sudah keliling pulau Timor untuk memberikan tips dan berjuang bersama mendapatkan beasiswa serta membangkitkan potensi di sekelliling kita. Saat kami sedang melakukan roadshow di Unham di Belu dan bertemu dengan adik Lius yang tidak mendapatkan beasiswa KIP dan kami perjuangkan dengan lakukan pendekatan ke rektor Undana. Kami sudah berjuang untuk 3 ribu beasiswa yang bersebar di daratan timor dan kota Kupang. Dan saat ini sedang dalam tahap verifikasi di Kementerian Pendidikan. Saya berharap jika nanti sudah cair ke rekening gunakan dengan bertanggung jawab bagi kepentingan pendidikan.” Harap Serena.

Dalam kesempatan itu mahasiswa Politeknik Undana,  Lius asal  Belu memberikan testimoni bagaimana perjuangan Yayasan Timor Belajar bagi dirinya untuk peroleh beasiswa di Undana.

KopDar selanjutnya berisi diskusi ringan, ada testimoni dari para kepala sekolah yang diundang penerima beasiswa PIP yang ungkapkan rasa terima kasih atas perjuangan Serena lewat Yayasan Timor Belajar, juga usulan agar ada penambahan kuota PIP dan KIP  bagi anak-anak jenjang SD hingga SMA/SMK dan PT di NTT yang disanggupi Serena akan diperjuangkan lewat Yayasan Timor Belajar.

Selain itu Serena juga mengungkapkan keinginannya dan tim Yayasan Timor Belajar untuk memasuki Kancah Politik agar lebih besar perannya memperjuangkan kebijakan dan program yang berpihak pada kepentingan rakyat NTT terutama pendidikan di NTT.

“Dengan dukungan Yayasan Timor Belajar dan banyak pihak berpikir bahwa saya akan lebih serius memperjuangkan kepentingan rakyat NTT terutama masalah pendidikan jika saya masuk ke sistem pemerintahan agar lebih dekat dengan pengambil keputusan di tingkat pusat dan jalan satu-satunya lewat Kursi DPR RI. Dengan duduk di Senayan banyak kebijakan pusat yang berpihak pada kepentingan masyarakat NTT akan saya perjuangkan. Kebijakan itulah yang akan melahirkan banyak program pro rakyat. Dan itu akan saya perjuangkan.” Ulas Serena meyakinkan.

Kepada media, Serena mengungkapkan NTT kaya akan potensi SDA dan SDM tapi belum dikelola dengan baik dan memberikan manfaat karena masih tertidur.

“Maka oramg sebut NTT sebagai “Raksasa Yang sedang Tidur.” Tetapi demgan akses yang kita miliki terutama melalui Yayasan Timor Belajar yang punya beberapa program salah satunya aktif memperjuangkan beasiswa yang sudah disalurkan. Di bidang lingkungan hidup sering mengumpulkan anak muda membersihkan pantau dan ruang publik lainnya dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya berthema lingkungan. Saya ingin terus berkontribusi bagi NTT.” Tandas gadis NTT yang lahir besar, dan bersekolah di Kupang ini (tamat SD dan SMA) di Kupang banyak jenjang SMP dan kuliah ia selesaikan di Jakarta dan Inggris ini.

Serena sadar dengan usianya yang masih muda, akan ada banyak pendapat miring yang menyangsikan komitmennya melangkah ke jalur politik, apalagi diusianya yang baru 24 tahun, namun Serena menetapkan niatnya pilih bekerja bagi NTT baik lewat Yayasan Timor Belajar dan DPR RI Dapil NTT,

“Jadi memang sejak SMA dan Kuliah saya sudah aktif berorganisasi dan lakukan berbagai program kerja yang berkaitan dengan pendidikan. Sehingga ketikan peroleh komentar miring terkait keterlibatannya aktif memperjuangkan sejumlah beasiswa hanya karena ingin jadi caleg, saya tegaskan tidak seperti itu faktanya. Karena saya sudah sejak sekolah berada pada perjuangan itu walau dalam konteks berbeda, bukan perjuangkan beasiswa tapi intinya kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan. Dna selama ini sudah banyak yang saya bantu. Tapi pada saat exam point saya menilai, jika lewat yayasan maka akan ada keterbatasan, tapi jika masuk dalam sistem maka perjuangan akan lebih luas dan besar yakni lewat intervensi kebijakan. Dan itu efeknya akan lebih luas dan besar bagi peningkatan kualitas pendidikan di NTT.” Tegasnya.

Serena berpendapat potensi SDA dan SDM NTT masih belum maksimal dan mampu keluarkan NTT dari stigma ketertinggalan dibanyak sektor, lantaran potensi tersebut belum terkelola secara benar dengan kebijakan yang berpihak pada kepentingan publik. Selain itu ada miss managemen  dalam birokrasi pemerintahan.

“Saya fokus pada pendidikan, olahraga dan perlindungan hak perempuan.” Pungkasnya.  || jbr